Sempat Tertekan Bom Boston, Indeks Rebound

Bursa Indonesia Paling Kebal Sentimen Negatif

Rabu, 17 April 2013 – 11:34 WIB
JAKARTA - Lantai bursa global kembali bergejolak. Setelah krisis perbankan Siprus membangun sentimen negatif di bursa Eropa untuk beberapa waktu, kini giliran bursa saham Wall Street di Amerika Serikat terguncang.

Satu jam menjelang penutupan perdagangan Senin lalu (15/4) waktu AS, indeks saham Wall Street rontok akibat insiden pengeboman di dekat garis finis pada kejuaraan lari marathon Boston. Kondisi itu pun memperparah pergerakan bursa, setelah adanya tekanan sentimen negatif dari rilis pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang berada di bawah ekspektasi.

Dua ledakan bom yang menewaskan tiga orang, dan mengakibatkan 20 orang lainnya diamputasi itu, menyeret sebagian indeks, seperti Dow Jones bergerak di level terendahnya sejak November tahun lalu. Indeks Dow Jones ditutup anjlok 265,86 poin (1,8 persen) ke level 14.599,20. Bahkan indeks Standard & Poor"s 500 terkoreksi cukup dalam sebesar 36,49 poin (2,3 persen) ke level 1.552,36. Sementara indeks Nasdaq juga terjungkal 78,46 poin (2,4 persen) ke level 3.216,49.

Kondisi itu pun memicu aksi jual para investor. Tercatat, volume perdagangan saham Wall Street menunjukkan angka terbesar sejak 21 Desember 2012, yakni mencapai 8,36 miliar lembar saham.

"Tekanan pada bursa tersebut makin memperparah pergerakan indeks sejak awal pembukaan perdagangan. Bursa AS telah berjalan lesu karena dibayangi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat di angka 7,7 persen, atau turun 2 basis poin dari tahun sebelumnya sebesar 7,9 persen. Perolehan itu pun di bawah prediksi pasar yang mencapai 8 persen.

"Volatilitas pasar membangun gap, yang mana makin dalam akibat ketidakpastian ini," ungkap analis Cardinal Capital Patrick Kernan, seperti dikutip laman CNBC.

Melanjutkan Patrick, Chief Technician Oppenheimer Asset Management Carter Worth juga menilai pasar saat ini tengah berada di situasi yang buruk. "Dan yang paling penting adalah masyarakat saat ini tengah berinvestasi. Investor ritel telah menggerojok uangnya sejak Januari (2013)," paparnya.

Pasar saham AS yang volatile itu pun merembet ke perdagangan beberapa bursa saham di wilayah lain, seperti bursa Asia. Indeks saham Nikkei 225 hingga sesi ke dua perdagangan kemarin (16/4) "terkoreksi 54,22 poin (0,41 persen) ke level 13.221,44. Sementara indeks Hang Seng melemah 100,64 poin (0,46 persen) ke level 21.672,03.

Akan tetapi, dari sekian banyak pelemahan yang terjadi di bursa Asia, hanya bursa saham Indonesia saja yang menujukkan resielensinya dari hempasan sentimen negatif pasar global. Investor pasar modal Indonesia tampaknya tak terlampau reaktif menanggapi insiden pengeboman lari marathon di Boston Amerika Serikat.

Bahkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat kembali setelah pelemahan pada awal pekan. Pada perdagangan kemarin (16/4) IHSG rebound di level 4.945,25 atau naik 50,66 poin (1,04 persen). Begitu pula indeks LQ45 yang menguat 12,82 poin (1,55 persen) ke level 838,42. Beberapa saham yang ikut menggerakkan indeks saham di antaranya TLKM, ASII, PGAS, BBCA, dan BMRI.

Senior Research PT HD Capital Yuganur Wijanarko menjelaskan pasca terjadi tekanan jual akibat kejatuhan indeks Dow Jones, pelaku pasar justru berbalik arah. Pasar modal pun kembali masuk dalam tren bullish. Pada perdagangan kemarin, frekuensi transaksi perdagangan mencapai 127.003 kali, dengan volume 4,95 miliar lembar saham senilai Rp 5,76 triliun. "Jika IHSG dapat bertahan di atas level 4.950, maka koreksi selama tujuh hari dari all time high 4.985 sudah berakhir," ungkap Yuganur optimistis.

Mengutip Chief Technician Oppenheimer Asset Management Carter Worth, kondisi Indonesia yang kebal dari sentimen negatif global itu bisa disebut dengan "permainan ayam". "Ketakutan besar terhadap kehilangan, justru menjadi sebuah kekuatan besar," ungkapnya.
 
Fundamental perekonomian di dalam negeri pun direspon secara positif, dibandingkan sentimen global. Terbukti, investor lokal masih mendominasi perdagangan harian bursa. Investor lokal mencatat beli bersih, dengan total aksi beli sebesar Rp 3,4 triliun dengan aksi jual sebesar Rp 3,06 triliun. Sebaliknya, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 329,1 miliar, dengan total aksi jual Rp 2,7 triliun, dan aksi beli Rp 2,4 triliun.

Namun demikian, pasar yang shock terhadap aksi pengeboman Boston diperkirakan hanya reaksi sementara. Dikutip dari data Bloomberg, pelemahan bursa saham AS tidak berlangsung lama. Pada pembukaan perdagangan Selasa (16/4) waktu AS, indeks saham Wall Street kembali rebound. Tercatat, Dow Jones menguat 77 poin (0,53 persen) ke level 14.589. Sementara indeks Nasdaq naik 16 poin (0,57 persen) ke level 2.799,5. Dan indeks S&P 500 terkerek 8,5 poin (0,55 persen) ke level 1.552,0. (gal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Bidik Suami Maudy Koesnadi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler