JAKARTA - Infrastruktur penerbangan di wilayah Sumut diperkirakan bakal makin mantab. Setelah Kualanamu International Airport (KIA) dan Bandara Silangit, ditargetkan tahun ini juga Bandara Binaka di Gunung Sitoli akan mendapat prioritas untuk dikembangkan.
Lobi para bupati/walikota di wilayah Kepulauan Nias ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub), menghasilkan sebuah komitmen dari Menhub EE Mangindaan untuk mengalokasikan anggaran di tahun 2013 ini untuk pengembangan Bandara Binaka.
"Menteri Perhubungan sudah menyatakan, tahun 2013 ini sudah anggarannya untuk Bandara Binaka," ujar anggota DPR, Yassona H Laoly, kepada JPNN, Jumat (25/1).
Politisi senior asal Nias itu cerita, belum lama ini dia bersama Walikota Gunung Sitoli, Bupati Nias, Bupati Nias Utara, Bupati Nias Barat, dan Wakil Bupati Nias Selatan, menemui Menhub EE Mangindaan. Dalam pertemuan itu, Mangindaan didampingi Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara, Herry Bhakti S Gumay.
Para bupati/walikota dari Nias itu, lanjut Yassona, datang untuk mendesak pemerintah agar memberikan perhatian yang serius tehadap pengembangan Bandara Binaka.
"Saat itu Menhub menjawab akan memberikan perhatian. Tapi saya minta, jangan hanya perhatian, tapi juga harus dipastikan mendapat alokasi anggaran di 2013 ini. Bandara Silangit dikembangkan sah-saha saja, tapi setelah itu Nias harus mendapat prioritas," ujar politisi dari PDIP itu.
Di pertemuan tersebut, para bupati/walikota menyatakan kesiapannya untuk membereskan masalah pembebasan lahan untuk perpanjangan dan pelebaran landasan Bandara Binaka. Pemberesan lahan sebagai tanggung jawab pemda, lanjut dia, saat ini sudah beres.
Saat ini panjang landasan Bandara Binaka hanya 1800 meter. Rencananya, diperpanjang lagi 700 meter. Pasalnya, dengan panjang landasan 1800 meter, maka jelas pesawat Boeing 737 dan Airbus A320 tidak mungkin mendarat. Selama ini Bandara Binaka hanya layak didarati pesawat-pesawat kecil seperti Casa, Cessna, Fokker, dan pesawat yang tidak membutuhkan landasan panjang untuk lepas landas maupun mendarat.
Meski demikian, lanjut Yassona, Bandara Binaka saat ini sudah tergolong padat, untuk ukuran Bandara dengan panjang 1800 meter dengan lebar 30 meter. "Jika dikembangkan, maka Bandara Binaka akan mampu membuka akses bagi daerah-daerah terisolir di sana," ujar anggota Komisi II DPR itu.
Dikatakan, untuk bandara-bandara di Sumut, Bandara Binaka saat ini termasuk bandara terpadat kedua setelah Bandara Polonia. Dia juga mendesak pemerintah pusat memberikan perhatian kepada Bandara Pulau-pulau Batu di Nias Selatan. "Sekali lagi, ini untuk membuka isolasi dan menunjang pengembangan wisata," ujar Yassona.
Berapa anggaran yang dijanjikan Kemenhub untuk Bandara Binaka dan kapan target pengerjaan dimulai? Yassona mengaku belum mendapat jawaban dari menhub. Yang jelas, pemda mendesak agar tahun ini bisa dikerjakan.
Ini juga dalam rangka menyambut Sidang Raya ke-16 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang diselenggarakam di Nias pada tahun 2014. "Diharapkan nanti Presiden hadir. Pesertanya juga bukan hanya dari dalam negeri, tapi biasanya juga ada utusan dari sejumlah negara," kata Yassona.
Sekedar diketahui, di tahun 2012, Bandara Binaka mendapat alokasi anggaran Rp9.026.000.000. Sedang Bandara Lasondre, Pulau Batu, Nisel mendapat alokasi Rp3.526.000.000. (sam/jpnn)
Lobi para bupati/walikota di wilayah Kepulauan Nias ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub), menghasilkan sebuah komitmen dari Menhub EE Mangindaan untuk mengalokasikan anggaran di tahun 2013 ini untuk pengembangan Bandara Binaka.
"Menteri Perhubungan sudah menyatakan, tahun 2013 ini sudah anggarannya untuk Bandara Binaka," ujar anggota DPR, Yassona H Laoly, kepada JPNN, Jumat (25/1).
Politisi senior asal Nias itu cerita, belum lama ini dia bersama Walikota Gunung Sitoli, Bupati Nias, Bupati Nias Utara, Bupati Nias Barat, dan Wakil Bupati Nias Selatan, menemui Menhub EE Mangindaan. Dalam pertemuan itu, Mangindaan didampingi Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara, Herry Bhakti S Gumay.
Para bupati/walikota dari Nias itu, lanjut Yassona, datang untuk mendesak pemerintah agar memberikan perhatian yang serius tehadap pengembangan Bandara Binaka.
"Saat itu Menhub menjawab akan memberikan perhatian. Tapi saya minta, jangan hanya perhatian, tapi juga harus dipastikan mendapat alokasi anggaran di 2013 ini. Bandara Silangit dikembangkan sah-saha saja, tapi setelah itu Nias harus mendapat prioritas," ujar politisi dari PDIP itu.
Di pertemuan tersebut, para bupati/walikota menyatakan kesiapannya untuk membereskan masalah pembebasan lahan untuk perpanjangan dan pelebaran landasan Bandara Binaka. Pemberesan lahan sebagai tanggung jawab pemda, lanjut dia, saat ini sudah beres.
Saat ini panjang landasan Bandara Binaka hanya 1800 meter. Rencananya, diperpanjang lagi 700 meter. Pasalnya, dengan panjang landasan 1800 meter, maka jelas pesawat Boeing 737 dan Airbus A320 tidak mungkin mendarat. Selama ini Bandara Binaka hanya layak didarati pesawat-pesawat kecil seperti Casa, Cessna, Fokker, dan pesawat yang tidak membutuhkan landasan panjang untuk lepas landas maupun mendarat.
Meski demikian, lanjut Yassona, Bandara Binaka saat ini sudah tergolong padat, untuk ukuran Bandara dengan panjang 1800 meter dengan lebar 30 meter. "Jika dikembangkan, maka Bandara Binaka akan mampu membuka akses bagi daerah-daerah terisolir di sana," ujar anggota Komisi II DPR itu.
Dikatakan, untuk bandara-bandara di Sumut, Bandara Binaka saat ini termasuk bandara terpadat kedua setelah Bandara Polonia. Dia juga mendesak pemerintah pusat memberikan perhatian kepada Bandara Pulau-pulau Batu di Nias Selatan. "Sekali lagi, ini untuk membuka isolasi dan menunjang pengembangan wisata," ujar Yassona.
Berapa anggaran yang dijanjikan Kemenhub untuk Bandara Binaka dan kapan target pengerjaan dimulai? Yassona mengaku belum mendapat jawaban dari menhub. Yang jelas, pemda mendesak agar tahun ini bisa dikerjakan.
Ini juga dalam rangka menyambut Sidang Raya ke-16 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang diselenggarakam di Nias pada tahun 2014. "Diharapkan nanti Presiden hadir. Pesertanya juga bukan hanya dari dalam negeri, tapi biasanya juga ada utusan dari sejumlah negara," kata Yassona.
Sekedar diketahui, di tahun 2012, Bandara Binaka mendapat alokasi anggaran Rp9.026.000.000. Sedang Bandara Lasondre, Pulau Batu, Nisel mendapat alokasi Rp3.526.000.000. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelempar Bom Molotov Masih Misterius
Redaktur : Tim Redaksi