Setahun, Terjadi 21 Kasus Perkosaan di Kalbar

Minggu, 27 Januari 2013 – 16:47 WIB
PONTIANAK - Kasus perkosaan yang melibatkan anak di Kalimantan Barat patut diwaspadai. Sepanjang 2012, Pusat Perlindungan dan Pelayanan Anak Indonesia (Puspa) Kalbar menangani sebanyak 21 kasus tersebut. Korban paling kecil berusia lima tahun dan pelaku terkecil berusia 12 tahun.

"Ada 21 kasus yang masuk ke kami dan semuanya kami tangani, baik anak sebagai korban maupun anak sebagai pelaku. Contoh satu kasus, pelakunya berusia 12 tahun dan korban berusia 5 tahun," ujar Koordinator Rehab Mental, Armijn Santosa Chandra Besman, seperti dilansir Pontianak Post, Minggu (27/1).

Armijn menuturkan seluruh kasus tersebut dimejahijaukan, termasuk anak-anak sebagai pelaku. Pelaku sebagian besar berasal dari orang dekat. Jika bukan keluarga, pelaku merupakan tetangga ataupun pekerja di sekitar lingkungan korban. Ia mencontohkan satu kasus di Sintang. Pelaku merupakan buruh bangunan yang sedang memperbaiki rumah orangtua korban.
  
Berdasarkan kasus-kasus yang ditangani lembaga tersebut, Armijn menuturkan sebagian besar faktor pendorong terjadinya perkosaan yang melibatkan anak disebabkan lingkungan. Anak-anak terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Orangtua tidak membangun komunikasi yang baik dengan anaknya, sehingga tidak mengetahui pergaulan si anak.  Faktor lainnya adalah pengaruh internet.
 
"Saat ini akses internet sangat mudah. Tak hanya melalui warnet, lewat telepon seluler sudah bisa diakses termasuk situs blue film," ujar Armijn yang juga merupakan Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Kalbar ini.

Armijn mengungkapkan terhadap kasus-kasus yang ditangani, Puspa memberikan pendampingan bantuan hukum. Dua psikolog di lembaga tersebut juga memberikan pendampingan psikologis. Bagi korban yang berusia di atas delapan tahun, lanjut Armijin, mereka sudah mengerti atas kejadian yang menimpanya.

"Mereka sudah bisa berkata bahwa mereka sudah berbeda dengan yang lainnya, sehingga perlu pendampingan secara psikologis," ungkap Armijn.

Ia menyarankan kepada orangtua agar terus membangun komunikasi yang baik dengan anak. "Agar anak lebih leluasa bercerita kepada orangtua tentang keseharian mereka dan apa yang mereka alami. Sebab selama ini kadang anak merasa takut untuk bercerita kepada orangtua," katanya.(uni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mayat Bayi Dibuang di Masjid

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler