LA PAZ - Setelah sempat mengalami drama dalam perjalanan pulang dari Rusia, Presiden Evo Morales akhirnya tiba di Bolivia pada Rabu malam waktu setempat (3/7). Begitu menginjakkan kaki di Bandara Internasional El Alto di sebelah barat daya Kota La Paz, Provinsi La Paz, pemimpin 53 tahun itu dielu-elukan bak pahlawan.
"Beberapa negara di Eropa harus membebaskan diri mereka dari bayang-bayang kekaisaran Amerika Serikat (AS)," ujar Morales di hadapan para pendukungnya sebagaimana dilansir Agence France-Presse (AFP) kemarin (4/7). Pesawat yang mengangkut orang nomor satu Bolivia itu tertahan selama sekitar 13 jam di Austria setelah beberapa negara curiga Edward Snowden menyelinap di dalamnya.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan intensif, pesawat yang mengangkut Morales dan rombongannya tersebut dinyatakan bersih. Presiden keturunan Indian Aymara itu pun boleh meninggalkan Bandara Internasional Wina yang terletak di Kota Schwechat, Distrik Wien-Umgebung, Negara Bagian Lower Austria. Dia menyebut drama penahanan pesawatnya di Wina sebagai penculikan.
Sekitar 17 jam setelah meninggalkan Austria, Morales tiba di tanah kelahirannya. Taburan bunga dan confetti menyambut kepulangan mantan petani koka tersebut. Para pendukung Morales juga mengusung La Tricolor dan melambai-lambaikan bendera yang berwarna merah, kuning, dan hijau tersebut. "Mereka tidak akan bisa menakut-nakuti kita karena kita memiliki kedaulatan dan harga diri," tegasnya.
Ketika hendak bertolak dari Rusia pada Selasa lalu (2/7), empat negara Eropa tiba-tiba melarang pesawat Morales melintasi zona udara mereka. Sebab, beredar rumor bahwa Snowden, pembocor rahasia intelijen AS, berada di dalam pesawat presiden.
Karena tidak bisa menerbangi langit Prancis, Italia, Spanyol, dan Portugal, pesawat Morales pun tertahan di Austria.
Pengagum Che Guevara itu pun langsung menuding AS berada di balik skenario penculikannya. Dia yakin, Washington-lah yang menekan negara-negara Eropa sekutunya untuk menghambat kepulangan Morales. Itu karena Bolivia termasuk dalam daftar 21 negara yang dimintai suaka politik oleh Snowden. Morales menyatakan, dirinya bakal mempertimbangkan permohonan suaka dari pria 30 tahun tersebut.
Bersamaan dengan penahanan pesawat Morales di Austria, sekitar 100 pengunjuk rasa melempari Kedutaan Besar Prancis di La Paz dengan batu dan petasan. Selain itu, mereka memecahi kaca jendela kantor perwakilan diplomatik Prancis di Bolivia tersebut. Bahkan, mereka membakar bendera Prancis. Namun, aksi itu tidak sampai berkepanjangan atau menimbulkan korban jiwa.
Kemarin Prancis meminta maaf secara resmi atas larangan yang mereka terapkan pada pesawat Morales Selasa malam lalu.
"Kami menerima informasi yang simpang siur soal pesawat tersebut," ungkap Presiden Prancis Francois Hollande di sela kunjungan ke Kota Berlin, Jerman. Awalnya, dia tidak tahu bahwa pesawat yang dia larang melintasi wilayah Prancis itu adalah pesawat Morales. (AFP/RTR/BBC/hep/c14/dos)
"Beberapa negara di Eropa harus membebaskan diri mereka dari bayang-bayang kekaisaran Amerika Serikat (AS)," ujar Morales di hadapan para pendukungnya sebagaimana dilansir Agence France-Presse (AFP) kemarin (4/7). Pesawat yang mengangkut orang nomor satu Bolivia itu tertahan selama sekitar 13 jam di Austria setelah beberapa negara curiga Edward Snowden menyelinap di dalamnya.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan intensif, pesawat yang mengangkut Morales dan rombongannya tersebut dinyatakan bersih. Presiden keturunan Indian Aymara itu pun boleh meninggalkan Bandara Internasional Wina yang terletak di Kota Schwechat, Distrik Wien-Umgebung, Negara Bagian Lower Austria. Dia menyebut drama penahanan pesawatnya di Wina sebagai penculikan.
Sekitar 17 jam setelah meninggalkan Austria, Morales tiba di tanah kelahirannya. Taburan bunga dan confetti menyambut kepulangan mantan petani koka tersebut. Para pendukung Morales juga mengusung La Tricolor dan melambai-lambaikan bendera yang berwarna merah, kuning, dan hijau tersebut. "Mereka tidak akan bisa menakut-nakuti kita karena kita memiliki kedaulatan dan harga diri," tegasnya.
Ketika hendak bertolak dari Rusia pada Selasa lalu (2/7), empat negara Eropa tiba-tiba melarang pesawat Morales melintasi zona udara mereka. Sebab, beredar rumor bahwa Snowden, pembocor rahasia intelijen AS, berada di dalam pesawat presiden.
Karena tidak bisa menerbangi langit Prancis, Italia, Spanyol, dan Portugal, pesawat Morales pun tertahan di Austria.
Pengagum Che Guevara itu pun langsung menuding AS berada di balik skenario penculikannya. Dia yakin, Washington-lah yang menekan negara-negara Eropa sekutunya untuk menghambat kepulangan Morales. Itu karena Bolivia termasuk dalam daftar 21 negara yang dimintai suaka politik oleh Snowden. Morales menyatakan, dirinya bakal mempertimbangkan permohonan suaka dari pria 30 tahun tersebut.
Bersamaan dengan penahanan pesawat Morales di Austria, sekitar 100 pengunjuk rasa melempari Kedutaan Besar Prancis di La Paz dengan batu dan petasan. Selain itu, mereka memecahi kaca jendela kantor perwakilan diplomatik Prancis di Bolivia tersebut. Bahkan, mereka membakar bendera Prancis. Namun, aksi itu tidak sampai berkepanjangan atau menimbulkan korban jiwa.
Kemarin Prancis meminta maaf secara resmi atas larangan yang mereka terapkan pada pesawat Morales Selasa malam lalu.
"Kami menerima informasi yang simpang siur soal pesawat tersebut," ungkap Presiden Prancis Francois Hollande di sela kunjungan ke Kota Berlin, Jerman. Awalnya, dia tidak tahu bahwa pesawat yang dia larang melintasi wilayah Prancis itu adalah pesawat Morales. (AFP/RTR/BBC/hep/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Assad Sebut Kudeta Mesir Sebagai Tanda Kejatuhan Islam Politik
Redaktur : Tim Redaksi