Sesepuh Nilai Golkar Wajib Punya Capres Agar Suara Partai Terkerek

Kamis, 30 Desember 2021 – 23:24 WIB
Ginandjar Kartasasmita. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Politikus senior Golkar Ginandjar Kartasasmita menilai wajar manuver politik menuju Pemilu 2024 lebih gencar dari biasanya.

Salah satu penyebabnya adalah ketiadaan calon petahana pada pilpres mendatang.

BACA JUGA: Poros Ganjaran Kawal Ganjar Pranowo Raih Tiket Capres 2024

"Banyak calon yang dianggap memiliki kesempatan untuk maju. Setiap calon banyak pendukung dan semua bermain di media, sehingga terasa hiruk pikuk," ujarnya, Rabu (29/12).

Sementara yang kedua, ada semacam pesta survei politik. Para tokoh yang digadang-gadang menjadi capres 2024, berkejar-kejaran dalam survei.

BACA JUGA: Survei Capres: Prabowo Makin Tak Terkejar Anies dan Ganjar

Para calon, diduganya punya surveyor sendiri. Sehingga, macam-macam prediksi bermunculan.

"Polling ada ilmunya, dan di banyak negara maju relatif akurat, kalau dijalankan secara profesional dan ilmiah. Tetapi kalau bisnis yang menonjol, maka surveyor seperti tailor, hasil sesuai dengan ukuran pelanggan. Jujur saja susah kita membedakan antara tipe yang pertama dan kedua," beber Ginandjar.

BACA JUGA: PKB Dukung Koalisi Pengusung Capres Diumumkan dari Sekarang

Berdasarkan hasil survei KedaiKOPI calon presiden yang akan diminati pada 2024 memiliki kriteria cerdas, dan visioner, bergeser dari kriteria sebelumnya yang mengutamakan kriteria merakyat.

Ginandjar menyatakan, semua adjective itu baik.

"Tapi bagaimana kita bisa tahu seseorang memiliki ciri-ciri seperti itu? Yang kita dengar dari kaum politisi semuanya yang baik-baik saja, enak didengar, normatif. Semua serba optik," tuturnya.

Yang lebih substansial, katanya adalah track record, apa yang telah dihasilkan dan sikapnya yang terekam terhadap masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan rakyat.

Salah satu yang memiliki kriteria tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Golkar sudah sepakat mendukung Ketumnya itu sebagai Capres 2024.

Di mata Ginandjar, pilihan itu sudah pas. Sebab, Airlangga bukan semata politisi, tetapi juga teknokrat yang sudah terbukti mumpuni.

"Prestasi Pemerintah sekarang yang sukses menangani pandemi dan sekaligus memulihkan ekonomi, adalah prestasi Airlangga yang ditunjuk Presiden untuk memimpin kedua tugas yang berkait satu sama lain itu," ucap menteri pertambangan dan energi era Orde Baru tersebut.

Di antara nama-nama yang disebut-sebut punya potensi atau minat jadi presiden, secara obyektif Airlangga adalah yang paling mampu dan sudah terbukti.

"Prestasinya tidak ada yang bisa meragukan. Objektif sajalah kita," tegasnya.

"Lihat saja contoh pemimpin kita di masa lalu maupun di negara lain. Yang penting buat pemilih adalah kepada siapa rakyat mempercayakan nasib dan masa depannya," beber Ginandjar.

Dikatakan Ginandjar, Golkar sebagai partai punya sejarah panjang, serta tradisi dan doktrin kekaryaan yang tertanam kuat.

Sejak reformasi Pimpinan Golkar selalu dipilih secara demokratis. Pembedanya dengan partai-partai besar lain, Golkar tidak ada "pemilik".

Tidak ada seseorang atau keluarga memiliki hak lebih dari yang lain. Golkar dikenal sebagai partai kader.

Siapa saja yang berprestasi dan berdedikasi dapat masuk ke dalamnya dan ikut mewarnai.

"Saya rasa karakter itu saja yang harus tetap dipertahankan, soal elektoral bisa turun naik, itu biasa. Yang penting identitas itu dijaga dan tetap setia pada cita-cita yang melahirkan Golkar," urainya.

Ginandjar berpendapat sudah tepat jika partai beringin mengajukan capres sendiri.

Sebab, Golkar adalah salah satu partai tertua dan punya pendukung yang solid.

Sesudah reformasi pada pemilu-pemilu yang lalu, pendukung die hard Golkar sekitar 14-15 persen. Ini yang ingin ditingkatkan di pemilu yang akan datang.

"Untuk itu Golkar harus punya capres, selain memang dirasa sudah saatnya Golkar memimpin kembali pemerintahan untuk memandu pembangunan yang ingin diakselerasi," tutupnya. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler