Nadene Marsh mencoba hidup menggelandang selama satu minggu di kota Melbourne, dan merasakan sendiri betapa beratnya kehidupan kaum gelandangan terutama di saat hujan.

Nadene adalah voluntir di sebuah organisasi sosial yang menangani kaum gelandangan. Ia telah bertekad akan hidup menggelandang selama seminggu, paling tidak sekali sebulan.

BACA JUGA: Gadis Kecil 9 Tahun Tinggalkan Australia untuk Dinikahkan

Ia bermimpi untuk mendirikan pusat komunitas khusus bagi gelandangan yang tak punya rumah terutama dari kalangan anak muda.

Menurut data, saat ini setidaknya terdapat 100 ribu orang yang tidak memiliki tempat tinggal permanen di Australia.

BACA JUGA: Australia Mulai Selidiki Kasus Pelecehan Seksual di Tempat Yoga

Berikut catatan harian Nadene, yang "turun ke jalan" bersama anjingnya yang bernama Chico.

Senin - Saya menemukan sebuah tempat yang cukup datar di sebuah taman, namun sayangnya tidak cukup terlindung. Bangun pukul 6 pagi saat gerimis, dan cepat-cepat berkemas sebelum hujan deras tiba.

BACA JUGA: Angka Perceraian di Australia Menurun Kecuali di Australia Barat

Tidur di tempat terbuka harus selalu memperhatian cuaca dan memiliki rencana darurat. Sayangnya saya tidak memiliki hal itu.

Tidak banyak tempat yang bisa saya datangi bersama Chico di saat hujan seperti ini.

Saya dan Chico akhirnya berteduh di tribun tertutup sebuah stadion. Untungnya tak ada nyamuk, namun sangat bising, termasuk dari orang-orang yang juga turut berteduh. Saya tidak merasa aman di sini, namun lama-lama jadi terbiasa juga.

Hari ini sangat menyesakkan. Betapa beratnya kehidupan di saat hujan.

Selasa - Terbangun dengan pemandangan balon ujdara di kejauhan. Lokasi ini cukup baik karena toiletnya tidak jauh. Jeleknya karena banyak orang membawa anjingnya berjalan-jalan di sekitar sini. Saya lebih suka tidak dilihat orang - mungkin karena malu.

Siang hari, ada aksi demonstrasi yang menentang kekerasan dalam rumah tangga, serta aksi damai dari Homeless Person’s Union of Victoria di gedung parlemen.

Rabu - Lagi-lagi terbangun dengan pemandangan balon udara. Tapi hari ini saya harus kembali masuk kerja. Saya lewati Enterprise Park, taman yang menjadi tempat para gelandangan.

Perjalanan pulang ke tempat berteduh di seberang sungai lebih menantang, karena di sana berjejeran rumah warga.

Kamis - Mandi dan mencuci di fasilitas komunitas. Tempat ini menyediakan handuk, sampo dan sabun cuci, termasuk makanan.

Saya abaikan makanannya karena tampaknya kurang sehat.

Seiring waktu saya mulai menyadari bahwa makanan di tempat ini sangat buruk, jelas tidak bergizi. Saya kira mereka sudah berusaha sekuatnya. Yang datang kebanyakan orang lansia.

Saya biasanya tidak akan mengambil makanan di sini, dan menunggu hingga saya tiba di sebuah LSM di daerah Abbotsford, yang saya tahu selalu menyediakan makanan yang baik.

Saya makan dua kali sehari - dan mengunyah camilan buah atau kacang yang saya beli sendiri.

Minggu - Makan banyak di LSM di Abbotsford, dan ikut membantu di sana. Tak seperti LSM lainnya, LSM bernama Lentil As Anything ini adalah juga restoran, sehingga makanannya selalu enak. Orang-orangnya dermawan.

Ada yang sekadar lewat, murid sekolah usia 11 tahun, pensiunan, pencari suaka, berbaur bersama kaum gelandangan, orang terkebelakang, orang yang memiliki gangguan mental. Ada juga warga masyarakat biasa.

Lentil As Anything menyediakan makanan, persahabatan, dan rasa kekeluargaan.

Pengalaman selama sepekan menyadarkanku pentingnya komunitas seperti ini. Dan, ada tempat mandi bagi mereka yang membutuhkan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tertangkap Kamera, Hiu Lompat dari Air di Tengah Kerumunan Peselancar

Berita Terkait