Seorang perempuan Australia yang disuruh telanjang dan diperiksa seluruh tubuhnya di Bandara Doha (Qatar) sebelum terbang ke Sydney awal Oktober mengatakan sedang mempertimbangkan akan mengajukan gugatan hukum. Pemeriksaan itu dilakukan setelah penemuan bayi prematur di salah satu kamar mandi bandara. Insiden pemeriksaan di Qatar
Dua penumpang perempuan pesawat Qatar Airways QR908 mengatakan kepada ABC mengatakan mereka tidak tahu apa yang terjadi ketika seluruh penumpang perempuan dminta turun setelah adanya penundaan selama 3 jam tanggal 2 Oktober lalu.
BACA JUGA: Pertama Kali Dalam Empat Bulan, Tidak Ada Kasus Baru COVID-19 di Melbourne
Dua perempuan tersebut yang tidak mau disebut namanya tidak saling mengenal sebelum mereka naik pesawat.
Mereka sedianya akan meninggalkan Bandara Internasional Hamad (HIA) jam 20:30 malam, namun penerbangan ditunda selama tiga jam setelah adanya bayi yang lahir prematur ditemukan di kamar mandi bandara.
BACA JUGA: Salon Diserbu Setelah Empat Bulan Tutup, Lebih Ramai dari Musim Liburan Natal
Menurut mereka, penemuan bayi ini tidak dijelaskan kepada penumpang sebelum mereka diperiksa.
Dua penumpang ini kemudian bersama yang lain disuruh turun dari pesawat dan dibawa dengan dua ambulans yang sudah menunggu.
BACA JUGA: Kisah Mereka yang Pensiun Dini dan Kena PHK di Tengah Pandemi COVID-19
"Tidak seorang pun berbahasa Inggris dan tidak ada yang menjelaskan apa yang terjadi. Menakutkan sekali," kata salah seorang penumpang perempuan tersebut.
"Semua kami 13 orang dan kami disuruh turun. Seorang ibu di dekat saya meninggalkan anaknya yang sedang tidur di dalam pesawat."
"Ada seorang nenek yang penglihatannya sudah tidak bagus dan dia disuruh turun juga. Saya yakin dia juga diperiksa," katanya.
Walau mengatakan dia menghormati hukum dan budaya Qatar, penumpang tersebut mengatakan sedang mempertimbangkan gugatan hukum.
"Bila 12 perempuan lain melakukan class action, saya pasti akan menjadi bagian juga," katanya.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan insiden yang disebutnya 'tidak layak, menjijikan ini' sekarang sudah dilaporkan ke Polisi Federal Australia (AFP).
Seorang perempuan lainya mengatakan dia bersama rombongan enam perempuan, yang merasa panik ketika menyadari bahwa mereka dibawa ke luar bandara.
"Ketika sampai di sana, ada seorang perawat mengenakan masker dan pihak berwenang menutup pintu ambulans dan menguncinya," katanya.
"Mereka tidak menjelaskan apapun. Perawat itu memerintahkan saya untuk menurunkan celana dan bahwa vagina saya mesti diperiksa."'
"Saya mengatakan tidak mau, dan dia tidak menjelaskan alasannya. Dia hanya berulang kali mengatakan kami harus melihatnya, kami harus melihatnya."
Penumpang tersebut mengatakan dia berusa keluar dari ambulan dan pihak berwenang membuka pintu.
"Saya melompat dan berlari ke arah rombongan kami. Kami tidak bisa kemanan-mana," katanya.
Perempuan tersebut mengatakan akhirnya dia membuka seluruh pakaiannya, dan diperiksa dan diraba-raba oleh perawat perempuan.
"Saya panik. Semua orang terlihat pucat dan ketakutan," katanya.
"Saya sangat takut ketika itu, dan tidak tahu apa kemungkinan yang akan terjadi." Photo: Penumpang perempuan diperiksa dalam rute dari Qatar ke Australia. (Supplied: Qatar Airways)
"Tindakan yang tidak bisa diterima"
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne yang juga adalah Menteri Urusan Perempuan mengatakan dia berharap akan mendapat laporan mengenai insiden dari pemerintah Qatar minggu ini.
"Ini bukan sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya dalam hidup saya, dalam konteks apapun," katanya.
"Kami sudah menyampaikan dengan jelas pendapat kami kepada pemeerintah Qatar."
Senator Payne juga mengatakan masalah tersebut sudah dilaporkan ke AFP.
Namun masih belum jelas apakah AFP memiliki kewenangan apapun dalam insiden, yang terjadi di Doha di Timur Tengah.
Senator Payne menolak memberikan komentar lebih lanjut sampai melihat laporan lengkapnya, namun mengatakan pemerintah sudah mendapat mengenai laporan masalah ini tanggal 2 Oktober lalu.
Pemimpin partai oposisi Partai Buruh Anthony Albanese menggambarkan insiden tersebut sebagai 'sangat mengganggu' dan mengatakan akan meminta penjelasan dari pemerintah.
"Dalam pandangan saya ini hal yang sama sekali tidak bisa diterima," katanya.
"Pemerintah memiliki hubungan dengan Qatar, pemerintah dalam posisi untuk melakukan berbagai aktivitas, dan saya pikir diperlukan hal yang lebih dari sekedar kata-kata yang keras."
Polisi NSW mengatakan kedua penumpang perempuan tersebut mendapat bantuan medis dan psikologis ketika menjalani karantina di hotel di Sydney. Photo: Menteri Luar negeri bayangan dari pihak oposisi Penny Wong mendukung pemerintah mengajukan keprihatinan kepada Qatar. (ABC News: Jed Cooper)
Menteri Luar Negeri bayangan dari pihak oposisi Penny Wong dalam komentarnya di medis sosial mendesak pemerintah Qatar untuk lebih 'transparan'.
"Para perempuan ini tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu," katanya di Twitter.
"Partai Buruh mendukung pemerintah dalam tindakan menyampaikan keprihatinan serius Australia kepada pihak berwenang Qatar."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya. Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maksimalkan Stimulus PSC dari Pemerintah, Angkasa Pura II Siapkan 3 Strategi