jpnn.com, JAKARTA - Indonesia mencatatkan berbagai pencapaian gemilang di bidang kebudayaan dalam 7 tahun terakhir. Pengakuan internasional diraih melalui penetapan beberapa warisan budaya tak benda oleh UNESCO, seperti pencak silat, pantun, gamelan, dan songket, serta penghargaan bagi seniman di ajang internasional.
"Ini berkat peran krusial semua pihak termasuk lembaga pendidikan seni dalam memajukan kebudayaan," kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, Selasa (26/6).
BACA JUGA: Ditjen Kebudayaan dan Sekretariat ASEAN Bangkitkan Budaya Rempah Asia Tenggara
Hilmar menyebutkan kemajuan kebudayaan di Indonesia sejauh ini dicapai melalui pendekatan kebijakan bottom-up, yakni disusun dari bawah melibatkan pemangku kepentingan termasuk lembaga pendidikan seni. Untuk memperluas langkah pemajuan kebudayaan, perlu gotong royong akademisi dari berbagai disiplin ilmu serta institusi pendidikan seni.
“Semangat gotong royong, meskipun sering dianggap sebagai retorika klasik, terbukti relevan dan efektif dalam praktik nyata," ujarnya.
BACA JUGA: Dirjen Kebudayaan Buka-bukaan soal Kunci Sukses Industri Film Berkelanjutan
Institusi pendidikan seni dan akademisi semakin berperan jika bekerja sama dengan komunitas dan pegiat seni. Proyek seni yang melibatkan masyarakat secara langsung akan meningkatkan partisipasi dan kontribusi aktif dalam pemajuan kebudayaan.
Upaya pelestarian warisan budaya juga dilakukan melalui revitalisasi situs bersejarah, pengembangan museum, reformasi tata kelola warisan budaya melalui pendirian Indonesian Heritage Agency dan penyelenggaraan festival budaya.
BACA JUGA: Mangkunegara X Bersama Dirjen Kebudayaan Rayakan Hari Tari Dunia
Sementara itu, industri kreatif berkembang pesat, terutama di bidang film, musik, fashion, dan kuliner, didukung oleh komunitas seni yang semakin aktif dan beragam serta pemanfaatan platform digital.
Lebih lanjut, Hilmar menambahkan, lembaga pendidikan seni memainkan peran penting sebagai konsultan dan pemberi nasihat dalam dewan kesenian/kebudayaan, tim ahli cagar budaya, dan tim ahli warisan budaya tak benda. Mereka juga dapat bekerja sama dengan lembaga kebudayaan publik seperti museum, taman budaya, dan taman hutan rakyat untuk memberikan pandangan serta pengetahuan.
"Lembaga pendidikan seni tidak hanya berperan sebagai pusat pengajaran dan penelitian, tetapi juga sebagai penggerak utama dalam berbagai inisiatif kebudayaan yang inovatif dan partisipatif," ungkapnya.
Hilmar juga menyoroti pentingnya riset dan kepemimpinan pemikiran dalam upaya memajukan kebudayaan. Riset sepatutnya menjadi dasar setiap kebijakan termasuk dalam pemajuan kebudayaan.
"Pengetahuan bukan hanya bernilai ekonomi, tetapi juga penting sebagai penjaga memori kolektif bangsa," imbuhnya.
Di sisi lain, masyarakat harus menjadi ujung tombak dalam pemajuan kebudayaan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan objek-objek kebudayaan, baik pengetahuan maupun benda cagar budaya, sangat penting.
"Kebudayaan yang kuat akan menjadi penjaga memori kolektif kita, memastikan nilai-nilai luhur dan pengetahuan tradisional terus diwariskan kepada generasi mendatang," tutup Hilmar. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad