Gordon Matthew Thomas Sumner lebih dikenal dengan nama panggung Sting dipastikan akan mampir ke Indonesia dalam Back to Bass Tour 2012, 15 Desember mendatang di kawasan Ancol, Jakarta.
''Sting adalah seorang legenda hidup dan memiliki penggemar yang besar dan loyal di Indonesia. Kunjungan terakhirnya ke Indonesia sekitar 20 tahun lalu, jadi antusias masyarakat akan tinggi untuk konsernya nanti,'' perwakilan TEM Asia, Samatha Tzovolos selaku promotor konser Sting di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tak bisa dipungkiri, nama besar Sting lahir dari kesuksesan grup band yang menaunginya, The Police, yang terbentuk di tahun 1977. The Police yang beranggotakan Sting (bassist merangkap vokalis), Stewart Copeland (drummer) dan Andy Summer (gitaris) resmi merilis album pertama mereka yang bertajuk Outlandos d’Amor (Oktober 1978).
Dengan hits berjudul Roxanne, meski dinilai cukup berhasil sebagai album perdana, namun baru di album kedua (Reggatta de Blanc-Oktober 1979) The Police benar-benar menunjukkan karya terbaik mereka. Single Message In A Bottle, merajai pasaran kala itu. Kesuksesan album Reggata de Blanc yang diikuti rangkaian tur dunia di tahun 1980 tak membuat The Police 'lengah'.
Hanya beberapa minggu beristirahat setelah merampungkan tur, ketiganya langsung masuk studio dan menggarap album ketiga, Zenyatta Mandatta (Oktober 1980) yang melahirkan single hits Don’t Stand So Close To Me.
Setahun setelahnya (1981), The Police mencoba menerapkan nuansa baru di album keempatnya, Ghost In The Machine, Sting berkesempatan untuk memainkan saxophone. Kiprah The Police pun makin melaju saat merilis album rekaman kelima sekaligus terakhir mereka, Synchronicity (Mei 1983) yang mencetak sukses luar biasa dari single antara lain Every Breath You Take, Wrapped Around Your Finger dan King of Pain. The Police pun meraih tiga Grammy Awards untuk album tersebut.
Sayang, kesuksesan tersebut tidak diikuti oleh kondisi hubungan yang solid di antara ketiga personel. Sting, Stewart dan Andy pun akhirnya sepakat untuk break sejenak dan merintis karier masing-masing usai tur Synchronicity di tahun 1984. Sting pun memulai karier solonya.
Meski sendiri, dia pun membuktikan bahwa dirinya tidak kehilangan kemampuan menciptakan lagu yang bagus diluar The Police. Saat meluncurkan album solo perdananya, The Dream Of The Blue Turtles (Juni 1985) yang disusul oleh Nothing Like The Sun (Oktober 1987), yang tak kalah sensasional dengan single jagoannya, Englishman In New York dan Fragile.
Tak lama setelahnya, Sting kembali merilis mini album berjudul Nada Como El Sol, yang memuat beberapa lagu berbahasa Spanyol dan Portugis, yang menguatkan popularitasnya di kawasan Amerika Latin. Sting sempat memtuskan 'break' sejenak demi menghindari kejenuhan bermusik. Sampai akhirnya ia kembali merilis album solo berikutnya, The Soul Cages (Januari 1991), yang terinspirasi dari kenangan dan cerita di masa kecilnya. Di tahun yang sama, saat musik akustik merajai pasaran, STING pun melahirkan mini album Acoustic Live In Newcastle (November 1991).
Tahun 1992, setelah menikahi Trudie Styler, dia menelurkan album Ten Summoner’s Tales (Maret 1993) yang diakui banyak kritikus musik sebagai salah satu album terbaik STING. Wajar saja, karena album tersebut berisikan single seperti Fields Of Gold, Seven Days, If I Ever Lose My Faith In You dan Shape Of My Heart.
Di tahun 1996, untuk pertamakalinya dia mencoba konsep baru dengan menulis lagu beraliran country dan juga bossa nova yang terdapat di album Mercury Falling (Maret 1996). Di sela kesibukan solo karier, STING pun menghabiskan banyak waktu menggarap beberapa proyek soundtrack film, salah satunya untuk film keluaran Disney, The Emperor’s New Groove.
Album solo Sting berikutnya baru rampung pada September 1999 dengan judul Brand New Day. Dalam konteks penjualan, inilah album terlarisnya, mencapai 8 juta copy di seluruh dunia. Dengan single beragam seperti Desert Rose, Fill Her Up, Perfect Love...Gone Wrong, STING membawa tren baru di dunia musik. Lagi-lagi STING meraih Grammy Award untuk album Brand New Day.
Tahun 2003, di album Sacred Love, Sting berkolaborasi dengan penyanyi hip-hop, Mary J. Blige dan berduet menyanyikan single Whenever I Say Your Name yang kembali meraih Grammy Award. Kejutan lain disajikan dalam album selanjutnya, Songs From The Labyrinth, yang bernuansa klasik di mana Sting berkolaborasi dengan lutenist asal Bosnia bernama Edin Karamazov. Album tersebut kemudian diakui sebagai album klasik dengan penjualan terbaik di tahun 2006 dan 2007.
Sukses sebagai penyanyi solo, pada Februari 2007, Sting justru memberi kejutan dengan tampil di Grammy Awards bersama Stewart Copeland dan Andy Summer, rekannya di band The Police. Kala itu, dia pun mengumumkan bahwa The Police telah 'kembali', diikuti dengan rangkaian tur dunia yang tak berhenti hingga tahun 2008.
Di sela-sela tur, Sting masih menyempatkan diri menggarap album solo terbarunya, If On A Winter’s Night, yang dirilis saat musim gugur tahun 2009. Yang terbaru, album rekaman berjudul Symphonicities diluncurkan di tahun 2011, berisi performance live dirinya yang menyanyikan lagu-lagu hitsnya dengan aransemen simfoni yang indah.
Dan 15 Desember ini, Sting akan mengunjungi Jakarta dalam rangka menggelar tur yang bertajuk: Back to Bass World Tour 2012 di Mata Elang International Stadium (MEIS), Ancol, Jakarta Utara. Dalam konser itu, Sting, yang bernyanyi dan bermain bas, akan didukung oleh lima pemusik handal: Dominic Miller (gitar), Vinnie Colaiuta (drum), David Sancious (keyboard), Peter Tickell (electric fiddle), dan Jo Lawry (vokal).
Dalam konser tersebut, Sting akan tampil total membawakan sekitar 15 lagu hitsnya selama dua jam pertunjukan.''Yang pasti Sting akan tampil jauh lebih nge-rock, kembali ke era The Police. Nanti juga akan muncul lagu-lagu dari The Police juga yang akan dibawakan oleh Sting,'' ungkap Samantha. Untuk tiket konser, promotor menyiapkan sekitar 8 ribu lembar tiket yang dijual dalam berbagai kelas, mulai dari Rp 850 ribu hingga Rp 5 juta. (dew)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cornelia Agatha Ogah Ungkap Penyebab Perceraian
Redaktur : Tim Redaksi