jpnn.com, JAKARTA - Pandemi virus Corona baru (Covid-19), memberi dampak besar di semua sektor industri, termasuk otomotif.
Sejumlah pabrikan sudah mulai menghentikan aktivitas produksinya, imbas aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), guna menekan laju penyebaran Covid-19.
BACA JUGA: Pengusaha Otomotif Diingatkan Harus Tetap Bayarkan THR Ya..
Dampaknya jelas memukul bisnis otomotif di tanah air. Menurut Executive Director INDEF, Tauhid Ahmad, di tengah krisis seperti ini siapa yang mau mengeluarkan uang untuk pembelian pada kebutuhan yang tidak terlalu mendesak?
Penjualan otomotif hanya berharap pada kalangan menengah ke atas. Sementara segmen bawah sulit berharap.
BACA JUGA: Resep Menperin Gairahkan Industri Otomotif di Tengah Pandemi Corona
"Kalau dilihat realnya, 1 sampai 19, 5-7 itu menengah dan 8-10 itu ke atas, kalau menengah ke bawah tidak mungkin, industri berharap ada kelompok menengah ke bawah yang mau beli otomotif untuk memperbesar jualannya," terang Tauhid kepada wartawan.
Namun, kata Tauhid lagi, kenyataannya kan itu sulit. Pegawai yang punya gaji tetap saja terganggu dengan kondisi saat ini.
BACA JUGA: Dampak Corona Sudah ke Jantung Industri Otomotif di Indonesia
"Misalkan PNS mulai goyang, THR dan gaji ke-13 hanya didapat untuk golongan ke bawah, kalau golongan atas tidak dapat. Padahal yang jadi konsumen biasanya pegawai golongan ke atas," tambahnya.
Dengan demikian, industri otomotif jelas terpukul. Kondisi seperti ini diprediksi bisa sampai 6 bulan.
"Cuma kan tergantung pemerintah, kalau melakukan penanganan dengan cepat ya 6 bulan, itu sudah normal dan masuk ke tahap recovery. Kalau Mei nanti tidak selesai gelombang kedua akan muncul, ini yang harus diantisipasi," tegasnya.
Yang pasti, lanjut Tauhid, ketepatan langkah pemerintah menjadi penawar penting. Terutama seberapa efektif melawan pandemi ini. "Di sini kuncinya," pungkasnya. (mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha