Parlemen Selandia Baru mengesahkan undang-undang yang melarang warga asing non penduduk di negaranya membeli properti yang sudah ada. Kebijakan ini merupakan pemenuhan janji kampanye pemilu yang dipimpin Partai Buruh.
Perdana Menteri Jacinda Ardern dalam kampanyenya sebelum pemilihan umum (pemilu) bulan September lalu berjanji akan menekan kenaikan harga rumah dan mengurangi tingkat tunawisma yang tinggi, sebagian dengan melarang pembelian rumah oleh warga asing.
BACA JUGA: PM Tonga Tantang Pemimpin Pasifik Turunkan Berat Badan
"Ini adalah tonggak penting dan menunjukkan komitmen pemerintah untuk membuat impian memiliki rumah menjadi sebuah kenyataan bagi lebih banyak warga Selandia Baru," kata Menteri Keuangan Associate David Parker.
Kepemilikan asing telah mengundang kecaman dalam beberapa tahun terakhir karena Selandia Baru saat ini tengah bergulat dengan krisis perumahan yang telah menjadikan harga rumah rata-rata di kota terbesar Auckland naik hampir dua kali lipat dalam satu dekade terakhir dan meningkat lebih dari 60 persen secara nasional.
BACA JUGA: Pekerja Media Paling Cepat Pensiun di Australia
Laju kenaikan harga rumah ini telah mereda dalam beberapa tahun terakhir sebagian dikarenakan pembatasan pinjaman oleh bank sentral, yang menjadi khawatir akan potensi risiko stabilitas keuangan dari pasar yang terlalu panas.
Angka yang dirilis oleh Real Estat Institute of New Zealand pada hari Rabu (15/8/2018) menunjukkan harga rata-rata rumah telah turun 1,8 persen menjadi NZ $ 550.000 ($ 498.600) atau setara Rp5,2 miliar pada bulan Juli dari bulan sebelumnya, meskipun harga itu masih 6,2 persen lebih tinggi dari waktu yang sama tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Jumlah Pemegang Visa Sementara di Australia Semakin Meningkat
Namun menurut Badan Statistik Selandia Baru, mayoritas pembeli asing berasal dari China dan negara tetangga Australia, dan Australia dibebaskan dari larangan tersebut.
"Apakah larangan itu bijaksana atau berguna? Kami pikir itu tidak baik," kata jurubicara real estate China, Juru Bicara Juwai.com, Dave Platter.
"Pembelian rumah oleh asing ... cenderung difokuskan pada pembangunan yang baru, membuat jelas lagi bahwa investasi asing mengarah pada penciptaan tempat tinggal baru. Itu penting di pasar dengan kekurangan perumahan seperti Auckland." Photo: Selandia baru bergulat dengan krisis perumahan yang telah melihat harga rata-rata di Auckland naik hampir dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. (Reuters: David Gray)
Pemerintah Selandia Baru sedikit melonggarkan larangan yang diusulkan pada bulan Juni sehingga non-penduduk masih dapat memiliki hingga 60 persen unit di gedung apartemen besar yang baru dibangun tetapi tidak akan lagi dapat membeli rumah yang ada.
Dana Moneter Internasional meminta Pemerintah Selandia Baru pada bulan Juli untuk mempertimbangkan kembali larangan tersebut, memperingatkan langkah itu dapat mencegah investasi asing langsung yang diperlukan untuk membangun rumah baru.
Angka resmi Statistik Selandia Baru menunjukan tingkat keseluruhan pembelian rumah asing relatif rendah, sekitar 3 persen dari transfer properti nasional pada kuartal Juni.
Namun, data ini tidak menangkap pembelian properti yang dibeli melalui trust dan juga menunjukkan pengalihan properti yang melibatkan orang asing sangat terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu, seperti pusat kota Auckland dan Queenstown.
Pemerintah telah bernegosiasi dengan Singapura, yang perjanjian perdagangan bebasnya dengan Selandia Baru memungkinkan kepemilikan asing, apakah akan memberikan pengecualian.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maskapai Murah Jetstar Dituduh Bayar Rendah Awak Asing di Rute Domestik