Sepenggal Kisah Patmi, Kartini Kendeng Menyemen Kaki

Selasa, 21 Maret 2017 – 18:15 WIB
Sahabat-sahabat Patmi, saat mengenang almarhumah di LBH Jakarta. Foto: Andrian Gilang/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepergian Patmi (48) untuk selama-lamanya mendatangkan kepedihan bagi sahabatnya. Patmi merupakan seorang petani di kawasan Pegunungan Kendeng.

Patmi berpulang pada Selasa (21/3), pukul 02.55 WIB dalam perjalanan dari LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba. Dia merupakan salah seorang Kartini Kendeng yang merelakan kakinya disemen sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

BACA JUGA: Pengamat LIPI Soroti Gaya Teten di Polemik Semen

Ani merupakan tetangga Patmi di Kendeng Pati. Dia menceritakan mengenai perjuangan Patmi dalam memperjuangkan kelestarian alam dan lestarinya Gunung Kendeng.

"Ketika Ibu Patmi‎ mencium bau akan berdirinya pabrik semen di dua kecamatan, Ibu Patmi dengan spontan langsung ikut gerakan," kata Ani di LBH Jakarta, Menteng, Jakarta, Selasa (21/3).

BACA JUGA: Teten: Tidak Semua Harus Dari Presiden

Ani menjelaskan, Patmi mengikuti aksi jalan kaki dari Pati hingga Semarang. Selain itu, Patmi juga mengikuti aksi jalan kaki dari Rembang sampi Semarang.

Terakhir, Patmi juga mengikuti aksi pengecoran kaki dengan semen. "Ibu Patmi gigih perjuangannya dalam pengecoran kaki ini," ucap Ani.

BACA JUGA: Warga Kendeng Dipasung Semen Wafat, Ini Reaksi Istana

Empat orang perwakilan petani Kendeng menemui Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Senin (20/3) kemarin. ‎Ani menyatakan, setelah pertemuan itu, para petani Kendeng ingin beristirahat sejenak dan pulang kampung.

Ani mengajak Patmi untuk pulang. Namun, Patmi menolak tawaran tersebut. Ani pun tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan perjuangan Patmi. Dia mengatakan, Patmi memilih untuk tinggal di Jakarta.

"Dia tidak mau ‎pulang, katanya saya disuruh tinggalkan dia," ucap Ani.

Dia tidak menyangka Patmi akan pergi untuk selama-lamanya. "Tapi enggak tahu jadinya seperti ini," ‎ungkap Ani.

Pengacara publik LBH Jakarta M. Isnur menceritakan kronologi wafatnya Patmi. Dia menjelaskan, coran semen telah dilepas dari Patmi pada pukul 23.00 WIB.

Sehabis mandi, Patmi merasakan sakit dada. Pada saat itu dokter yang ‎mendampingi para petani Kendeng dipanggil untuk melakukan pemeriksaan terhadap Patmi.

"‎Dokter menduga serangan jantung. Kemudian dibawa ke Carolus. Sampai di sana 02.50 WIB, diterima 02.55 WIB. Oleh dokter di sana disebut kematian mendadak, " tutur Isnur.

Isnur menyatakan, Patmi sebelumnya dalam keadaan sehat. Bahkan, ketika melakukan aksi, Patmi ceria. "Kejadian pagi ini membuat kami kaget," ucapnya. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mana yang Lebih Penting, Air atau Semen?


Redaktur & Reporter : Gilang Sonar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler