Informasi yang dihimpun Radar (Grup JPNN), pagi itu Suprapto berada di ruang kelas untuk mengikuti ujian akhir semester. Namun saat pelajar warga Kampung Suket Duwur RT 02 RW 10 Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti itu sedang duduk di bangku kelas, tiba-tiba Hasmita meminta Suprapto berdiri. Tanpa alasan jelas, Hasmita menampar wajah Suprapto di depan teman-temannya, lantas menyuruhnya pulang.
Suprapto pun langsung pulang ke rumah. Keluarganya kaget melihat anak itu pulang lebih awal. Saat ditanya, Suprapto menceritakan penamparan yang diterimanya oleh guru sekolah kepada kakaknya, Titin Sumarni.
Mendapat laporan dari adiknya, Titin segera mendatangi sekolah untuk memita klarifikasi Hasmita. Termasuk menanyakan alasan kenapa sampai adiknya ditampar saat hendak mengikuti ujian. Terlebih kejadian itu dilakukan di depan siswa lainnya di dalam kelas.
Ditemui wartawan Koran ini di SMPN 9, Titin mengaku tidak terima atas perlakuan Hasmita pada adiknya. Menurut Titin, adiknya sebagai siswa sekolah terbuka memang jarang masuk. Hanya saja saat itu oleh sekolah dikirimi surat untuk mengikuti ujian. Awalnya Suprapto enggan masuk sekolah, tapi setelah dibujuk akhirnya bersedia berangkat. “Adik saya itu oleh sekolah disuruh masuk untuk mengikuti ujian. Tapi kenapa ketika masuk sekolah justru malah ditampar. Sebagai kakak, saya tidak terima dan menuntut pak Hasmita untuk meminta maaf kepada adik saya di depan siswa,” tegasnya
Ketua Komisi C DPRD, P Yuliarso BAE, begitu mendapat laporan ada kejadian pemukulan siswa oleh guru, langsung melakukan sidak ke SMPN 9. Yuliarso tidak berhasil menemui kepala sekolah. Hanya ditemui guru-guru perempuan, dan bertemu langsung dengan Hasmita. Namun pihak sekolah cenderung bersikap tertutup atas insiden pemukulan yang dilakukan salah satu guru. “Maaf ini pertemuan khusus sekolah dengan dewan dan wali murid, wartawan tidak boleh masuk,” ucap seorang guru wanita sambil menghalangi jurnalis masuk ke ruang pertemuan.
Tidak hanya itu, guru wanita itu bahkan meminta kepada Yuliarso untuk tidak memublikasikan persoalan ke media massa. Guru wanita itu menganggap persoalan di sekolahnya sudah selesai, dan minta tidak dimunculkan di media masa. “Sudah, sudah ya,” katanya sambil ngeloyor meninggalkan wartawan tanpa ada klarifikasi yang jelas.
Sementara Drs Hasmita saat dikonfirmasi usai pertemuan, mengakui dirinya telah berbuat salah dengan menampar Suprapto di ruang kelas. Hasmita meminta maaf sudah menampar muridnya. Hasmita mengatakan kejadian itu di luar kontrolnya, karena pagi itu merasa kesal sebab Suprapto selama hampir satu semester tidak pernah masuk.
“Iya, saya melakukan perbuatan itu, tapi saya minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Saya siap minta maaf kepada Suprapto di depan siswa lain,” kata Hasmita dengan wajah pucat merasa bersalah.
Yuliarso menyesalkan kejadian tersebut. Ditegaskannya, seharusnya di dunia pendidikan tidak ada lagi sikap main tangan atau fisik kepada siswa, meskipun dengan dalih ingin mendidik. Karena sekarang sudah tidak zaman lagi pendidikan dengan kekerasan. Apalagi siswa yang bersekolah justru warga Argasunya yang sebagian besar masyarakatnya untuk diajak bersekolah saja sangat susah. “Ini ada siswa yang mau bersekolah, justru oleh gurunya malah ditampar,” sesalnya.
Politisi Partai Demokrat itu meminta kepada sekolah atau Dinas Pendidikan memberikan surat peringatan kepada Hasmita, agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Karena kalau tidak diberikan surat peringatan, justru dikhawatirkan akan kembali terulang. “Alhamdulillah, tadi pak Hasmita mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada keluarganya,” pungkasnya. (abd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana BOS Dilarang untuk Tamasya dan Studi Tour
Redaktur : Tim Redaksi