jpnn.com, JAKARTA - Bisnis peti mati terus meraup keuntungan di tengah pandemi covid-19. Order peti mati di produsen terus meningkat.
Produsen peti jenazah di Jakarta Timur menyatakan, jumlah pemesan dalam kurun waktu Agustus hingga awal September 2020 mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat akibat pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh, Kenali 11 Gejala Happy Hypoxia pada Orang yang Positif Covid-19
"Saat Maret 2020 permintaan mulai meningkat rata-rata 10-20 persen per hari. Kalau sejak Agustus sampai sekarang bisa tiga kali lipatnya," kata produsen peti jenazah Ari Lesmawan di Jakarta.
Pada Jumat lalu saja pemesan dari yayasan maupun rumah sakit rujukan COVID-19 di DKI Jakarta mencapai 40 peti jenazah.
"Minimal bisa 20 sampai 30 peti keluar sehari. Paling banyak bisa seperti sekarang sampai 40 peti," katanya.
Sedikitnya sepuluh pegawai dilibatkan untuk memproduksi dua jenis peti jenazah, yakni untuk jasad pasien COVID-19 dan non-COVID-19.
BACA JUGA: BACA! Ada 39 RW di Jakarta Berstatus Rawan Covid-19, Ini Daftarnya
Khusus peti jenazah COVID-19 dibuat secara kedap udara menggunakan material kayu sengon yang dilapisi alumunium foil serta dibalut plastik.
"Kalau untuk pasien COVID-19 ada lapisan plastik dan alumunium foil, harus rapat. Lalu materialnya jenis kayu sengon dilapisi lagi pakai tripleks dan dibungkus plastik," katanya.
Karena jumlah pemesan yang terbilang tinggi, Ari terpaksa tidak melayani permintaan pelapisan alumunium foil dan plastik perekat peti.
"Seharusnya sampai dilapisi plastik dan alumunium foil, tapi untuk saat ini paling kita kasih lapisan lem perekat untuk menutup celah kayu, sementara untuk alumunium foil dan plastiknya dikerjakan pemesan," katanya.
Peti jenazah tersebut diproduksi di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
"Ukuran dan standarnya tergantung dengan permintaan dan arahan dari petugas TPU. Biasanya dibuat satu ukuran dengan panjang 2 meter, lebar 45 sentimeter dan tinggi 50 sentimeter," katanya.
Satu unit peti jenazah dibanderol mulai dari Rp1 jutaan, tergantung dengan tingkat kerumitan pembuatan serta kualitas bahan baku. (ant/ngopibareng/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia