jpnn.com - jpnn.com - Prajurit TNI dari Pleton Petempur Khusus (Tonpersus) Yonif 10 Marinir Satria Bhumi Yudha (SBY) Batam, menggelar latihan rutin operasi amfibi di perairan jembatan III Batam, Kepri, Kamis (2/3) siang.
Sebanyak 200 prajurit dilatih untuk menakluhkan medan dan peralatan tempur musuh di wilayah kekuasaan musuh melalui jalur laut.
BACA JUGA: Lihat Nih, Ribuan Anggota Marinir Uji Ketangguhan
Stimulasi latihan dimulai dengan pemetaan wilayah kekuasaan musuh yang akan didatangi dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Setelah memastikan jalur yang bisa masuk, prajurit diberangkatkan dengan empat perahu karet dan dua kapal motor sea reader.
Dalam perjalanan menuju lokasi target, prajurit diwajibkan siaga satu. Saat mendekati wilayah musuh atau sekitar 800 meter sebelum lokasi target, sepuluh orang prajurit dengan satu perahu karet diberangkatkan lebih dahulu untuk memantau situasi.
Mereka akan memantau situasi di wilayah kekuasaan musuh agar pasukan lainnya bisa mendekat dengan aman.
Sebelum memasuki wilayah pantai, dua dari 10 prajurit yang diberangkatkan duluan tersebut harus berenang hingga ke tepi pantai untuk memastikan situasi di tepi panti.
"Dua orang perenang ini menjadi kuncinya. Mereka yang akan pastikan bahwa wilayah pendaratan perahu prajurit lainnya aman," ujar Danyonif Marinir 10/SBY Letkol Marinir Carles Arianti Lumban Gaol di lokasi latihan, seperti diberitakan Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
Jika situasi dilokasi pendaratan perahu sudah aman, maka dua perenang itu akan memberikan kode kepada kelompok mereka di perahu dan kelompok tersebut juga menyampaikan ke kelompok lain yang ada di belakang untuk segera mendekati lokasi target.
"Jika semua aman dan tiba di lokasi target baru dilakukan penyerangan dan pelumpuhan," ujar Carles.
Dijelaskan Carles, kunci dari latihan tersebut ada pada tim pengintai. Peran tim pengintai sangat penting untuk memperkuat penyerangan ataupun meminimalisir korban dari pihak prajurit sendiri.
"Sebab kalau salah tafsir saja dari tim pengintai ini, maka prajurit semua yang akan kena. Musuh pasti akan lebih dahulu menyerang karena mereka menyerang wilayah musuh," ujarnya.
Jika misi dari tim pengintai gagal atau terdeteksi musuh misalkan, maka operasi militer tersebut harus dibatalkan demi keselamatan prajurit.
"Kita yang nyerang wilayah musuh, jadi harus mundur kalau sudah ketahuan," tutur Carles.
Latihan operasi amfibi tersebut diakui Carles sangat penting untuk sebuah operasi perang. Sebab dalam perang apapun sebelum melakukan penyerangan, prajurit sudah harus terlebih dahulu memahami sistuasi di lokasi target sekalipun itu wilayah kekuasaan musuh.
"Latihan ini rutin setiap minggu. Tidak saja pasukan Tonpersus, tapi kompi senapan A dan B juga. Latihan akan dilakukan secara bergantian setiap minggu. Karena bagaimanapun prajurit semua dilibatkan jika ada operasi seperti ini," terangnya.
Pasi Ops Yonif 10 Marinir SBY Mayor Riyanto Manurung menambahkan, latihan untuk prajurit Marinir juga dilakukan rutin setiap hari mulai dari latihan perorangan, pelton, kompi hingga latihan bersama dengan satuan lain.
"Untuk latihan kami ada tingkatan mulai TW I untuk perorangan, TW II untuk tingkat Pleton, TW III untuk tingkat kompi dan TW IV untuk latihan gabungan dengan satuan lain dan itu rutin setiap hari, minggu dan juga setiap bulan," tuturnya.
Latihan rutin tersebut bertujuan untuk mempertajam keahlian prajurit untuk mengamankan wilayah kesatuan NKRI dari berbagai ancaman. (eja)
Redaktur & Reporter : Budi