Sensus Dengan Big Data Mobile Positioning Lebih Presisi

Minggu, 12 Februari 2017 – 17:12 WIB
Ilustrasi BPS. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suharyanto memang baru menggantikan pejabat lama Suryamin yang memasuki masa pensiun pada15 September 2016.

Namun, visi ke depan pria asli Blitar, Jawa Timur ini sudah terasa meskipun baru genap lima bulan menjabat.

BACA JUGA: Ingat, Fungsi BCN Bukan Hanya untuk Perangi Hoax

Metode sensus dengan Big Data Mobile Positioning Data (MPD) yang sudah dilakukan untuk menghitung wisatawan mancanegara (Wisman) melalui teknologi seluler sejak Oktober, November, Desember 2016 itu diacungi dua jempol.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi angkat topi dengan skema penghitungan di wilayah perbatasan yang biasa disebut PLB atau Pos Lintas Batas terseebut.

BACA JUGA: Keamanan Cyber Jadi Fokus Utama di 2017

Ada 19 Kabupaten dan 46 Kecamatan di kawasan terdepan Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga yang dihitung dengan mobile celluler yang berkualitas, akurat, mudah, dan hasilnya presisi.

“Era digital memang harus didekati dengan teknologi digital pula. Saya lihat, uji coba penggunaan Big Data Mobile Positioning untuk Singapura dan alat detektornya dipasang di Batam bulan September 2016 lalu. Hasilnya, hampir sama, nyaris tidak ada beda. Terlalu kecil, margin erornya, sehingga bisa diabaikan. Data pertama dihitung oleh Imigrasi, data kedua dihitung dengan menggunakan Big Data MPD itu. Hasilnya presisi!” jelas Didien.

Penghitungan ini betul-betul menggunakan mata teknologi, dengan mesin, tidak ada kompromi dengan tangan manusia. Proses pengambilan data juga dilakukan nonstop selama 24 jam x 7 hari x 52 minggu dalam setahun.

Teknologi itu memberikan profile customers wisman yang datang dengan lengkap, soal lama tinggal (length of stay), frekuensi kedatangan, spending, preferensi aktivitas wisata,  kota asal dan mampu mencatat wisman yang tidak melalui jalur pintu PLB.

Karena itu, Didien sangat yakin Kecuk yang pernah menjabat Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik sepanjang Februari 2012-September 2016 dan Direktur Analisis dan Pengembangan Statistik sejak 2010 itu cukup memiliki visi yang jauh ke depan.

Digital itu sebuah keniscayaan yang tidak bisa tidak, pasti akan terjadi. Tren dunia juga menuju ke sana. “Maka semua platform sekarang sudah di-support dengan teknologi digital. Salut, sudah menjemput masa depan,” ungkap Didien.

Pesan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro saat melantik Kecuk pada 15 September 2016 lalu adalah soal kualitas data.

Menurutnya, kualitas data yang dihasilkan oleh BPS itu semakin signifikan dan sangat penting.

Data tersebut akan menjadi berbagai kebijakan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat. Data itu juga dibaca oleh private sectors yang berkompeten.

Lalu apa tanggapan Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA)? Ketua ASITA Asnawi Bahar juga memuji BPS yang memiliki visi baru, yakni go digital.

Dia menyebut ini kemajuan pesat buat badan yang dipimpin Kecuk itu. Go digital sudah pasti lebih sistematis, lebih akurat, lebih presisi, jauh dari potensi polemik karena perbedaan angka.

”Kami sudah pasti akan menyambut positif. Akan semakin minim margin error-nya dan semua akan terhitung secara akurat, sebuah keharusan dan kemajuan, terutama terkait dengan wisatawan. Ini akan sangat bermanfaat buat kami ke depan,” ujar Asnawi.

Seperti diketahui, Big Data MPD merupakan sebuah terobosan terbaru dalam dunia teknologi informasi yang memungkinan proses pengolahan, penyimpanan dan analisis data dalam beragam format, yang akurat, cepat, mudah dan murah.

Asnawi mendukung BPS men-support penggunaan Big Data (Mobile Positioning Data) oleh BPS.

Terutama, lanjut Asnawi, dalam penghitungan data wisman sejak Januari hingga Desember 2016.

"Tanpa meninggalkan yang konvensional, menghitung dengan cara digital sudah memang seharusnya, karena semua pergerakan wisatawan kedatangannya maupun proses berkunjungnya juga sudah dideteksi dengan digital,” ujar pria yang lahir di Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, 3 April 1961 yang lalu itu.

Untuk itu, sudah seharusnya BPS melakukan penghitungan dengan cara tersebut karena nantinya angka wisatawan akan valid dan sesuai dengan fakta yang ada.

”Semua bakal terdeteksi, karena era digital adalah era kepastian yang saat ini terus berkembang. Tapi jangan ditinggalkan cara konvensional sebagai dasar penghitungan,”katanya.

Seperti diketahui, sejak Oktober-November-Desember 2016, proses penghitungan wisman di 19 Kabupaten dan 46 kecamatan, di Pos Lintas Batas (PLB) Non Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) sudah dimulai.

Ke-19 titik itu memang belum ada petugas Imigrasi, dan selama ini dihitung dengan menerjunkan surveyor dengan metode sampling, di beberapa titik di dalam rentang waktu yang tertentu.

Dengan Big Data Mobile Positioning itu, sudah seperti disensus. Tidak lagi di survey yang mengambil sampling beberapa, dan rentang waktu pendek. Semua pelintas batas yang membawa HP, secara otomatis ter-record.

Karena itu, manfaat pencatatan wisman berbasis Big Data ini sangat besar. ”Semua akan terdata dengan baik, semua akan ada hasilnya valid,” jelas Asnawi. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Internet  

Terpopuler