LONDON - Pada 1 Mei 1994, pembalap legendaris Formula 1, Ayrton Senna, tewas mengendarai mobil Williams-Renault di Sirkuit Imola. Pada 2012, Bruno Senna akan mencoba menuntaskan perjalanan sang paman, meraih sukses bersama Williams-Renault.
Selasa kemarin (17/1), kursi kompetitif terakhir di F1 2012 akhirnya terisi. Williams, yang tahun ini kembali memakai mesin Renault, mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kontrak dengan Bruno Senna. Pembalap Brazil 28 tahun itu menggeser Rubens Barrichello sebagai rekan setim Pastor Maldonado.
Sudah bukan rahasia, Senna butuh sokongan finansial mumpuni dari perusahaan-perusahaan Brazil untuk mengamankan kursi Williams ini. Tapi, bukan berarti dia datang sekadar berkat bantuan sponsor.
Menurut Williams, tim tersebut telah melakukan evaluasi menyeluruh sebelum memutuskan merekrut Senna. Apalagi, pesaingnya adalah Rubens Barrichello dan Adrian Sutil, dua pembalap yang sangat berpengalaman dan punya reputasi cepat. Frank Williams, bos tim, memberikan penjelasan panjang.
"Bruno baru mulai balapan di usai 20 tahun, tapi langsung membuktikan bakatnya di ajang F3 dan GP2. Pada musim GP2 2008 yang sangat sengit, Bruno finis di urutan kedua sekaligus meraih kemenangan di Monaco dan Silverstone. Yang kedua itu di lintasan basah," tutur Williams.
"Dua musim pertamanya di F1 tidak memberinya kesempatan ideal untuk menunjukkan hasil konsisten. Karena itu, kami mencoba meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk memahami dan mengevaluasinya sebagai seorang pembalap," lanjutnya.
Evaluasi itu dilakukan di lintasan (tidak dengan mobil F1) dan lewat simulator. "Dia telah membuktikan kecepatan, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk belajar cepat sekaligus mengaplikasikan pelajaran itu secara konsisten. Sekarang, kami tak sabar melihat bakat itu berkembang bersama mobil balap kami," tambah Williams.
Dua musim pertama Senna memang tersendat-sendat. Musim perdananya adalah bersama HRT, tim terburuk di F1. Musim lalu, dia baru tampil di tengah musim menggantikan Nick Heidfeld. Dalam delapan lomba, Senna menunjukkan tanda-tanda kehebatan, tapi tidak cukup konsisten. Total, dia hanya meraup dua poin.
Williams sendiri juga baru menjalani musim terburuk dalam sejarah tim. Mobil mereka tidak cukup cepat, hanya mampu meraih total lima poin dan finis di urutan sembilan (dari 12 tim).
Bersama Senna, Williams juga berharap bisa naik peringkat lagi. Asal tahu saja, pada 1994, dalam tiga lombanya bersama Williams, Ayrton Senna gagal menorehkan poin. Kalau Bruno Senna mampu meraih poin saja bersama Williams, dia seperti sudah menuntaskan "hutang" keluarga.
"Adalah sebuah kehormatan dapat dipilih oleh Williams. Tim ini punya sejarah luar biasa, dan semoga saya bisa menorehkan catatan baik dalam sejarah tersebut. Proses evaluasi telah saya jalani secara intensif dan tertata. Selama bersama tim, saya melihat tim ini punya orang-orang hebat dan sumber daya yang cukup untuk meraih hasil lebih baik," papar Senna.
"Menarik sekali rasanya membalap untuk tim yang sama dengan paman saya. Apalagi, di sini ada beberapa orang yang dulu juga ikut bekerja bersama Ayrton. Semoga saya bisa memberi mereka memori indah," tandasnya.
Dengan pengumuman ini, belum jelas apa yang akan terjadi pada Rubens Barrichello. Dia terancam tidak bisa menjalani musim ke-20-nya di F1. Sekarang, dari total 12 tim dan 24 jatah pembalap, hanya satu kokpit tersisa di HRT-Cosworth. Belum jelas, apakah Barrichello mau menjalani musim bersejarahnya (karir terpanjang di F1) bersama tim peringkat juru kunci. Lewat akun Twitter-nya, Barrichello alias Rubinho hanya bilang "Masa depan masih sangat terbuka." (aza)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tertolong Penalti Kontroversial
Redaktur : Tim Redaksi