jpnn.com, SURABAYA - Cabai menjadi pemicu inflasi di Jawa Timur. Inflasi Jatim pada Juli 2019 sebesar 0,16 persen (month to month).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono mengatakan, harga cabai naik 128,71 persen dengan andil terhadap inflasi 0,09 persen.
BACA JUGA: Benih Bermutu Tonggak Penentu Hasil Produksi Cabai
Dia menambahkan, kenaikan harga tersebut disebabkan suplai yang sedikit.
BACA JUGA: Terobosan Kementan Permudah Perizinan Sukses Tingkatkan Ekspor
BACA JUGA: Cabai Katrol Inflasi Juli
Teguh menjelaskan, berdasarkan informasi dari dinas pertanian, saat ini memang belum waktunya panen.
Pasalnya, petani baru tanam cabai setelah panen padi tahap pertama atau sekitar Mei–Juni.
BACA JUGA: Ibu - Ibu yang Sabar ya..Harga Cabai Kini Rp 100 Ribu
“Dengan perhitungan mulai tanam sampai panen selama 30 hari, maka Agustus ini mulai panen, puncaknya September,” paparnya.
Di antara komoditas pemicu inflasi, kenaikan harga cabai maupun andilnya memang paling tinggi.
Komoditas penyumbang inflasi lainnya seperti emas perhiasan dengan kenaikan harga 3,42 persen dan andil 0,04 persen.
Sementara itu, kenaikan harga daging ayam ras dan cabai merah yang masing-masing 3,97 dan 20,63 persen.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jawa Timur Nanang Triatmoko menuturkan, menjelang Iduladha sudah terlihat adanya kenaikan permintaan. Indikasi kenaikan permintaan itu terlihat dari pergerakan harga.
"Padahal, volume cabai juga naik, karena ini memasuki awal panen. Namun, kenaikan volume itu belum bisa menyamai kenaikan permintaan. Karena itu, harga masih tinggi,” tandasnya. (vir/ken/res/c12/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Benarkah Makanan Pedas Bisa Picu Demensia?
Redaktur & Reporter : Ragil