Sidak, Gubernur Naik Motor Wartawan

Rabu, 26 September 2012 – 08:19 WIB
BOGOR-Gaya nyentrik Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan menular ke Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Dahlan yang sering inspeksi mendadak (sidak) tanpa pengawalan, makan soto di emperan hingga naik motor ke lokasi sidak, diperankan Heryawan, kemarin.   

Aher, sapaan akrab Heryawan, melakukan sidak ke Stasiun Besar Bogor dengan menumpangi sepeda motor milik wartawan. Sebelum sidak, Aher terlebih dahulu salat Dzuhur berjamaah dan menyantap makan siang di salah satu kedai sate di kawasan Paledang.

Awalnya, orang nomor satu di Jawa Barat itu hendak naik mobil menuju Stasiun Bogor. Tapi, tiba- tiba ia berubah pikiran. Gubernur kemudian menyapa wartawan dan mengutarakan niatnya untuk menumpang salah satu motor wartawan. "Lebih enak naik motor yah, tidak macet. Lebih cepat sampainya," tutur gubernur kepada wartawan.

Gubernur kemudian memilih menumpangi sepeda motor wartawan Suluh Indonesia dan meminjam helm milik kontributor TVRI Bogor. Selama di perjalanan Aher terlihat santai menikmati perjalanan diikuti belasan wartawan.

Saat tiba di Stasiun Bogor, gubernur langsung disambut Kepala Dinas Lalu lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, Suharto. Gubernur didampingi Suharto kemudian meninjau trotoar di sekitar stasiun. Pada kesempatan itu, gubernur menyapa para pedagang dan menjejal becak yang ditumpangi pemiliknya di depan stasiun.

Selanjutnya, gubernur bertemu manajemen Stasiun Besar Bogor. Ia disambut Wakil Kepala Stasiun Enjang Syarif Budiman. Setelah itu, Heryawan meninjau gerbong KRL dan berinteraksi dengan penumpang. Di dalam gerbong KRL Commuter Line, Heryawan sempat memangku dan memeluk seorang bocah.

Di sela-sela sidak, gubernur meminta agar parkir di badan jalan ditiadakan. Sebab, hal itu sangat mengganggu pengguna lalilintas. Gubernur mengharapkan pemkot dan PT KAI saling koordinasi untuk mengurusi pengelolaan parkir motor di area stasiun. "Pemkot dan PT KAI bisa membangun satu gedung ke atas untuk tempat parkir dan insya Allah untuk dana akan ada bantuan dari provinsi,” tutur gubernur.

Gubernur juga menyarankan agar rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line per 1 Oktober, ditunda. Politisi PKS itu menilai, kenaikan tersebut memberatkan masyarakat, khususnya pengguna kereta asal Bogor, Depok dan Bekasi yang per harinya mencapai 3,2 juta orang. “Lebih baik PT KAI memaksimalkan pelayanan terlebih dahulu, sehingga masyarakat terlayani dengan baik Jadi tidak serta merta menaikkan tarif begitu saja,” tuturnya.

Ia menambahkan, warga Jawa Barat banyak yang bekerja mencari nafkah di Jakarta. Karena itu, kata dia, masalah macet hanya bisa diandalkan dengan  mengoptimalisasikan sistem perkeretaapian.

"Umumnya yang dikeluhkan masyarakat adalah sarana dan prasarana serta kurangnya armada kereta api. Harusnya itu diatasi dulu, karena banyak warga yang mengandalkan kereta api sebagai transportasi yang dianggap paling cepat," tandas gubernur.

Sementara itu, Wakil Kepala Stasiun Enjang Syarif Budiman menuturkan, pihaknya tidak sungkan atau takut atas sidak yang dilakukan gubernur. Justru, pihak stasiun menyambut positif sidak tersebut.

“Kalau memang kenyataanya Jalur Mayor Oking berantakan dan menggunakan lahan PT KAI, kenapa harus ditutup-tutupi. Itulah yang sekarang terjadi di sini. Kita berharap program ini didukung oleh semua pihak,” pungkasnya. (fia/ant)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Ada Peran Provokator

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler