Setan Besar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 30 November 2022 – 19:01 WIB
Ilustrasi Piala Dunia 2022. Foto: diambil dari peninsula

jpnn.com - Amerika Serikat menyegel satu tiket ke babak 16 besar Piala Dunia 2022 setelah mengalahkan Iran pada laga pamungkas babak grup yang digelar Rabu (30/11) dini hari tadi. 

AS menang tipis 1-0 atas Iran lewat sumbangan gol Christian Pulisic pada menit ke-38.

BACA JUGA: Inggris vs Amerika Serikat: 3 Pemain The Three Lions yang Tampil Mengecewakan

Berkat hasil ini AS berhak maju ke babak 16 besar mendampingi Inggris yang memuncaki grup B.

Iran harus pulang kampung karena hanya mampu mengakhiri babak penyisihan di peringkat ketiga klasemen.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Harga BBM Turun, Anies Baswedan Bangga Kinerja hingga Iran vs Amerika

Keberhasilan ini disambut sukacita oleh Presiden AS Joe Biden

Tak hanya senang karena lolos, namun Biden terlihat sangat bersemangat karena yang mereka kalahkan adalah Iran, negara yang menjadi musuh bebuyutan Amerika.

BACA JUGA: Amerika Berusaha Lucuti Senjata Korea Utara, Adik Kim Jong Un Murka

"USA, USA, USA. Ini laga besar, man! Saya bicara ke pelatih dan pemain bahwa mereka bisa melakukannya, dan mereka melakukannya. Tuhan mencintai mereka. Mungkin itu yang kalian ingin dengar," kata Biden penuh semangat. 

Di babak 16 besar, AS akan ditantang Belanda yang berstatus juara grup A.

Amerika akan membuat kejutan besar kalau bisa mengalahkan Belanda yang sedang berapi-api alias on fire.

Pertandingan Amerika vs Iran selalu melibatkan emosi politik yang sangat tinggi.

Kedua negara adalah musuh bebuyutan sejak revolusi Islam Iran pecah pada 1979.

Pemimpin Iran ketika itu Ayatullah Khomeini menyebut Amerika sebagai The Great Satan alias Setan Besar.

Sampai sekarang api permusuhan tidak pernah padam.

Para pemimpin Iran menggunakan retorika ‘’Setan Besar’’ untuk terus-menerus menghidupkan semangat revolusi.

Beberapa waktu belakangan ini rezim Revolusi Iran menghadapi serangkaian demonstrasi anti-hijab yang meluas ke berbagai kota di Iran.

Unjuk rasa ini dipicu oleh kematian perempuan Mahsa Amini yang diperkirakan disiksa oleh polisi susila Iran karena melanggar aturan berhijab.

Dalam 3 bulan terakhir demonstrasi meluas sampai terasa gaungnya ke luar negeri.

Pemimpin Iran menuduh si Setan Besar berada di balik unjuk rasa ini.

Di arena Piala Dunia Qatar, Timnas Iran mempertunjukkan dukungan terhadap unjuk rasa ini.

Mereka menolak menyanyikan lagu kebangsaan pada pertandingan penyisihan grup melawan Inggris.

Iran kalah telak 2-6 dari Inggirs.

Sikap tidak patriotik Timnas Iran ini mendapat kecaman luas di dalam negeri.

Pada pertandingan selanjutnya, para pemain mengoreksi diri dan bersedia menyanyikan lagu kebangsaan.

Iran sukses mengalahkan Wales 2-0.

Iran punya kesempatan untuk menciptakan sejarah lolos ke babak 16 besar kalau bisa mengalahkan Amerika Serikat.

Pertandingan ini menjadi ‘’show down’’ yang mencekam dan menegangkan.

Aroma pertarungan politik terasa sampai ke lapangan.

Itulah mengapa Biden begitu gembira dan wajahnya sangat cerah ketika Amerika menang.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga berkomentar mengenai pertandingan.

Ketika ditanya wartawan sebelum pertandingan, Blinken mengatakan bahwa pertandingan sepak bola tidak ada hubungan dengan persaingan geopolitik.

Bahasa diplomasi yang dipakai Blinken jelas bermakna sebaliknya.

Perang urat saraf sudah terjadi sebelum perang di lapangan.

Iran marah karena US Soccer, PSSI-nya Amerika, memajang foto bendera Iran dengan menghapus kata ‘’Allah’’ yang menjadi lambang bendera itu.

US Soccer mengunggah foto di media sosial klasemen Grup B.

Akan tetapi bendera Iran yang ditampilkan tidak sesuai dengan aslinya.

Tindakan ini dianggap sebagai penghinaan dan Iran menuntut permintaan maaf.

