jpnn.com, SURABAYA - Untuk memantau harga kebutuhan pokok memasuki bulan Ramadan dan menjelang Lebaran, Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan dan perindustrian melakukan sidak ke beberapa pasar tradisional di Surabaya, Jawa Timur.
Hasilnya, mereka mendapati omzet pedagang menurun karena daya beli masyarakat justru rendah. Padahal, harga bahan pokok relatif stabil.
BACA JUGA: Alquran Kuno dari Daun Lontar Dibersihkan, Begini Penampakannya
================================
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
================================
Komisi VI DPR mengklaim pemerintah telah berhasil melakukan stabilisasi harga di tingkat pasar, termasuk di kota Surabaya.
BACA JUGA: Hukum Muntah Karena Maag Saat Puasa
Hal itu dinyatakan saat 13 anggota Komisi VI DPR RI melakukan kunjungan kerja (kunker) bersama Perum Bulog Regional Jatim ke beberapa pasar tradisional di Surabaya, Senin (12/6).
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Azam Azman Natawijana mengatakan bahwa harga bahan pokok yang ditetapkan di beberapa pasar di Surabaya seperti Pasar Wonokromo, Pasar Pucang dan Pasar Kapasan, sudah sangat stabil dibandingkan dengan tahun lalu.
BACA JUGA: Pak Djarot: Kalau Bisa Tiap Bulan Puasa
”Harga yang diterapkan sudah sesuai harapan, karena kondisinya masih lebih tinggi dari tahun lalu. Mungkin karena pengaruh dari pertumbuhan ekonomi yang belum membaik saat ini,” kata Azam.
Namun demikian, ia menemukan anomali bahwa meski harga bahan pokok relatif stabil, namun omzet para pedagang di beberapa pasar tradisional yang ditemuinya tidak naik bahkan cenderung turun.
Ini karena daya beli masyarakat justru rendah. Politisi dari Partai Demokrat ini mengatakan, meski harga pokok ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan, namun para pedagang yang ditemuinya justru mengaku mengalami penurunan omzet hingga 40 persen.
“Di beberapa pasar, pedagang menyatakan daya beli masyarakat menurun. Ini akan menjadi bahan evaluasi kami. Kenapa daya beli masyarakat tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya? Nanti akan kami beri masukan kepada kementerian terkait,” papar politisi dari daerah pemilihan (dapil) Jatim III ini.
Sementara itu, Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Perdagangan, Srie Agustina mengatakan bahwa omzet pedagang di pasar menurun kemungkinan karena banyaknya pasar murah yang digelar oleh Bulog maupun instansi pemerintah lain.
”Banyak pasar murah sekarang, makanya pedagang seperti di Pasar Wonokromo tidak mau menjual dagangannya murah. Akibatnya, masyarakat tidak membeli ke sini (pasar tradisional, Red),” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah sebenarnya sudah memberikan preferensi harga bahan pokok. Bahkan, sudah sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sementara itu, Kepala Bulog Jatim Usep Karyana menambahkan bahwa saat ini Bulog sudah menggelar pasar murah di 248 titik se-Jatim. (*/jay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan Momentum Saling Bertoleransi Antarumat Beragama
Redaktur : Tim Redaksi