Sering Memotret Tak Baik untuk Daya Ingat

Jumat, 03 Januari 2014 – 19:01 WIB
Foto: blogs.getty.edu

jpnn.com - APAKAH Anda pernah menemukan larangan menggunakan kamera ketika mengunjungi museum? Selama ini larangan itu sering dimaknai demi alasan keamanan semata.

Namun kini, larangan itu ternyata ada hubungannya dengan kesehatan. Pasalnya, studi baru dari Fairfield University menemukan bahwa foto bisa menimbulkan efek penurunan daya ingat. Dari penelitian itu diketahui, terdapat fenomena psikologis ketika upaya seseorang untuk melestarikan momen-momen tertentu justru bisa mengganggu pembentukan memorinya.

BACA JUGA: Celana Ketat Pesepeda Bisa Ganggu Kesuburan Pria

Temuan ini juga memberi bukti tambahan bahwa teknologi mengubah interaksi seseorang dengan dunia di sekitarnya. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science itu menunjukkan bahwa foto-foto yang diambil dengan kamera digital atau smartphone ternyata bisa menyebabkan memori atau daya ingat seseorang terhadap objek yang dipotret lebih lemah ketimbang orang yang memilih mengamatinya saja.

"Orang sering mengeluarkan kamera karena takut kehilangan momen yang terjadi di depan mereka. Ketika kita mengandalkan teknologi untuk mengingat momen atau objek, itu bisa berdampak negatif dalam mengingat pengalaman mereka," kata penulis utama studi, Linda Henkel, seperti dilansir laman Daily Mail, kamis (2/1).

BACA JUGA: Susu Organik Dipercaya Mampu Menyehatkan Jantung

Linda dan timnya melibatkan sejumlah mahasiswa dalam percobaan di Bellarmine Museum of Art. Mereka diminta mencatat hal-hal tertentu dari objek menggunakan foto atau hanya mengamati. Hari berikutnya, peserta diminta untuk menggambarkan objek.

Linda menemukan rata-rata peserta yang mengamati objek memberi gambaran yang akurat dan signifikan dibanding peserta yang hanya memotret objek. Menurut Linda, dengan mengambil foto, maka orang akan mengingat lebih sedikit benda, detail  dan lokasi objek.

BACA JUGA: 5 Mitos Puncak Kenikmatan Wanita saat Bercinta

Linda menambahkan, snapshot bisa merusak pembentukan memori dengan memaksa fotografer membiaskan pengalamannya dari objek melalui tindakan sekunder. Dengan kata lain, otak harus mengorganisir dua hal, yaitu objek dan tindakan memotret.

Meski penelitian ini hanya terbatas pada museum, tapi Linda yakin fenomena ini berlaku hampir di semua konteks kehidupan. "Penelitian ini sangat dikendalikan dengan hati-hati sehingga peserta diarahkan untuk memotret objek tertentu, bukan orang lain. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, saat orang mengambil potret sesuatu, berarti hal itu penting bagi mereka," pungkas Linda.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hidup Lebih Happy karena Tak Tergantung Ponsel


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler