DEMI menyelamatkan kedua anaknya, Euis holisah (32) warga Kampung Cisalada, RT 1/5, Kecamatan Ciampea, harus merasakan panasnya apai membakar kaki kananya, saat hendak menjinakan sijago merah yang melalab buku pelajaran dan boneka kesayangan putrinya.
---------------------
Iman Rahman Hakim-Bogor
---------------------
Bunyi pecahan kaca membius kecerian keluarga kecil yang tengah asik belajar. Hujan batu dan pecahan kaca, membuat Salsabila (6) dan Abid (9) menjerit ketakutan. Bocah yang baru duduk di bangku TK dan SD itu, hanya bisa menutup kedua telinganya sambil menjerit memanggil orangtuanya.
Spontan, Euis yang tengah lahap menyantap makan siang, berlari dan memeluk kedua anaknya yang tengah ketakutan. Sambil terus melindungi anaknya dari hujan batu, ia pun berteriak meminta tolong. Namun tak satupun tetangga yang datang memberi pertolongan.
"Saat itu saya sedang makan siang sekitar pukul 13:30. Kedua anak saya sedang belajar di ruang tamu, tiba-tiba datang ratusan orang sambil berteriak. Mereka melempari rumah saya dengan brutal," tutur Euis kepada Radar Bogor, kemarin.
Ratusan masa yang sedang naik pitam itu, terus menghujani rumah berukuran empat kali tujuh di Kampung Cisalada, RT 1/5, Kecamatan Ciampea, itu dengan batu yang berukuran besar. Setelah menghancurkan kaca, jendela, genteng dan pintu, masa membakar rumah yang baru setahun dihuni itu.
"Saat mereka mendobrak pintu, saya bawa lari kedua anak saya lewat dapur dan bersembunyi di selokan," ucapnya.
Dengan nada sedih, ia menuturkan betapa ketakutannya kedua anak kesayangannya, saat batu berukuran besar berjatuhan tepat di hadapannya. Tak kuasa menahan air mata, Euis pun terus mengusap matanya sambil menahan rasa sakit akibat luka bakar di kaki kanannya.
"Saya takut mas, saya berusaha memadamkan api itu sendiri. Saya gak tega ngelihat Salsabila terus menangis ketakutan. Beruntung tak ada batu yang mengenai kami," kata Euis, sambul terus mengusap airmatanya.
Saat kejadian, Hidayatullah (40) sang suami, sedang bekerja di luar kota. Tidak ada seorang pun yang sempat menolong keluarga kecil yang tengah ketakutan itu. "Suami saya sedang kerja di Jakarta mas, paling pulang juga sebulan sekali," terangnya.
Belum hilang trauma Euis atas tragedi dua tahun lalu, dimana warga yang menolak keberadaan jemaat Ahmadiyah, membakar beberapa rumah dan tempat ibadah di kampungnya. Kini, Euis kembali mengalami peristiwa serupa. "Saya tidak tau permasalahannya apa, kami hanya ingin hidup damai, tenang tidak ada peperangan," kata ibu muda itu.
Bentrokan itu menyisakan kesedihan teramat dalam bagi Euis. Bagaimana tidak, rumah yang dibangun dari hasil menabung selama bertahun-tahun bersama sang suami, porak poranda akibat lemparan batu.
Seluruh kaca pecah, batu berserakan dimana-mana, sofa dan gorden jendela hangus terbakar. Beruntung beberapa barang elektronik masih bisa diselamatkan. Sambil membersihkan puing-puang kaca dan mencari barang yang masih bisa digunakan, Euis terus memegang boneka Angry Birds kesayangan Salsabila.
Matanya yang berkaca-kaca terus memandangi buku pelajaran anaknya yang hangus terbakar. "Padahal besok dia (Salsabila red) akan masuk SD. Buku pelajaran ini baru saya beli," terangnya.
Saat ini, kedua anaknya tinggal di rumah neneknya, Uun Nawah (70). Salsabila dan Abid menagku takut untuk kembali ke rumahnya. Mereka memilih tinggal di rumah orangtua Euis. "Gak tau nih mas, kedua anak saya trauma, mereka gak mau pulang ke rumah. Suami saya juga meminta kami pindah ke Jakarta," tukasnya.
Sementara itu, saat pertempuran berlangsung, dari kubu lainpun ada yang terluka, Endang (40) warga Kampung Pasar Salas RT 4/1 Desa Ciampea Udik. Dari kubu yang menolak keberadaan jemaat Ahmadiyah itu kaki kanannya nyaris putus saat bertempur.
Namun, luka yang dideritanya bukan karena sabetan senjata tajam. Sopir angkot 53 jurusan Segok-Laladon itu, terperosok ke dalam parit saat hendak menyelamatkan diri. Aparat yang berjaga di lokasi langsung membawa korban ke Rumah Sakit Karya Bhakti. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mewujudkan Ide Kreatif Melalui Crowdfunding, Konsep Pendanaan Kolaboratif
Redaktur : Tim Redaksi