jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal MPR Dr. Ma'ruf Cahyono, SH, MH memberikan apresiasi yang tinggi kepada generasi muda para mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (FH Unsoed).
Pasalnya, mereka memiliki inisiatif luar biasa di saat kondisi sulit dialami bangsa seperti ini yakni pandemic covid-19, namun mahasiswa masih memiliki kesadaran untuk memikirkan dan membahas bersama seputar kebangsaan dan nasionalisme.
BACA JUGA: MPR: Pilkada Serentak Harus Utamakan Nilai-nilai Persatuan
Sebagai pemuda bangsa masa kini, memiliki jiwa nasionalisme yang kukuh menjadi sangat penting, karena bangsa ini butuh generasi muda dengan rasa kecintaan tinggi kepada negaranya untuk mengisi kemerdekaan. Sebab, menjaga, merawat dan menyuburkan nasionalisme oleh setiap warga negara itu menjadi sesuatu yang memang harus dan pasti.
Hal tersebut disampaikan Sesjen MPR saat hadir secara virtual dalam acara Webinar Wawasan Kebangsaan yang digelar Keluarga Mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed (KEMA FH Unsoed) 2020, dari Ruang Delegasi, Gedung Nusantara IV, Kompleks MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (8/12/2020).
BACA JUGA: Sah, 26 Perwira Tinggi TNI AD Termasuk Letjen Herman Asaribab Resmi Naik Pangkat
Hadir dalam acara itu sebagai peserta, Dekan FH Unsoed Prof. Dr. Ade Maman Suherman dan Wakil Dekan III FH Unsoed Dr. Kartono serta mahasiswa juga mahasiswi FH Unsoed.
Kepada para peserta webinar, Ma'ruf Cahyono kemudian menjabarkan seputar definisi bangsa dan nasionalisme serta hubungannya dengan negara. Bangsa, katanya, ada terlebih dahulu sebelum negara. Karena adanya kesamaan kehendak dan tujuan, maka negara hadir.
BACA JUGA: Sesjen MPR: Sosialisasi Empat Pilar MPR Merupakan Tugas Mulia
Dalam peristiwa sejarah sumpah pemuda tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah melakukan ikrar fenomenal bersama antara lain satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air.
Artinya, jauh sebelum Indonesia merdeka, bangsa sudah ada dan nasionalisme telah tumbuh subur. Sumpah pemuda kemudian menjadi perwujudan dari persatuan serta kesatuan, yang merupakan ikatan emosional bangsa untuk dijadikan modal dalam membentuk satu negara. Dan, bersatunya para pemuda yang beragam tersebut menjadi refleksi dari nasionalisme.
“Intinya, nasionalisme itu bukan sesuatu yang muncul dari satu kelompok, satu golongan, satu agama atau satu etnis. Nasionalisme muncul karena ada satu kesamaan visi dan misi serta fokus kesatu tujuan Indonesia merdeka,” ujarnya.
Ma'ruf Cahyono menggambarkan nasionalisme dalam definisi umum, yakni, nasionalisme adalah satu paham kebangsaan yang ada dalam masyarakat suatu bangsa karena soal sejarah. Karena memiliki sejarah yang sama, penderitaan akibat penjajahan yang sama, mengakibatkan adanya keinginan kolektif untuk berada dalam satu ikatan yaitu ikatan kebangsaan.
“Dari sanalah kemudian muncul persatuan dan kesatuan yang sangat kuat sehingga walaupun ada perbedaan tajam di antara anak bangsa, itu tidak akan menggoyahkan persatuan, karena ada sesuatu yang lebih kuat, ada sesuatu yang lebih memotivasi bahwa semua harus satu dalam ikatan kebangsaan itu, sehingga tidak ada lagi yang mempermasalahkan soal perbedaan suku, agama, ras, golongan dan bahasa,” tambahnya.
Kekuatan ikatan kebangsaan tersebut, kata Ma'ruf Cahyono, sangat luar biasa dampaknya jika dimanifestasikan oleh rakyat Indonesia terutama para generasi muda saat ini.
“Saya berharap diskusi ini akan menambah ilmu serta wawasan para mahasiswa serta menambah kecintaan kepada bangsa dan negara. Saya juga berpesan, sebagai intelektual muda, para mahasiswa harus terus meningkatkan kapasitas intelektualitasnya dan disinergikan dengan peningkatan kapasitas spiritual dan emosional. Tanpa itu, maka setiap ilmu baru yang diserap tidak akan bermanfaat, malah akan tereduksi dan hilang,” ucapnya.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi