jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Muhammad Ali Taher Parasong menyarankan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi untuk belajar agama lagi.
Ali meminjam pendapat seorang filsuf Auguste Comte, bahwa berangkat dari sebuah kontemplasi spiritual, tahapan pengetahuan manusia terdiri dari tahapan teologis, metafisika, dan ilmiah.
BACA JUGA: Menag Fachrul Razi: Cadar dan Takwa Tidak Ada Hubungannya
“Dalam konteks itu saya pengin berpesan kepada menteri, jenderal tinggal jenderal, tetapi jenderal yang tidak menapakkan kaki ke bumi kehilangan makna kejenderalannya,” kata Ali saat rapat kerja Komisi VIII DPR dengan Kementerian Agama di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (7/11).
“Saudara jangan pernah berbangga itu, tugas pemimpin menggeser air mata kemiskinan menjadi air mata kebahagiaan," tambah Ali.
BACA JUGA: Semoga Fachrul Razi Jadi Menteri Bukan untuk Imbangi Prabowo
Politikus yang lahir di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur itu mengucapkan selamat kepada Fachrul yang telah dilantik sebagai menag, serta Zainut Tauhid selaku wakilnya. “Saya ingin berpesan, selamat bertugas kepada saudaraku Fachrul, dan adindaku Zainut yang sejak kecil bersama saya. Selamat adindaku, senyummu memesona,” kata Ali Taher.
Politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) itu memiliki keyakinan bahwa Allah mempertemukan Fachrul dan Zainut, memiliki makna.
BACA JUGA: Ada Alasan untuk Ragukan Kemampuan Menag Fachrul Razi
Menurut dia, itu bukanlah sebuah pertemuan biasa, tetapi perjalanan yang dikehendaki Tuhan yang ada maksudnya. “Saya memiliki keyakinan Allah mempertemukan kedua orang itu, satunya sering mengeluarkan pernyataan soal radikal, menag, dan yang satunya kiai (Zainut) ini bukan pertemuan peradaban biasa, tetapi perjalanan yang dikehendaki Tuhan yang ada maksudnya. Jenderal boleh merombak sesuatu, tetapi jangan lupa arah perombakan itu ihdinas siratal mustaqim,” ujar Ali.
Dia berpesan kepada Fachrul supaya menjadikan Kemenag sebagai pengawal rohani bangsa. Pesan ini diucap Ali sampai tiga kali.
Ali menambahkan jangan ada kepentingan jangka pendek, yang mengabaikan jangka panjang. “Saya baru menemukan tiga jenderal jadi menag, Alamsyah yang melakukan perombakan. Jenderal yang sangat sufi, Tarmizi Taher. Sekarang saya pengin menang yang jenderal tetap juga sufi. Menata hati juga penting,” katanya.
Dia mengingatkan jaga niat untuk selalu beribadah kepada Allah di kementerian ini. Menurut Ali, ikhlas beramal dan rela hati, bersama, dari, untuk dan kembali ke Allah. Jadikan kemenag ikhlas beramal, kompak, kerja keras, tahu tugas pokok dan fungsi, amanah.
“Jangan lagi muncul isu-isu radikalisme. Kalau tidak ada radikalisme, tidak ada Namrud bertemu Ibrahim, Musa tidak bertemu Firaun, Muhammad tidak bertemu dengan Abu Lahab, Abu Jahal,” ujar Ali.
Dia mengatakan, kata radikalisme adalah akar dari sebuah persoalan teologis. Menurut dia, yang keliru adalah menggunakan radikalisme dalam konteks politik yang menghancurkan peradaban. Karena itu, Ali setuju kalau radikalisme digunakan untuk membangun dan perjumpaan peradaban. Namun, tegas dia, kalau menggunakan radikalisme untuk menghantam negara, harus dilawan oleh semua.
“Islam mengajarkan kesatuan bangsa itu fardhu ain. Hubbul watan minal iman. Oleh karena itu, belajarlah apa itu agama, Pak Menteri. Apa itu faith (iman), religion. Agama di Pasal 29 (UUD 1945) itu organisasi yang mengatur, bukan faith. Kalau faith itu iman, tidak boleh diganggu,” jelas Ali.
Dia mengatakan, soal pendidikan, kerukunan umat beragama, antarumat beragama dengan pemerintah, dan lainnya itu masuk ke dalam religion. Namun, kata Ali, kalau sudah bicara salat, zakat, dan lainnya itu masuk kepada faith. “Anda tidak boleh masuk ke wilayah itu. Oleh karena itu, menurut saya, saudara harus banyak belajar apa itu religion dan faith,” katanya. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy