Servicitis, Penyakit IMS Tertinggi

Selasa, 11 Juni 2013 – 06:38 WIB
TERATAI PUTIH – Jumlah infeksi menular seksual (IMS) di Klinik Graha Sriwijaya, Kecamatan Sukarami, mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni mencapai 160  persen. Dari data yang ada, jenis penyakit IMS tertinggi adalah penyakit servicitis atau peradangan vagina.

 “Servicitis merupakan penyakit peradangan yang terjadi pada alat kelamin wanita, ini terjadi karena para pekerja seks komersial ini terkadang menerima jumlah tamu yang banyak dan berbeda–beda  setiap harinya. Tapi penyakit ini dapat disembuhkan,” ungkap Direktur Klinik Graha Sriwijaya, Surya Ostrada Andalas, Senin (10/6).

Menurutnya, penyakit kelamin yang diderita oleh mereka, sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. IMS sendiri akan berisiko  bila melakukan hubungan  seksual dengan berganti–ganti pasangan, apalagi tanpa menggunakan kondom.

“Terlebih lagi apabila dilakukan dengan pasangan yang sudah tertular. Ada jenis IMS yang efeknya baru terasa tiga hari sesudah terkena, dan ada pula yang membutuhkan waktu lama,” ujarnya.

Kelompok remaja dan dewasa muda (15–24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki  risiko paling tinggi  untuk tertular IMS. Tiga juta kasus baru hampir setiap tahunnya dari kelompok tersebut. Hampir seluruh IMS dapat diobati, tapi IMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap antibiotik generasi lama.

“Ada IMS yang tidak dapat diobati seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruh IMS ini disebabkan oleh kutil kelamin. Beberapa dari infeksi tersebut dapat mematikan, selain servicitis menjadi penyakit yang paling banyak diidap oleh PSK, bakterial vaginosis  menjadi tingkat kedua dengan jumlah 90 persen,” bebernya.

Lanjutnya, untuk penyakit candidiasis mencapai 30 persen dan untuk persentasi lama bekerja, sebagai wanita pekerja seks yakni 56 persen dan itu kurang dari 6 bulan mereka telah mengidap penyakit IMS dan yang paling banyak mengidap penyakit servicitis.

“Para pekerja tersebut sering melakukan konsultasi ke klinik ini dan mereka rata–rata terkena servicitis. Untuk berobat ke Klinik Graha Sriwijaya ini mereka tidak dipungut biaya,” ucapnya.

Ia berharap adanya bantuan pemerintah. Pasalnya, dari tahun 2002 klinik ini dibuka sampai dengan saat ini  belum ada bantuan seperti mobil ambulans atau kendaraan roda empat.

“Selama kami melakukan sosialisasi, pihak kami yang mengeluarkan dana sendiri apalagi jika melakukan sosialisasi ke luar kota kita harus menyiapkan dana untuk menyewa mobil. Jadi kami berharap bantuan pemerintah ke  klinik yang berada tepat di daerah lokalisasi ini,” pungkasnya. (cj7/via/ce5)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belakang Dada Terasa Terbakar? Awas Kanker

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler