Dari 12 stadion yang dipersiapkan untuk Piala Dunia 2014, dua di antaranya adalah stadion baru, lima dibangun ulang, dan sisanya butuh direnovasi. Tidak heran apabila Brazil sangat membutuhkan banyak tenaga kerja.
=================================
CHIQUINHO tidak berpikir panjang untuk menerima tawaran bekerja di Stadion Mineirao di Belo Horizonte pada Juni tahun lalu. Padahal, pekerjaan yang ditawarkan adalah tukang batu atau kuli. Tapi, itu jelas lebih baik dibandingkan tetap mendekam di balik jeruji besi.
Ya, Chiquinho adalah seorang narapidana sebuah penjara di Sao Paulo. Pemilik nama asli Francisco das Chagas Queiroz tersebut sudah menjalani status tersebut sejak 1980 karena kasus perampokan bank di negara bagian Minas Gerais.
Namun, akhir tahun ini, dia bisa menghirup udara kebebasan lebih awal. Itu seiring jasanya membantu merenovasi Stadion Mineirao sehingga mendapat pengurangan hukuman. Chiquinho merupakan satu dari 2.200 narapidana yang masuk dalam program kerja Dewan Kehakiman Nasional Brazil.
Dari jumlah tersebut, 59 di antaranya terlibat dalam pembangunan maupun renovasi beberapa stadion untuk Piala Dunia. "Ini adalah kesempatan terbaik yang pernah datang kepada saya (selama di penjara)," kata Chiquinho seperti dilansir Associated Press.
Bekerja sebagai kuli stadion sangat berat, apalagi bagi tahanan seperti Chiquinho. Dia harus bangun tepat pukul empat pagi karena butuh waktu dua jam perjalanan dari penjaranya menuju Belo Horizonte. Tidak hanya itu, jika kuli selain napi masih mendapat libur, tidak demikian dengan Chiquinho.
Tapi, Chiquinho tidak pernah mengeluh. "Jenis pekerjaan ini memberi saya martabat dan sesuatu yang bisa diharapkan di masa depan. Jika kami melakukan pekerjaan dengan baik, kami mungkin akan terus bekerja di tempat tersebut setelah bebas," jelas pria yang tengah menyusun rencana untuk kuliah setelah keluar dari penjara nantinya.
Seperti Chiquinho, Nivaldo Inacio da Silva juga seorang kuli di salah satu stadion Piala Dunia, yakni Arena Pantanal di Cuiaba. Arena Pantanal diplot menggelar empat laga fase grup. Bedanya, Silva bukan napi, melainkan budak pekerja.
Dulu, dia hanya mendapatkan USD 2 (sekitar Rp 18 ribu) per hari sebagai upah memetik kapas dan membersihkan perkebunan. Kini, sebagai kuli Stadion Arena Pantanal, dia mendapat delapan kali lipat atau Rp 144 ribu setiap harinya.
Selain Silva, masih ada 24 budak pekerja lainnya di Arena Pantanal. Bagi perusahaan kontraktor stadion, memperkerjakan budak memang opsi bagus karena tidak membutuhkan biaya besar. "Hidup saya sudah berubah sekarang. Dulu, saya terkadang harus tidur di tanah perkebunan serta sulit mandi dan makan," kata Silva.
"Kini, saya bangga dengan apa yang saya jalani sekarang. Selain mendapat penghasilan lebih baik, saya memiliki kebanggaan terlibat dalam pembanguan stadion Piala Dunia. Suatu hari nanti, saya akan menceritakannya kepada anak-anak saya," sambung pria 44 tahun tersebut. (dns/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prangko Seri PON Riau Diluncurkan
Redaktur : Tim Redaksi