Siap-siap Saat Si Merah Menyapa

Selasa, 12 Agustus 2014 – 22:13 WIB
PILIH-PILIH YANG TEPAT: Seorang remaja memilih pembalut. Ketepatan memilih pembalut itu bisa berpengaruh positif terhadap kesehatan perempuan secara keseluruhan. (Dimas Alif/Jawa Pos)

jpnn.com - SURABAYA – Menstruasi merupakan hal yang amat dekat dengan perempuan. Saking dekatnya, siklus bulanan tersebut cenderung selalu diabaikan. Berbagai sindrom yang muncul saat kedatangan ’’tamu’’ itu pun sering kali dianggap hal wajar.

Ni Wayan Yuliastuti awalnya menganggap biasa saja rasa dilep yang dialaminya. Namun, hal itu menjadi amat mengganggu selama enam bulan terakhir. ’’Kalau lagi haid, saya enggak bisa ngapa-ngapain,’’ ujar perempuan 23 tahun itu.

BACA JUGA: VivaGel, Kondom Pertama Dirancang Bunuh HIV

Sindrom lain yang biasa muncul adalah rasa pening berlebih, nyeri di bagian pinggang, dan emosi yang semakin tak terkontrol. Beberapa sindrom itu, sebagaimana diutarakan dr Greg Agung SpOG, memang bisa menjadi amat mengganggu.

Sebenarnya menstruasi adalah siklus wajar yang terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh. ’’Saat tak ada pembuahan di rahim, otak akan perintahkan mengeluarkan darah haid,’’ jelas dokter spesialis obstetri dan ginekologi RS Putri itu.

BACA JUGA: Deteksi Penyakit Lewat Perubahan Kulit

Darah haid, ujar dia, merupakan kumpulan darah yang menjadi makanan dan tempat bagi janin dalam kandungan. Darah tersebut terbentuk sekitar tujuh hingga empat belas hari. Bila tidak terjadi pembuahan, pada hari ke-21 akan terjadi fase sekresi atau luruhnya darah dari dalam kandungan. ’’Itulah masa yang disebut menstruasi,’’ katanya.

Beberapa usaha dilakukan para perempuan untuk mereduksi keluhan-keluhan yang muncul saat menstruasi. Salah satunya, berolahraga. Olahraga yang rutin dipercaya menjadi cara yang efektif untuk mengurangi berbagai keluhan semasa haid, terutama nyeri haid.

BACA JUGA: Edible Spa yang Bikin Ceria

Olahraga yang disarankan adalah yang dapat membantu memperlancar peredaran darah. Contohnya, joging, renang, aerobik, atau yoga. Pemompaan dan peredaran darah yang lancar diyakini mampu mengurangi berbagai risiko kram dan nyeri yang timbul saat haid.

Berbagai pengobatan alternatif untuk mengatasi keluhan haid juga dilakukan lewat faktor eksternal seperti pemilihan pembalut. Ketika terjadi menstruasi, perempuan butuh pembalut untuk bisa menampung darah haid yang keluar. Selain faktor kenyamanan, kandungan dalam pembalut sekaligus dapat berfungsi untuk pengobatan.

Pemilihan pembalut yang tepat juga bertujuan mengurangi risiko iritasi. Namun, memang hal ini tak berlaku pada sembarang orang. ’’Semua bergantung jenis kulitnya,’’ ujar dr Bertha Susanna Syah SpKK, spesialis kulit dan kelamin RSK St Vincentius A Paulo.

Hal terpenting, ujar Bertha, adalah pemilihan pembalut yang senantiasa nyaman dan tidak lembap. Pembalut berdaya serap rendah cenderung mengakibatkan banjir dan menjadi sasaran empuk bakteri. ’’Itu yang bikin gatal dan iritasi,’’ ujarnya.

Jangan Sekadar Pakai Pembalut

HAID dan pembalut memang tak terpisahkan. Alkisah, ribuan tahun lalu para perempuan telah mengubek-ubek isi alam untuk menciptakan jenis pembalut sesuai zamannya. Mulai penggunaan serat papyrus, rerumputan kering, dedauan, bulu hewan, wol, dan macam-macam. Yang penting fungsinya tercapai, menyerap darah kotor yang dikeluarkan tubuh setiap bulan.

Kini, tentu lebih modern. Berbagai merek dan jenis pembalut terpajang dan siap dipilih. Tak perlu repot-repot membuntal kain atau mencari daun dan rumput. Pembalut modern menawarkan banyak kemudahan dan efisiensi.

Di balik bentuknya yang beragam, bermacam pertimbangan juga dipilih setiap perempuan untuk pemenuhan kebutuhan yang satu ini. Irien Permatasari salah satunya. Perempuan 30 tahun itu mengaku lebih mengutamakan ukuran (panjang) saat memilih pembalut.

’’Panjangnya bisa sampai 35 cm,’’ ujar perempuan yang berprofesi sebagai model itu. Walau ukuran pembalut yang panjang lazimnya dipakai perempuan menjelang tidur, Irien mengaku lebih nyaman dan aman saat memakainya di siang hari.

’’Selain panjang, saya pasti pilih yang ada wings-nya. Dan satu lagi, non-perfume,’’ ungkap ibu satu anak itu. Pembalut non-perfume, ungkap dia, dipilih untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia yang banyak ditemui dalam produksi pembalut.

Hati-hati dalam memilih pembalut juga dicontohkan Komang Ritayani, 21. Mahasiswi semester akhir Jurusan Teknik Elektro ITS itu memang lebih selektif memilih produk. Sejak beberapa bulan terakhir, Komang beralih dari pembalut produk masal ke jenis herbal.

’’Awalnya setiap haid pasti dilep enggak ketulungan. Saya sampai enggak bisa bangun dari tempat tidur. Waktu konsultasi ke dokter, disarankan mengganti pembalut ke yang berbahan alami,’’ ujar gadis asal Bali tersebut.

Pembalut alami di sini tentu bukan berarti kembali menggunakan rerumputan atau bulu hewan seperti dulu kala. Tapi, lebih kepada pemilihan bahan yang lebih bersahabat dan aman bagi tubuh.

’’Pembalut biasa menggunakan produk daur ulang yang banyak mengandung dioksin, sejenis bahan yang digunakan untuk industri plastik,’’ ujarnya. Jika masuk ke dalam tubuh lewat alat kelamin, ujar dia, dikhawatirkan memperbesar risiko kanker serviks.

Pembalut herbal, ujar dia, memang dirasa lebih aman. Selain menggunakan bahan penyerap alami seperti lidah buaya, pembalut jenis itu prolingkungan. ’’Sudah ada beberapa yang dijual di pasaran,’’ imbuhnya.

Beberapa pembalut herbal juga mengikutsertakan nanosilver dalam produknya. Komponen ini dianggap efektif melemahkan serta membunuh bakteri yang banyak muncul selama masa menstruasi. Kandungan lainnya adalah unsur micromagnetic yang memperlancar peredaran darah dan mempercepat penyerapan darah.

’’Kadang juga ada yang mengandung mentol. Jadi dingin dan berfungsi menghilangkan migrain juga,’’ ujarnya. (rim/bir/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Atasi Ruam Popok pada Bayi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler