Amit-amit jabang bayi! Sungguh menyesal, kalau Anda berkesempatan keliling Taipei, tetapi melewatkan objek yang satu ini! Namanya Shilin, yang berlokasi di Distrik Shilin, sepertinya semua orang Taipei mengenal akrab pasar malam itu. Orang sana menyebut “Night Market”. Tapi berbeda dengan konsep pasar malam seperti di Alun-Alun Keraton Jogjakarta maupun Surakarta itu.
jpnn.com - SHILIN, adalah gabungan pasar malam, pasar murah, pasar tumpah, pasar tradisional, pasar hiburan, dan pasar penuh sensasi. Dari banyak lokasi wisata kultural, pasar sudah mulai buka sejak pukul 16.00 sampai 24.00 inilah yang paling membuat kerasan. Kalau cuma satu dua malam, rasanya belum cukup untuk mengeksplorasi pasar yang dekat dengan stasiun MRT, Jiantan-Tamsui Line (red line) itu.
Tidak ada kesan jorok, sama sekali. Tidak kotor, sampai-sampai saya mau membuang plastik bekas bungkus bakwan Taiwan saja, tidak enak hati. Saya harus menenteng sampah itu, sampai tong pembuangan yang disiapkan di perempatan jalan. Sirkulasi udara di pasar itu bagus, jadi tidak ada bau tidak sedap, apalagi basah di bawahnya, seperti yang banyak kita jumpai di pasar-pasar tradisional di Indonesia.
Saya juga tidak menemukan orang teriak-teriak menawarkan produk barang atau jasanya, seperti yang biasa di Kya-kya belakang Hotel Beijing, Tiongkok. Pengunjungnya keren, banyak turis, berpakaian keren, komoditasnya juga bervariasi, bahkan lebih komplit dari Peddy’s Markets, Sydney. Sensasi permainan dan keunikan makanannya juga lebih menantang dari Fremantle Markets, Perth.
:TERKAIT Begitu menginjakkan kaki di halaman dan lorong pasar itu, sudah disapa aneka lampu rawna-warni dan disuguhi games yang mirip “judi kecil-kecilan.” Ada Angry Bird, ada melempar gelang-gelang ke ujung botol berhadiah, ada main dadu, membaca garis tangan dan titik garis wajah, ada lemparan bola pingpong, sampai tembakan maut dengan laras panjang. Saya tertarik mencoba Red Angry Bird, dengan membayar 100 NT atau Rp 30 ribu, untuk bertaruh 1.000 NT atau Rp 300 ribu.
Saya berkesempatan melempar 9 boneka Red Angry, untuk menjatuhkan minimal 8 babi biru, dari jarak 2 meter. Gaya apapun boleh dikeluarkan, termasuk mirip main softball. Sekeras apapun lemparannya, juga tidak dilarang, yang penting bisa menjatuhkan babi-babi itu. Saya coba, dengan hati-hati melempar, ternyata hanya 5 babi yang jatuh. Ya, sudah, hanya puas dengan hadiah hiburan.
It’s oke. Saya tidak perlu hadiah yang wah-wah. Saya hanya perlu refreshing, dengan mencoba sesuatu yang unit. Bagi saya, itu sangat menghibur, bahkan lebih seru daripada menonton konser Lady Gaga, yang dua hari “menggoyang” little monsters di Taipei.
Permainan keduapun gagal merebut hadiah utama. Melempar gelang-gelang ke ujung botong itu tidak mudah. Lubangnya terlalu kecil. Permukaannya keras, sehingga kalau mengenai gelang itu, tidak masuk ke lubang, malah mental ke samping atau ke atas. Ah, sekali-sekali rela ditipu 100 NT juga oleh pedagang ide permainan yang kreatif itu.
Macam-macam makanan cepat saji, yang langsung dimasak di tempat, langsung disantap di pasar juga unik-unik. Ada banyak jenis makanan yang belum pernah saya lihat sebelumnya, karena itu saya cukup rakus mencobanya. Banyak yang cocok, banyak pula yang susah dipahami rasa enaknya ada di mana? Sampai pada satu jenis buhan berry, warna merah, sebesar bola bekel, yang di tengahnya berbiji keras. Baru kali ini saya menemukan buah dengan rasa yang amat khas itu, asem, sedikit manis, dan beraroma khas.
Buah-buah yang lain juga diekspose dengan sangat atraktif. Nanas, jambu, semangka, apel, mangga, pepaya, durian, semua dijual eceran dan sudah dikupas bersih. Sudah ditaruh di atas gundukan es batu, tinggal comot saja. Mata, lidah dan perut kita dibuat “tidak nyambung” alias disconnect. Mata berkeinginan tinggi, dan mengiming-iming lidah, untuk menyantap makanan. Mata dan lidah, sama sekali tidak memperhatikan nasib perut, yang terus menerus dipaksa “lapar.” Variasi snack dengan segala rupa, warna, dan aroma betul-betul membuat lupa diet, lupa kolesterol.
Minuman juga neko-neko modelnya. Ada teh susu lavender, teh milk vanilla, ada susu alemond, susu kacang merah, pokoknya susah mengendalikan “protes” lidah kita. Ada jenis makanan yang menjadi favorit orang di sana, bahkan malam itu sampai lebih dari 50 meter antre, dari sore hingga larut malam. Saya coba cari tahu, ternyata ayam goreng kipas. Ayam tepung yang dibuat tipis, lebar, digoreng kering, yang lebih kriuk dari McDonald maupun Kentucky Fried Chicken.
Apa yang menarik? Ternyata teknik memotong ayamnya, yang bisa tipis melebar, panjang krispi. Dibuat potongan tipis itu rupanya agar daya tembus minyak gorengnya meresap sampai di seluruh bagian ayam itu. Sampai-sampai kalau digigit masih panas-panas itu, dari radius 5 meter, masih terdengar bunyi kriuknya. Wow. Pasti gurih dan sensasional.
Ada satu jajanan yang bentuknya lebih unik lagi. Jenisnya sih banyak dijual di Indonesia, semacam roti waffle. Lazimnya, bentuk waffle itu segitiga garis-garis di punggungnya, atau yang lebih unik, bergambar Mickey Mouse di Disneyland Hongkong.
Cuma produk asli Shilin ini, bentuknya dibuat mirip “burungnya lelaki.” Warna dan rasanya bervariasi, boleh pilih, ada yang coklat, hijau (green tea, red), merah jambu (strawberry, red), putih (vanilla). Harga untuk ukuran XXL, sekitar 30 NT, dan proses membuatnya cukup 7 menit.
Karena dimasak langsung, maka banyak pembeli waffle itu yang antre berjajar. Mereka bukan terpikat oleh sensasi rasanya, tetapi tertarik oleh bentuk dan kreativitas kemasannya. Dan, anehnya, rata-rata pembelinya adalah perempuan yang didampingi pasangannya, sambil lirik sana lirik sini. Mirip peribahasa “malu-malu kucing” yang artinya, malu-malu mau.
Soal harga, namanya juga pasar, sangat kompetitif, bisa ditawar-tawar, dan tidak marah kalau nawarnya agak ngawur. Orang Taiwan, banyak yang fasih berbahasa Inggris, dibandingkan dengan suasana pasar di China Daratan. Maklum, mereka adalah negeri demokratis yang sejarahnya banyak dipengaruhi oleh penjajah Spanyol, Belanda, dan Inggris. Anak-anak muda Taiwan juga lebih happy dipanggil Taiwanese, daripada disebut Chinese! Meskipun mereka berasal dari nenek moyang yang sama, memiliki ciri-ciri fisik yang mirip, peninggalan sejarah dan bahasa yang sama. (bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 75 Titik Kerja Bakti Serentak Pagi Ini
Redaktur : Tim Redaksi