Si Cantik Bunga Jelitha Terkesan Tes Keperawanan Suku Tengger

Sabtu, 29 April 2017 – 00:05 WIB
Putri Indonesia 2017, Bunga Jelitha (kanan), menyaksikan prosesi petekan, yaitu tes keperawanan yang dilakukan oleh dukun adat tengger kepada gadis Desa Ngadas, Kec.Poncokusumo, Kabupaten Malang, Sabtu (22/4). Foto: Bayu Eka Novanta/Radar Malang.

jpnn.com - Puteri Indonesia 2017, Bunga Jelitha Ibrani , selama dua hari, Sabtu (22/4) dan Minggu (23/4), menjelajahi sejumlah destinasi wisata di Malang Raya. Jawa Pos Radar Malang sempat mengikuti agenda Bunga selama di Malang.

FISCA TANJUNG K.B.

BACA JUGA: Bunga Langsung Dibanding-bandingkan dengan Kezia

Senyum dan sorot mata penuh kegembiraan terlihat dari raut wajah Bunga Jelitha Ibrani begitu menapakkan kakinya di Bandara Abdulrachman Saleh usai menempuh perjalanan udara dari Jakarta, Sabtu lalu (22/4).

Tampaknya, Bunga sudah tidak sabar untuk segera menjelajahi setiap jengkal potensi wisata di Malang Raya.

Benar saja, meski baru tiba di bandara, Bunga langsung bergegas menuju Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Dia ditemani Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Made Arya Wedhantara, General Manager (GM) Jawa Pos Radar Malang Don Virgo, dan Manajer Pemasaran Jawa Pos Radar Malang M. Atho’ Illah.

Selain itu, ada pula Duta Hijab Radar Malang 2017 Hepy Mandiana Sari serta anggota paguyuban Joko-Roro Kabupaten Malang: Alifa Claudia, Novie Yaniar Azzahra, Sagita Nindra, dan Sultan Rafi.

Di tengah perjalanan menuju Desa Ngadas, Bunga dan rombongannya sempat mampir di Soto Pulung Dowo, Kecamatan Tumpang. Di sana, Bunga menyantap salah satu sajian kuliner legendaris di Malang Raya.

Rombongan Puteri Indonesia 2017 baru tiba di Desa Ngadas, Sabtu (22/4), sekitar pukul 16.00.

Begitu menginjakkan kaki di desa yang berada di kaki Gunung Bromo itu, Bunga langsung disambut Kepala Desa Ngadas Mujianto.

Puteri Indonesia berusia 25 tahun itu juga disodori kudapan khas Ngadas. Yakni kentang rebus yang ditaburi parutan kelapa. Meski besar di ibu kota dan punya karir di dunia modeling hingga tingkat internasional, Bunga ternyata sosok sederhana.

Gadis Sampul 2005 itu bahkan terlihat tak canggung melahap panganan tradisional tersebut di ruang tamu rumah Mujianto. Tak hanya sekali, tapi hingga beberapa kali.

”Kentang itu salah satu makanan favoritku. Dan (kentang) di sini beda banget, (rasanya) lebih manis,” ujar dara kelahiran 6 September 1991 itu seusai mengunyah potongan kentang.

Kepala Desa Ngadas Mujianto kemudian menjelaskan kepada Bunga bahwa kentang merupakan potensi unggulan di desa yang jumlah penduduknya tak sampai seribu jiwa itu.

Bahkan, kentang tersebut hanya bisa dinikmati di Desa Ngadas. Tidak dijual ke luar desa.

Belum lama duduk di ruang tamu dan menikmati kentang rebus, Bunga dan rombongannya langsung diajak Mujianto ke tempat di mana warga Desa Ngadas biasa menjamu tamunya. Yakni pawon (dapur).

Dijamu tuan rumah di dapur, barangkali menjadi pengalaman kali pertama bagi Bunga. Dia terlihat antusias.

Bahkan, Bunga langsung mengambil foto dan video singkat untuk kemudian dia unggah di Instagram-nya.

Setelah beberapa menit ngobrol di pawon rumah Mujianto, Bunga kemudian pindah ke destinasi berikutnya. Yakni sebuah rumah yang berada tepat di samping rumah milik Mujianto.

Di dalam rumah itu sudah ada sekitar 20 gadis. Seluruhnya adalah warga Desa Ngadas. Mereka terlihat menunggu giliran untuk masuk ke sebuah kamar.

Nah, di dalam sebuah kamar berukuran sekitar 3x4 meter itu terlihat perempuan tua berbaju hitam yang memeriksa perut seorang remaja putri.

Jari jemari perempuan tua itu beberapa kali menekan-nekan perut remaja putri tersebut.

Itulah proses tradisi petekan. Yakni tradisi tes keperawanan ala masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas.

Lewat proses tersebut, perempuan tua yang notabene dukun bayi ini berupaya memastikan apakah seorang gadis yang belum menikah tersebut benar-benar masih perawan atau tidak.

Tes itu juga berlaku bagi para janda. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku seks bebas pada masyarakat Desa Ngadas.

Tradisi yang diangkat Bupati Malang Rendra Kresna dalam bukunya berjudul Tradisi Petekan: Tes Keperawanan dari Negeri Kayangan itu menjadi pemandangan baru bagi Bunga.

Bungsu dari empat bersaudara itu pun begitu antusias saat mendengar penjelasan soal proses tradisi petekan.

”Saya sampe bengong. Ternyata di sini ada tradisi seperti itu. Saya kira kayak desa biasa yang modern gitu,” kata perempuan yang pada gelaran Puteri Indonesia 2017 beberapa waktu lalu mewakili Provinsi DKI Jakarta.

Dia semakin terkesan ketika mengetahui bahwa ada hukuman berat bagi perempuan yang ketahuan hamil di luar nikah.

”Kalau sampai ketahuan hamil, ada hukumannya, yaitu suruh beli 50 sak semen. Wow, berapa rupiah itu ya? Bagiku, itu hal baru. Di Jakarta, yang seperti ini tidak ada,” katanya.

Setelah melihat dari dekat prosesi petekan, Bunga diajak untuk melihat sunset dari Desa Ngadas. Tepatnya dari halaman SDN Ngadas 1.

Di sekolah tersebut, Bunga sempat berinteraksi dengan sejumlah anak. ”Anak di sini cantik-cantik. Saya suka rambut mereka,” ujar Bunga, lalu tersenyum.

Namun karena cuaca berkabut, akhirnya rombongan memutuskan untuk berpindah lokasi pada pukul 17.00.

Mereka pun memilih kawasan Jemplang yang masih masuk teritori Desa Ngadas. Di tempat itu, Bunga menjalani sesi pemotretan dengan latar sunset.

Sesi itu dia lakoni hingga pukul 18.00, sebelum kemudian Bunga kembali ke rumah Mujianto untuk beristirahat.

”Seumur hidup, baru kali ini saya ke sini (Ngadas). Malang menjadi salah satu wish list (daftar harapan) tempat yang ingin saya kunjungi. Dan berkat Radar Malang, saya bisa ke sini,” terangnya. (c2/muf)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler