YA, BEGITULAH yang dialami Fatir Muhammad. Anak pasangan dari Fikri Munandar dan Nurhikmah. Warga jalan Baji Gau Raya Makassar. Korban peluru nyasar, Fathir yang berusia satu tahun lebih ini hanya bisa berbicara lewat pancaran bola matanya. Setiap kali diajak bicara, Fathir hanya bisa menjawab dengan setetes air mata.
Dengan balutan sarung batik yang menyelimuti tubuh, Fatir seolah bertarung nyawa demi keselamatannya. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini seolah-olah melihatkan betapa kuatnya dirinya menahan rasa sakit peluru yang ada di otak bagian belakang.
Fatir yang terlihat dengan peralatan lengkap selang dimulut, jidat dan kabel yang melingkar di dada akhirnya diantar ke ruang operasi dengan empat perawat dan penjagaan ketat, sekira pukul 10.00 wita.
Kejadian yang menimpa Fatir pada Jumat malam, 1 Februari lalu. Mengharuskan Fatir untuk tetap berjuang dan bertahan hidup melawan peluru selama 17 hari.
Mobile C-Arm adalah salah satu unit radiologi yang biasa digunakan pada operasi. Inilah yang digunakan Fatir selama operasi. Ada juga yang permanen instalasinya tetapi kebanyakan adalah untuk fluoroscopy dan ballon catheter, C-Arm x ray selalu dilengkapi dengan monitor untuk menampilkan hasil dari capture foto yang diambil, nah selanjutnya hasil foto yang terdapat pada layar monitor bisa diprint sebagai arsip.
Dokter yang terdiri dari spesialis gizi, anak, saraf dan anestesi berhasil melakukan tindakan operasi pada Senin, 18 Februari, kemarin diruang lontara 4 lantai 2.
Orangtua Fathir, Fikri Munandar dan Nurhikmah hanya bisa meminta doa untuk kesembuhan anaknya.
"Saya minta doa untuk kesembuhan anak saya," Katanya kepada FAJAR dengan muka yang lesu.
Fathir yang baru saja berulang tahun pada 24 Januari lalu, menjalani operasi pengangkatan selama empat puluh lima menit. Kata Nurhikmah, sebelum dioperasi anaknya selalu menitikkan air mata tiap kali diajak berbicara. "Kondisi inilah yang buat saya terpukul, Fathir mungkin mau berbicara namun apa daya akibat peluru ia tidak bisa berbicara hanya isyarat kedua bola matanya," jelasnya.
Kesehariannya Fathir dikenal sebagai anak lucu, tante korban bernama Ana juga mengatakan melihat kondisi koma selama 17 hari dan hanya dibantu pernapasan, keluarga hanya bisa berdoa.
Operasi Pengangkatan Peluru di kepala Fathir berjalan lancar, sebanyak delapan orang dokter menjadi tim bedah operasi. Meski begitu tim dokter terus memantau kondisi Fathir Karena dikhawatirkan Fathir bisa terkena hypotermia pasca operasi.
Tim dokter pun terus mengawasi perkembangan kondisi vital Fathir karena peluru yang bersarang dikepalang telah membuat beberapa sel-sel otak Fathir rusak. Peluru yang telah berhasil dikeluarkan dari kepala selanjutnya akan diuji forensik untuk mencari tahu jenis dan senjata yang menyebabkan Fathir harus dirawat di Rumah Sakit. (lys)
Dengan balutan sarung batik yang menyelimuti tubuh, Fatir seolah bertarung nyawa demi keselamatannya. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini seolah-olah melihatkan betapa kuatnya dirinya menahan rasa sakit peluru yang ada di otak bagian belakang.
Fatir yang terlihat dengan peralatan lengkap selang dimulut, jidat dan kabel yang melingkar di dada akhirnya diantar ke ruang operasi dengan empat perawat dan penjagaan ketat, sekira pukul 10.00 wita.
Kejadian yang menimpa Fatir pada Jumat malam, 1 Februari lalu. Mengharuskan Fatir untuk tetap berjuang dan bertahan hidup melawan peluru selama 17 hari.
Mobile C-Arm adalah salah satu unit radiologi yang biasa digunakan pada operasi. Inilah yang digunakan Fatir selama operasi. Ada juga yang permanen instalasinya tetapi kebanyakan adalah untuk fluoroscopy dan ballon catheter, C-Arm x ray selalu dilengkapi dengan monitor untuk menampilkan hasil dari capture foto yang diambil, nah selanjutnya hasil foto yang terdapat pada layar monitor bisa diprint sebagai arsip.
Dokter yang terdiri dari spesialis gizi, anak, saraf dan anestesi berhasil melakukan tindakan operasi pada Senin, 18 Februari, kemarin diruang lontara 4 lantai 2.
Orangtua Fathir, Fikri Munandar dan Nurhikmah hanya bisa meminta doa untuk kesembuhan anaknya.
"Saya minta doa untuk kesembuhan anak saya," Katanya kepada FAJAR dengan muka yang lesu.
Fathir yang baru saja berulang tahun pada 24 Januari lalu, menjalani operasi pengangkatan selama empat puluh lima menit. Kata Nurhikmah, sebelum dioperasi anaknya selalu menitikkan air mata tiap kali diajak berbicara. "Kondisi inilah yang buat saya terpukul, Fathir mungkin mau berbicara namun apa daya akibat peluru ia tidak bisa berbicara hanya isyarat kedua bola matanya," jelasnya.
Kesehariannya Fathir dikenal sebagai anak lucu, tante korban bernama Ana juga mengatakan melihat kondisi koma selama 17 hari dan hanya dibantu pernapasan, keluarga hanya bisa berdoa.
Operasi Pengangkatan Peluru di kepala Fathir berjalan lancar, sebanyak delapan orang dokter menjadi tim bedah operasi. Meski begitu tim dokter terus memantau kondisi Fathir Karena dikhawatirkan Fathir bisa terkena hypotermia pasca operasi.
Tim dokter pun terus mengawasi perkembangan kondisi vital Fathir karena peluru yang bersarang dikepalang telah membuat beberapa sel-sel otak Fathir rusak. Peluru yang telah berhasil dikeluarkan dari kepala selanjutnya akan diuji forensik untuk mencari tahu jenis dan senjata yang menyebabkan Fathir harus dirawat di Rumah Sakit. (lys)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Menikah, Djoko Ngaku Bujang dan Pengusaha
Redaktur : Tim Redaksi