Seperti Mobil Listrik, Bangunan Rendah Emisi Karbon Layak dapat Insentif Pemerintah

Sabtu, 10 Desember 2022 – 08:38 WIB
CEO of Rima Ginanjar Architects, Rima Ginanjar mengatakan bangunan rendah emisi karbon layak mendapatkan insentif pemerintah. Foto dok. RGA

jpnn.com, JAKARTA - Penetapan target pengurangan emisi karbon menjadi 31,9 persen pada 2030 dari sebelumnya 29 persen yang dilakukan pemerintah perlu mendapatkan dukungan dari semua stakeholder.

CEO of Rima Ginanjar Architects, Rima Ginanjar mengatakan hal itu penting untuk menanggulangi dampak perubahan iklim dan juga dukungan atas hidup lebih baik di masa depan.  

BACA JUGA: Optimalkan Produksi Migas Nasional, Pemerintah Siapkan Aturan Kurangi Emisi Karbon

Salah satu penyumbang karbon dunia terbesar adalah bangunan, yakni sebanyak 40 persen. Ini mengalahkan sektor transportasi seperti mobil dan kendaraan lainnya, karenanya pembuatan gedung atau bangunan harus mengutamakan zero carbon atau nol emisi.

Rima Ginanjar menyoroti hasil kesepakatan para pemimpin dunia di KTT G20 terhadap isu perubahan iklim, perlu ditingkatkannya kesadaran para arsitek untuk bisa bersinergi pada seluruh pihak, dan lebih peduli menggunakan bahan bangunan emisi zero carbon untuk membantu visi misi pemerintah dalam menekan tingginya emisi karbon di Indonesia.

BACA JUGA: Peringati HPMI 2022: PLN Tanam 1,47 Juta Pohon, Serap Emisi Karbon 5,5 Juta ton CO2

“Menanggapi hasil kesepakatan KTT G20 kemarin, saya mempunyai target dan visi Indonesia Zero Carbon by 2045. Karena penyumbang karbon terbesar adalah bangunan, saya sebagai seorang arsitek menyadari bahwa pentingnya untuk memfokuskan Rima Ginanjar Achitects untuk mendesain bangunan-bangunan low-zero carbon," kata Rima Ginanjar dalam keterangannya Sabtu (10/12).

Dia menambahkan tanpa bantuan arsitek yang peduli terhadap climate change dan zero carbon, Indonesia tidak mungkin dapat mencapai targetnya.

Rima Ginanjar Architects (RGA) sendiri telah menetapkan target dan visi Indonesia Zero Carbon by 2045. Hal itu untuk membantu visi misi pemerintah untuk menekan tingginya emisi karbon di Indonesia.

Sebagai seorang arsitek dia menyadari pentingnya memfokuskan perusahaan untuk mendesain bangunan-bangunan low-zero carbon. 

"Karena tanpa bantuan arsitek yang peduli terhadap climate change dan zero carbon, Indonesia tidak mungkin dapat mencapai targetnya,” tegasnya.

Selain itu, lanjutnya perlu dukungan langkah konkret pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penting dengan dampak nyata untuk segera mengatasi perubahan iklim.

Salah satunya dengan mengurangi pajak bangunan zero carbon dan memberikan kemudahan untuk memasang solar panel dari skala rumahan hingga skala besar.

"Juga kebijakan-kebijakan yang mendukung menekan emisi karbon dan memberikan banyak insentif agar mendorong terciptanya percepatan terhadap penggunaan zero carbon," imbuhnya.

Seperti halnya mobil listrik yang sudah mulai banyak insentif atau pengurangan pajak dari pemerintah, bangunan belum mendapat atensi dan benefit yang sama layaknya transportasi. 

Rima Ginanjar Architects (RGA) merupakan perusahaan arsitek dan interior pertama di Indonesia yang berkomitmen untuk desain zero carbon.

Pada 2045 menjadi target zero carbon RGA karena Indonesia akan menginjak 100 tahun merdeka. 

"Untuk mewujudkan Indonesia maju, adil, dan makmur, bangunan yang merupakan cerminan dari peradaban perlu menjadi bangunan yang zero carbon untuk menciptakan lingkungan yang produktif, sehat, dan efisien," pungkasnya.(esy/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler