JAKARTA - Persiapan menjelang pengoperasian Kualanamu International Airport (KIA) pada 25 Juli mendatang, jangan hanya berkutat pada masalah kesiapan akses dan sarana transportasi ke bandara baru itu.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) mengingatkan pentingnya bandara pengganti Polonia itu memiliki pusat informasi bagi wisatawan (tourist information center).
Tujuannya, agar keberadaan bandara terbesar di kawasan Sumatera itu memberikan nilai tambah perekonomian bagi seluruh daerah dan masyarakat di Sumut, terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata.
"Tourist information center sangat penting. Saya perlu mengingatkan ini karena dinas-dinas pariwisata di seluruh pemda yang ada di Sumut, tidak kreatif. Bisanya hanya menghabiskan anggaran saja, tidak berupaya mendapatkan pemasukan yang besar bagi pemda dari dunia wisata," cetus Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kemparekraf, M Faried Kartolo, kepada JPNN di Jakarta, kemarin (7/7).
Faried berani mengeluarkan kritikan pedas itu, lantaran sudah paham kinerja dinas-dinas pariwisata di seluruh Sumut. "Belum lama ini saya kasih ceramah di Hotel Antares Medan, mendorong agar mereka kreatif. Para kadis pariwisata harus berjiwa pengusaha, wirausaha, jangan bergaya PNS. Kalau PNS, ada anggaran Rp100 juta, maka berupaya cepat menghabiskan uang itu. Kalau orang swasta, ada uang Rp100 juta, maka bagaimana caranya agar uang bisa bertambah menjadi Rp120 juta, Rp150 juta," ujar Faried.
Dia menyarankan, tourist information center yang ada di Bandara Kualanamu, harus dipasok dengan data-data mengenai destinasi-destinasi wisata di seluruh Sumut. Dinas-dinas pariwisata seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumut, harus menempatkan pegawainya di di pusat informasi turis yang ada di bandara.
Nah, pihak dinas juga harus menggandeng hotel-hotel di sekitar kawasan wisata, untuk bersama-sama memasok data di pusat informasi turis dimaksud. Tujuannya agar para wisatawan, terutama turis asing, mendapat kemudahan informasi dan pelayanan.
Selain pusat informasi turis, saran Faried, desain interior bandara juga harus menggambarkan suasana lokal Sumut.
Faried mengakui, untuk Kualanamu ini, pihaknya belum diajak bicara oleh Angkara Pura II. Untuk Bandara Silangit, lanjutnya, pihaknya sudah bicara dengan bagian marketing AP II, beberapa waktu lalu.
"Untuk Silangit, saya sarankan perlunya didorong adanya rute-rute penerbangan baru dari kota-kota besar, langsung ke Silangit, tak perlu mampir ke Kualanamu, biar cepat sampai ke Danau Toba atau Museum TB Silalahi," terang Faried. (sam/jpnn)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) mengingatkan pentingnya bandara pengganti Polonia itu memiliki pusat informasi bagi wisatawan (tourist information center).
Tujuannya, agar keberadaan bandara terbesar di kawasan Sumatera itu memberikan nilai tambah perekonomian bagi seluruh daerah dan masyarakat di Sumut, terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata.
"Tourist information center sangat penting. Saya perlu mengingatkan ini karena dinas-dinas pariwisata di seluruh pemda yang ada di Sumut, tidak kreatif. Bisanya hanya menghabiskan anggaran saja, tidak berupaya mendapatkan pemasukan yang besar bagi pemda dari dunia wisata," cetus Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kemparekraf, M Faried Kartolo, kepada JPNN di Jakarta, kemarin (7/7).
Faried berani mengeluarkan kritikan pedas itu, lantaran sudah paham kinerja dinas-dinas pariwisata di seluruh Sumut. "Belum lama ini saya kasih ceramah di Hotel Antares Medan, mendorong agar mereka kreatif. Para kadis pariwisata harus berjiwa pengusaha, wirausaha, jangan bergaya PNS. Kalau PNS, ada anggaran Rp100 juta, maka berupaya cepat menghabiskan uang itu. Kalau orang swasta, ada uang Rp100 juta, maka bagaimana caranya agar uang bisa bertambah menjadi Rp120 juta, Rp150 juta," ujar Faried.
Dia menyarankan, tourist information center yang ada di Bandara Kualanamu, harus dipasok dengan data-data mengenai destinasi-destinasi wisata di seluruh Sumut. Dinas-dinas pariwisata seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumut, harus menempatkan pegawainya di di pusat informasi turis yang ada di bandara.
Nah, pihak dinas juga harus menggandeng hotel-hotel di sekitar kawasan wisata, untuk bersama-sama memasok data di pusat informasi turis dimaksud. Tujuannya agar para wisatawan, terutama turis asing, mendapat kemudahan informasi dan pelayanan.
Selain pusat informasi turis, saran Faried, desain interior bandara juga harus menggambarkan suasana lokal Sumut.
Faried mengakui, untuk Kualanamu ini, pihaknya belum diajak bicara oleh Angkara Pura II. Untuk Bandara Silangit, lanjutnya, pihaknya sudah bicara dengan bagian marketing AP II, beberapa waktu lalu.
"Untuk Silangit, saya sarankan perlunya didorong adanya rute-rute penerbangan baru dari kota-kota besar, langsung ke Silangit, tak perlu mampir ke Kualanamu, biar cepat sampai ke Danau Toba atau Museum TB Silalahi," terang Faried. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BLSM Disunat Hingga Rp 100 Ribu
Redaktur : Tim Redaksi