Sikap ini dianggap sebagai permusuhan yang bernuansa politik. 

Pelatih Timnas Amerika Serikat Gregg Berhalter pun mengalah dan menyatakan permintaan maaf.

Berhalter tahu bahwa isu-isu politik akan mengganggu konsentrasi anak buahnya.

Dia memilih mengalah dan meminta maaf.

Amerika akhirnya memenangkan perang melawan Iran di lapangan.

Para pemimpin Amerika gembira luar biasa.

Para penggemar di berbagai negara bagian Amerika juga melonjak-lonjak gembira.

Sepak bola bukan olahraga nomor satu di Amerika, masih jauh kalah populer dibanding basket ataupun baseball.

Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir sepak bola Amerika mulai bangkit dan banyak pemain-pemain bagus bergabung dalam Major League Soccer (MLS) Liga Amerika.

Legenda Inggris David Beckham membeli klub Inter Miami dan membangun stadion sendiri.

Kabarnya Beckham sudah berhasil merayu Leonel Messi untuk bergabung musim depan.

Ada anomali dalam sepak bola Amerika Serikat.

Prestasi timnas putra tergolong medioker dibanding prestasi timnas putri yang moncer.

Timnas putra dikenal sebagai USMNT (United States Man National Team) untuk membedakan dari USWNT (US Woman National Team), sebagaimana ada NBA (National Basketball Association) juga punya WNBA (Woman Basketball Association).

Timnas perempuan AS menjadi raksasa paling top di dunia mengalahkan semua raksasa sepak bola laki-laki, seperti Brasil, Argentina, Jerman, Prancis, Inggris, Spanyol, dan negara raksasa lainnya.

Timnas putri Amerika Serikat punya koleksi 4 trofi Piala Dunia yang merupakan rekor terbanyak.

Mereka juga pernah 8 kali menjuarai Piala Emas, 4 kali meraih medali emas Olimpiade, dan hampir selalu bertengger di peringkat 1 FIFA.

Prestasi itu jauh mengungguli capaian timnas putra Amerika Serikat yang belum pernah menjuarai Piala Dunia.

Timnas putra baru 6 kali juara Piala Emas dan peringkat FIFA terbaik yang pernah mereka raih adalah peringkat 4 pada 2006.

Perkembangan sepak bola putri dunia berbalik dari sepak bola putra.

Negara-negara raksasa sepak bola putri rata-rata tidak mempunyai tim putra yang jagoan.

Norwegia, misalnya. Negara ini juga memiliki tradisi yang kuat di sepak bola putri.

Timnas sepak bola putri Norwegia pernah 1 kali menjadi juara dunia pada tahun 1995, sedangkan di Piala Eropa mereka 2 kali juara pada  1987 dan 1993.

Di antara negara-negara Eropa, Norwegia punya timnas sepak bola wanita tersukses yang hanya kalah dari Jerman.

Sementara itu, timnas sepak bola putra Norwegia belum punya prestasi mumpuni sampai sekarang.

Mereka baru 3 kali lolos ke Piala Dunia, sedangkan di Piala Eropa mereka baru tampil sekali.

Meski kini punya Erling Haaland dan Martin Odegaard, Timnas Norwegia masih cukup kesulitan untuk berbicara banyak di kancah internasional.

Harapan untuk melihat ada negara Asia yang bisa juara Piala Dunia sepertinya cukup sulit terwujud.

Namun, di sepak bola wanita, timnas sepak bola wanita Jepang pernah menjadi juara Piala Dunia Wanita pada tahun 2011.

Mereka masih menjadi satu-satunya timnas negara Asia yang bisa meraih pencapaian itu.

Tak hanya Jepang, China juga pernah berhasil mengharumkan nama Asia di Piala Dunia Wanita.

Meski belum pernah juara, timnas putri China pernah mencapai final Piala Dunia pada 1999.

Sementara itu, di ajang Piala Asia, China pernah juara 8 kali dan 7 kali di antaranya diraih secara beruntun.

Prestasi luar biasa itu jauh mengungguli timnas putra Tiongkok yang baru sekali lolos ke Piala Dunia dan belum pernah menjadi juara Piala Asia.

Kini prestasi mereka bisa dibilang menurun dan makin sedikit pemain Tiongkok yang bermain di liga-liga top Eropa.

Bagi Amerika, keberhasilan timnas putra lolos ke babak 16 besar kali ini menjadi hiburan yang melegakan.

Kualitas timnas putra masih jauh dari standar untuk memenangkan Piala Dunia.

Akan tetapi, lolos ke babak 16 besar dengan mengalahkan Iran memberi kepuasan ekstatik tersendiri bagi Amerika. (**)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler