Setelah Malaysia, Kini Singapura Pikir Ulang soal Balapan F1

Senin, 21 November 2016 – 10:12 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - SINGAPURA - Kurang serunya persaingan perebutan gelar juara dunia, suara mobil yang tidak berisik, hingga menurunnya jumlah penonton di trek maupun televisi. membuat masa depan Formula 1 mulai suram.

Setelah Malaysia menyatakan tidak akan memperpanjang kontrak penyelenggaraan F1, kini giliran Singapura.

BACA JUGA: Ampun DJ..Wayne Rooney Teler, Goda Istri Orang, Ambruk di Atas Piano

Spekulasi muncul dalam beberapa bulan terakhir bahwa Singapura mulai berpikir ulang untuk memperbarui kontrak penyelenggaraan F1 yang bakal habis akhir 2017. Namun dalam wawancara dengan media Jerman Auto Motor Und Sport kemarin (20/11) F1 Supremo Bernie Ecclestone meyakini bahwa Singapura tidak akan memperpanjang kontrak tersebut.

"Ya, Grand Prix telah membuat Singapura mengeluarkan banyak uang. Tapi sebaliknya kami juga telah memberi mereka banyak uang,'' ucap Ecclestone. 

BACA JUGA: Ini Dia Jagoan Zidane dalam Ballon d’Or

Dia menyadari, sebuah negara atau kota membutuhkan F1 untuk mempromosikan daerahnya. Ketika tujuan itu sudah tercapai, mereka tak butuh F1 lagi.

''Singapura tiba-tiba menjadi negara yang tak sekadar persinggahan dari atau menuju tempat lain. Tapi sudah menjadi sebuah tujuan warga dunia. Sekarang mereka yakin tujuan itu sudah tercapai dan mereka tidak butuh grand prix lagi,'' papar pria 86 tahun tersebut. 

BACA JUGA: Boaz: Menang Menjadi Harga Mati

Sedikit berbeda dengan Singapura, Malaysia yang juga berencana menghentikan penyelenggaraan F1 karena menurunnya jumlah penonton. CEO Sepang International Circuit (SIC) Datuk Ahmad Razlan Ahmad Razali menyatakan Malaysia perlu jedah dari olahraga ini karena atmosfernya tak lagi seru.

Menurut Razalan saat ini balapan hanya didominasi satu tim, Mercedes. SIC mulai menjadi tuan rumah F1 sejak 1999 dan tercatat sebagai negara Asia pertama yang menyelenggarakan balapan jet darat tersebut selain Jepang. Namun jumlah penonton yang terus menurun hingga pada 2016 ini hanya terisi 60 persen dari kapasitas yang ada, dia yakin sudah saatnya mengevaluasi kontrak penyelenggaraan balapan tersebut. Kontrak Malaysia sebagai tuan rumah akan berakhir pada 2018. 

Kabar tentang Singapura tentu sedikit mengejutkan. Razlan pernah menyatakan bahwa dibandingkan dengan Malaysia jumlah penonton F1 di Singapura jauh lebih besar. Itu lantaran GP Singapura memiliki keistimewaan yang tak dimiliki tuan rumah lainnya. Yakni satu-satunya balapan di sirkuit jalanan yang berlangsung pada malam hari. 

Menteri pemuda dan olahraga Malaysia Khairy Jamaluddin mendukung rencana Razlan tersebut. Menurutnya MotoGP lebih menjanjikan. ''(F1) Cost-nya terlalu tinggi pendapatan dari sana sangat terbatas,'' katanya. 

Ketika kali pertama menjadi tuan rumah F1, lanjutnya, nilai jual Malaysia sangat tinggi: Venue pertama di luar Jepang. ''Sekarang ini banyak sekali venue bukan hal yang istimewa,'' lanjutnya.

Sedangkan dengan MotoGP, fee yang harus dibayar lebih murah sedangkan tiket selalu habis. ''Kami (Malaysia) juga punya rider yang berlaga di Moto2 dan Moto3,'' terangnya.

Dalam wawancara dengan Ecclestone tersebut terungkap pula situasi yang lebih menyedihkan. Dia memprediksi tim-tim besar seperti Mercedes dan Ferrari bisa jadi akan mundur dari F1 dalam beberapa tahun ke depan. 

Alasannya karena F1 sudah memberikan apa yang mereka inginkan sebagai sebuah pabrikan. ''Lihat, sama juga seperti Honda, BMW, dan Toyota. Mereka pergi dari F1 ketika mereka sudah menganggap mendapatkan apa yang mereka tuju di F1. Tak ada lagi tantangan,'' ungkapnya. 

''Tapi jika dalam beberapa musim ke depan kita bisa bikin balapan menjadi menarik kondisinya bisa berubah,'' terusnya. 

Selain dominasi Mercedes, penonton mengeluhkan suara mobil yang tak lagi sangar. Bahkan dibandingkan dengan motor kelas Moto2 MotoGP suara mobil F1 kalah sangar. Faktor lain adalah penonton F1 yang rata-rata sudah tua. Tidak terjadi regenerasi secara signifikan.

Selain dua negara di Asia, ketidakjelasan status tentang tuan rumah F1 juga dialami Jerman dan Brasil. Soal mahalnya biaya juga menjadi alasan. ''Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan Kanada, begitu juga dengan Brasil meskipun yang kedua itu sangat sulit. Soal Hockenheim (Jerman), kami tidak bisa memberikan subsidi kepada Jerman, kalau kami juga tidak memberikannya kepada tuan rumah lainnya di Eropa,'' pungkasnya. (cak/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Evan Dimas Siap Tampil dari Menit Awal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler