SURABAYA – Sesak nafas merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat. Namun, apa yang dialami oleh Yohanis Rumuy sangat berbeda. Pasalnya, penyebab sesak itu adalah karena keberadaan tumor di rongga dada. Tak tanggung-tanggung, ukurannya sudah hampir sebesar kepala. 15 x 15 cm. Untungnya, tumor tersebut bisa diangkat di RSUD dr Soetomo. "Sebelum tumor diangkat, saya sering batuk dan sesak napas," ujar Yohanis.
Pria 49 tahun itu menceritakan, keluhan batuk dan sesak napas tersebut dialaminya sepanjang 2015. Bahkan, sesak napas itu selalu diikuti rasa sakit kepala. "Awalnya saya biarkan. Saya mulai khawatir saat sakit kepala berlangsung berjam-jam, mulai pagi sampai sore," ujarnya.
Awal tahun lalu, pria asli Ambon itu mendatangi rumah sakit. Dia meminta CT scan kepala. Ternyata kepalanya baik-baik saja. Pemeriksaan berlanjut pada rontgen dada. Ternyata, tepat di depan jantung Yohanis, ada tumor besar. "Dokter bilang baru kali ini ada tumor sebesar itu," ucapnya.
Pada saat itu juga, Yohanis memutuskan berobat ke Malaka, Malaysia. Pada 10 Januari lalu, dia menjalani pengambilan sampel dengan jarum khusus. Setelah itu, dilanjutkan tindakan biopsi dengan cara mengambil sebagian kecil tumornya.
Namun, dokter di Malaysia ragu-ragu memutuskan apakah tumor tersebut bisa dioperasi atau tidak. Cara satu-satunya hanya kemoterapi. Menurut dokter di Malaysia, kemoterapi membutuhkan waktu tiga sampai empat bulan. Frekuensinya bisa sampai lima kali seminggu.
Yohanis dan keluarga pun bingung. Setelah sepuluh hari di Malaysia, dia memutuskan kembali ke Surabaya. "Saya beralasan mau kemo di Surabaya," ujarnya.
Yohanis akhirnya ditangani Prof dr Paul L. Tahalele SpB SpBTKV. Dokter spesialis bedah toraks kardiovaskuler tersebut yakin tumor bisa diangkat. Operasi pengangkatan dilakukan pada 9 Februari. "Setelah operasi, keluarga melihat foto tumor diambil yang besar sekali. Kaget semua," ujarnya.
Kini pria yang berdomisili di Sutorejo itu mengaku masih menjalani masa pemulihan. Dokter tetap menyarankan beberapa kali kemoterapi. Tujuannya, menjaga kemungkinan tumor tumbuh lagi. "Sekarang batuk dan sesak sudah berkurang. Bisa dikatakan hilang. Saya bersyukur Tuhan masih sayang," tuturnya.
Tumor yang diderita Yohanis bukan kasus mudah. Prof Paul mengungkapkan, tumor ada di depan jantung. Tepatnya, di rongga dada sebelah kiri mediastinum anterior.
Saat datang kali pertama, pasien sudah membawa diagnosis awal dari rumah sakit luar negeri. "Di sana menyatakan nggak bisa operasi. Cuma melakukan open biopsy. Rongga antara iga dua dan tiga dada bagian depan diiris 2-3 cm," jelasnya.
Mantan ketua pusat Ikatan Ahli Bedah Indonesia (Ikabi) itu mengatakan, pihaknya memeriksa lagi tubuh Yohanis. Yang paling utama di bagian urologi. Sebab, sel seminoma yang diduga menjadi penyebab tumor ganas berasal dari buah pelir. Berdasar hasil tes USG dan CT scan bagian urologi dan perut, ternyata tidak ada penjalaran.
Paul lantas memeriksakan Yohanis ke divisi patologi. Ternyata tumornya merupakan malignant teratoma. Yakni, tumor ganas tipe C. Dari hasil foto toraks terlihat, tumor begitu besar. Beratnya sekitar 2 kg.
Menurut Paul, tumor sebesar itu mengakibatkan saluran napas Yohanis bengkok. Pada orang normal, bentuknya lurus. Kalau dibiarkan, tumor bisa berlanjut ke stadium lebih parah dan menyebar. "Untung, belum menyebar ke paru-paru. Penjalarannya pelan," tegasnya.
Operasi pengangkatan tumor berlangsung sekitar empat jam. Setelah dua pekan observasi pasca pembedahan, kondisi pasien pun membaik. Laju endap darah (LED) yang menandakan peradangan menunjukkan angka penurunan. Dulu 50, kemudian turun 38, sekarang menuju angka normal sekitar 20.
Menurut Paul, kasus Yohanis mengingatkan kita agar keluhan apa pun di rongga dada sebaiknya diperiksakan. Sebab, tumor bisa terjadi pada siapa saja. Tumor yang dibiarkan akan terus membesar, menutupi jalan napas, kemudian menekan jantung. "Jelas akibatnya bisa meninggal," ungkap dokter berusia 67 tahun tersebut. (nir/c7/fat/pda)
BACA JUGA: Angkat Nilai Sejarah Dalam Lomba Lari
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaf, Semua Hotel di Belitung Sudah Dipenuhi Pemburu Gerhana
Redaktur : Tim Redaksi