Sentilan Inas untuk BEM: Dikritik Balik Seringnya Naik Darah dan Turun ke Jalan

Jumat, 02 Juli 2021 – 10:44 WIB
Ilustrasi - Massa yang tergabung dalam BEM SI berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (16/10). Foto: Ricardo/JPNN/com

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Hanura Inas Nasrullah Zubir menyentil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari sejumlah perguruan tinggi yang terkesan reaktif ketika BEM UI dikritik balik atas unggahan Jokowi: The King of Lip Service.

"BEM lebih membawa emosional ketimbang intelektual. Jadi, tidak heran apabila dikritik balik atau dibantah kemudian seringnya mereka naik darah dan turun ke jalan tanpa memberi solusi," ucap Inas melalui pesan elektronik kepada JPNN.com, Jumat (2/7).

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: BEM UI Dikritik, Pak Luhut Bikin Situasi Tegang, Danrem Bawa Prajuritnya Tengah Malam

Melalui pesan itu, wakil ketua Dewan Penasihat DPP Hanura itu mengatakan bahwa BEM perlu diutak-atik agar mampu mengkritik dan siap dikritik.

Dia lantas menerangkan bahwa kritik memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

BACA JUGA: Martin: Saya Sudah Tidak Tega Melihat Tenaga Kesehatan, Tolonglah!

Artinya, kata Inas, Kritik seharusnya bertujuan untuk mengevaluasi sebuah karya atau atau kerja dengan menghadirkan data, fakta dan analisa.

Namun, yang sering terjadi menurut adalah kritik hanya sekadar kecaman atau celaan terhadap suatu tindakan atau keadaan yang dianggap menyimpang serta tidak benar menurut perspektif yang mengkritik.

BACA JUGA: Cuma Bisa Mengolok-olok, BEM UI Dikritik Sesama Mahasiswa

"Malahan, yang terjadi di era sosial media ini kritik dijadikan alat untuk membangun opini pada suatu tema atau topik dengan tujuan pencitraan belaka," ucap politikus berdarah Minang itu.

Selain itu, lanjut Inas, apabila gemar mengkritik seperti yang sering dilakukan oleh BEM kepada Presiden Jokowi, maka BEM juga harus siap dikritik oleh orang-orang yang berbeda perspektif dan tidak sepemahaman.

"Jangan malahan bereaksi keras dan bahkan ngamuk, lalu menggerakan demo! Jadi, sangat disayangkan kalau ternyata BEM sendirilah yang justru antikritik," sebut mantan politikus Senayan itu.

Lalu kenapa BEM begitu sensitif ketika dikritik balik? Menurut Inas, semua itu berpulang kepada posisi BEM itu sendiri di masing-masing perguruan tinggi yang terkadang justru dipandang sinis oleh mahasiswa di kampusnya sendiri.

Hal itu menurutnya sebuah dilema yang dihadapi oleh BEM yang di dalam kampus seolah-olah menjadi lembaga eksekutif yang menjalankan pemerintahan, tetapi sayangnya tidak punya gigi di lingkungannya sendiri. Malahan sering dianggap makhluk asing.

Akibatnya kemudian, BEM mencari jati diri di luar kampus dengan kegiatan yang sama sekali tidak akademik, bahkan hanya buang-buang energi di terik matahari tanpa mampu memberikan solusi," tutur Inas.

BACA JUGA: BEM Universitas Asahan Minta Jokowi Tetap Fokus Bekerja

Dia menilai semua itu bisa terjadi karena BEM sendiri tidak mampu berbuat banyak di kampusnya sendiri dalam membela kepentingan mahasiswa.

"Lha, kalau mahasiswa enggak merasa dibela kepentingannya oleh BEM, apakah mereka akan menghargai BEM? Sehingga lebih banyak mahasiswa yang mencibir kepada BEM karena dianggap hanya pencitraan, terutama bagi karier mereka setelah keluar dari kampus," pungkas Inas Nasrullah Zubir. (fat/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler