Selisih TKD Guru Madrasah dengan Sekolah Umum di DKI Jakarta Bisa Sampai Rp 5 Juta

Kamis, 14 Oktober 2021 – 20:30 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kesenjangan guru madrasah dengan guru SD di sejumlah daerah sangat jauh, termasuk di DKI Jakarta.

Menurut Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), kondisi yang ada tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.

BACA JUGA: Kasus Sembuh COVID-19 di Sumut Terbanyak se-Indonesia, yang Meninggal Tertinggi Kedua

Dia kemudian meminta pemerintah daerah bisa meningkatkan kesejahteraan guru madrasah dengan memberikan tunjangan kinerja daerah (TKD) yang setara guru di sekolah umum SD hingga SMA.

Bamsoet kemudian memaparkan keterangan dari Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI).

Dia mengambil contoh TKD guru SD di DKI Jakarta bisa mencapai Rp 4,3 juta-Rp 6,5 juta per bulan.

BACA JUGA: Penyakit ini Sangat Berbahaya Dorong Pasien Untuk Bunuh diri, Antisipasi!

Sementara TKD guru madrasah hanya Rp 1 juta per bulan, belum termasuk potongan pajak 15 persen dan belum pernah ada kenaikan selama 10 tahun terakhir.

"Kondisi di berbagai daerah lain juga hampir sama, sangat ironis."

"Sebaiknya ada regulasi yang jelas, yang bisa menyetarakan TKD guru madrasah dengan TKD guru di sekolah umum sebagai bentuk penghormatan sekaligus keberpihakan terhadap jasa dan pengabdian para guru," ucapnya.

BACA JUGA: Kasus Bunuh Diri Anak Sangat Tinggi Selama Pandemi, Awasi Buah Hati Anda

Bamsoet kemudian menyoroti kenaikan anggaran pendidikan.

Menurutnya pada 2021 kenaikannya sangat luar biasa, sehingga nilainya mencapai Rp 550 triliun.

Bamsoet menyampaikan pandangannya usai menerima Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI).

Pengurus PGMI yang hadir antara lain Ketua Syamsudin dan Sekretaris Suhardi.

Hadir pula Ketua DPW PGMI DKI Jakarta Makhrus, Sekretaris DPW PGMI DKI Jakarta Edi Sulaksono, dan Anggota DPW PGMI DKI Jakarta Nurlaelah.

Ketua DPR ke-20 RI itu memaparkan jumlah madrasah negeri dan swasta di Indonesia dari mulai tingkat raudhatul athfal, ibtidaiyah, tsanawiyah, hingga aliyah.

Data statistik tahun ajaran semester ganjil 2020/2021 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menunjukkan jumlahnya mencapai 83.551 unit.

Kemudian, lanjut dia, dengan jumlah siswa mencapai 9,6 juta jiwa, jumlah guru mencapai 929.511 jiwa, dan tenaga pendidik mencapai 140.636 jiwa.

"Madrasah merupakan aset kekayaan pendidikan nasional. Keberadaan madrasah yang menggabungkan pendidikan keagamaan dengan pendidikan formal sangat membantu Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam," ucapnya.

Khususnya, kata Bamsoet, dalam melahirkan anak bangsa yang mencintai agamanya sekaligus mencintai bangsa dan negaranya sehingga mereka membantu menciptakan suasana kesejukan dan moderasi beragama.

"Dari madrasah, anak bangsa bisa didik mengenai pentingnya merajut perbedaan dan keragaman melalui tradisi keagamaan dan kearifan lokal," kata Bamsoet.

Dia mengatakan prestasi peserta didik madrasah juga sangat mengagumkan.

Sebagai contoh, Tim Robotik Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 1 Kota Makassar berhasil menyabet 4 gelar juara sekaligus dalam ajang Asean Robotic Day (ARD) 2021 pada September 2021.

Hal itu, katanya, menunjukkan bahwa siswa madrasah siap menghadapi era Industri 4.0 dan Cybion (Cybernetics, Biologi and Ontology).

"Besarnya potensi para siswa madrasah tersebut tentunya harus didukung dengan keberpihakan negara yang ditunjukkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam menjamin kesejahteraan para guru dan tenaga didiknya," pungkas Bamsoet. (Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler