Kalau anda hendak mencari kerja, sebaiknya anda memiliki akun sosial media, karena perusahaan sekarang akan mengecek latar belakang calon karyawan mereka lewat sosial media. Demikian kata Erik Meijer, CEO Telkom Telstra dalam acara Supermentor yang diselenggarakan di kampus RMIT University di Melbourne hari Minggu (9/4/2017).

Erik Meijer merupakan salah satu dari tiga pembicara dalam acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut, untuk berbagi cerita dari pengalaman masing-masing baik kehidupan pribadi maupun dari dunia pekerjaan, yang bisa memberikan inspirasi kepada anak-anak muda.

BACA JUGA: Pengungsi yang Ditolak AS tetap Bermukim di Pulau Manus

Dua pembicara lainnya adalah Dino Patti Djalal mantan Dutabesar Indonesia untuk Amerika Serikat, dan Iwan Sunito, CEO Crown Property Grup, seorang pengusaha asal Indonesia yang berdomisili di Sydney.

Dino Patti Djalal, dan Erik Meijer datang langsung dari Jakarta, dalam acara yang diselenggarakan oleh lembaga nir laba Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan PPIA RMIT.

BACA JUGA: Salju Mulai Turun di Victoria

Dalam sesi yang dibawakannya, Erik Meijer, warga asal Belanda yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja dan tinggal di Indonesia menjelaskan beberapa hal yang dianggap penting oleh perusahaan bila mereka ingin merekrut karyawan baru.

Salah satu hal yang disebut penting oleh Erik adalah akun sosial media.

BACA JUGA: Alkohol Sebabkan Ratusan Pria Australia Tenggelam

"Dari penelitian yang ada disebutkan bahwa 35 persen perusahaan cenderung tidak akan memanggil calon karyawan untuk diwawancarai bila mereka tidak bisa menemukan calon tersebut di internet." kata Erik.

Namun dikatakannya, ada beberapa hal tertentu yang perlu diperhatikan dalam kehadiran kita di sosial media.

"Hal seperti jangan memposting anda sedang minum minuman keras, jangan memuat keluhan mengenai pekerjaan anda, dan juga jangan memposting sesuatu ketika di jam anda sedang bekerja." kata CEO perusahaan patungan Australia Indonesia (Telkom Telstra) tersebut.

Berbicara mengenai postingan-postingan di akun sosial media di Indonesia saat ini, Erik Meijer mengatakan sambil bergurau 'kita melihat dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia itu penuh sopan santun, namun di Twitter 'hancur'. Ini karena banyak akun yang misalnya menggunakan nama 'cowokganteng2005' yang bisa menulis apa saja."

Dalam bagian lainnya, Erik Meijer mengatakan bahwa para lulusan sekarang harus bersikap fleksibel dengan pekerjaan yang akan mereka tekuni, dan sebaiknya mereka memiliki lebih dari satu ketrampilan.

"Kalau anda lulus sebagai akuntan, dan bekerja sebagai akuntan, apakah anda akan pensiun sebagai akuntan, rasanya tidak. Kalau anda hanya memiliki satu ketrampilan saja, ketika nanti ketrampilan tersebut tidak dibutuhkan lagi, anda bisa kehilangan pekerjaan karena tidak mampu melakukan hal lain." katanya.Pengusaha properti terbesar di Australia

Selain Erik Meijer, yang tampil dengan presentasi yang menarik adalah Iwan Sunito, CEO perusahaan properti Crown yang bermarkas di Sydney.

Crown sekarang ini adalah salah satu perusahaan properti terbesar di Australia dengan nilai aset $ 4,5 miliar di tahun 2016 naik dari $ 28 juta di tahun 1996.

Iwan Sunito tiba di Australia di usia 18 tahun, dan kemudian lulus dari jurusan Arsitektur Universitas New South Wales sebelum dia mendirikan perusahaan properti dari rumahnya sendiri, dengan karyawan hanya satu orang.

"Selama beberapa tahun pertama, kami mengalami kesulitan untuk tumbuh, dan saya pernah hampir memutuskan untuk berhenti. Namun terobosan muncul di tahun 1996, dan sekarang kami terus bertumbuh." kata Iwan Sunito dengan gaya bicara yang menarik perhatian peserta yang ditambah dengan guyonan gaya Indonesia.

Iwan Sunito membawakan presentasi berjudul Tiga Kunci Untuk Menjadikan Mimpimu Kenyataan yaitu Ide Besar namun mulai dengan hal kecil, melakukan sesuatu karena keyakinan, dan Inovasi atau Mati.

Dalam hal Inovasi atau Mati, Iwan Sunito menjelaskan contoh klasik mengenai perusahaan telepon genggam Nokia dari Swedia yang sekarang kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya, karena mereka tidak melakukan inovasi ketika masih jaya.

"CEO perusahaan Nokia pernah mengatakan bahwa kami tidak melakukan kesalahan apapun, namun kemudian kami kalah." kata Iwan Sunito.

Oleh karena itu dalam sejarah perkembangan perusahaannya, Iwan Sunito selalu melakukan inovasi terus menerus, dalam pembangunan gedung, dan juga sekarang mulai merambah pasar keluar dari Sydney.

Perusahaan tersebut sekarang juga bergerak di kota Australia lainya seperti Brisbane dan Melblourne dan juga ke Indonesia. Sekitar 250 orang menghadiri acara Supermentor di Melbourne tersebut, walau cuaca kurang menguntungkan dengan seharian hujan

Foto: Sastra Wijaya Menyelesaikan thesis dalam masa 10 minggu

Sementara itu, Dino Patti Djalal yang menjadi pendiri acara Supermentor ini dalam bagiannya menjelaskan salah satu prinsip yang bisa kita lakukan untuk berhasil dalam hidup.

Prinsip tersebut adalah stretch yourself, yaitu melakukan sesuatu yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya.

Dino yang pernah menjadi juru bicara dan penulis pidato Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono tersebut menceritakan bagaimana dia menyelesaikan thesis untuk mencapai gelar doktor di London School of Economics dalam masa sekitar 10 minggu.

"Saya mendapat waktu tiga bulan untuk menyelesaikan thesis tersebut. Tidak pernah ada orang yang mengerjakan hal tersebut sebelumnya. Saya menghabiskan waktu dari pagi sampai malam selama beberapa minggu untuk mengerjakannya, dan akhirnya selesai dalam waktu 10 minggu." katanya.

Menanggapi berlangsungnya acara Supermentor tersebut, tiga orang yang ditemui oleh wartawan ABC Australia Plus Sastra Wijaya sesuai acara rata-rata mengatakan sangat terkesan dan mendapat manfaat besar dari para pembicara.

"Saya masih kuliah sehingga belum tahu bagaimana dunia kerja. Jadi mendengar bagaimana para pembicara menjelaskan keadaan dunia kerja sangat bermanfaat bagi saya." kata Priscilla Wibowo, mahasiswi di RMIT.

"Walau saya sudah pernah mendengar hal-hal yang dijelaskan oleh pembicara di internet, namun bisa mendengar langsung dari mereka yang sudah menjalaninya, sangat bermanfaat. Juga apa yang mereka katakan bisa diterapkan langsung." kata Chris Megananda, mahasiswa S2 di bidang hukum dari University of Melbourne.

Sementara itu Geofrey Gold, seorang konsultan yang sebelumnya melakukan usaha di Indonesia dan sekarang kembali ke Australia, mengatakan senang dengan hadirnya banyak mahasiswa dan anak-anak muda dalam acara tersebut.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa India Tidak Lagi Takut ke Australia

Berita Terkait