JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, rangkaian inpeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Wakil Menteri Hukum HAM Denny Indrayana tidak produktif. Buktinya adalah kerusuhan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Klas IA Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara.
Menurut Bambang, wamenkumham tidak peduli dengan potensi warga binaan di Lapas Tanjung Gusta. Padahal, potensi rusuh atau perlawanan warga binaan di Lapas Tanjung Gusta sudah terlihat begitu nyata. Sebab, lapas itu dihuni 2.660 narapidana dan tahanan, padahal kapasitas tampungnya hanya 1.054 narapidana.
"Rangkaian sidak Wamenkumham Denny Indrayana ke sejumlah lapas selama ini tak lebih dari show yang jelas-jelas tidak menyelesaikan persoalan," ujar Bambang di Jakarta, Sabtu (13/7).
Politikus Golkar itu menyatakan, kesalahan tidak bisa sepenuhnya dituduhkan kepada petugas Lapas Tanjung Gusta. Sebab, manajemen lapas hanya dipersiapkan mengawasi dan melayani 1.054 narapidana, bukan 2.660 narapidana.
Menurut Bambang, mengawasi dan melayani 2.500 narapidana bukanlah pekerjaan sederhana. "Apalagi beberapa diantaranya berstatus napi teroris," ucapnya.
Karena itu, Bambang mempertanyakan hasil sidak Denny. Sebab, jika sidak itu produktif maka kelebihan kapasitas Lapas Tanjung Gusta semestinya sudah dibenahi. Sehingga perlawanan warga binaan lapas itu tidak terjadi.
"Fakta kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta menjadi bukti bahwa rangkaian sidak Denny Indrayana selama ini hanya menjadi ajang pertunjukan yang tidak produktif," pungkasnya. (gil/jpnn)
Menurut Bambang, wamenkumham tidak peduli dengan potensi warga binaan di Lapas Tanjung Gusta. Padahal, potensi rusuh atau perlawanan warga binaan di Lapas Tanjung Gusta sudah terlihat begitu nyata. Sebab, lapas itu dihuni 2.660 narapidana dan tahanan, padahal kapasitas tampungnya hanya 1.054 narapidana.
"Rangkaian sidak Wamenkumham Denny Indrayana ke sejumlah lapas selama ini tak lebih dari show yang jelas-jelas tidak menyelesaikan persoalan," ujar Bambang di Jakarta, Sabtu (13/7).
Politikus Golkar itu menyatakan, kesalahan tidak bisa sepenuhnya dituduhkan kepada petugas Lapas Tanjung Gusta. Sebab, manajemen lapas hanya dipersiapkan mengawasi dan melayani 1.054 narapidana, bukan 2.660 narapidana.
Menurut Bambang, mengawasi dan melayani 2.500 narapidana bukanlah pekerjaan sederhana. "Apalagi beberapa diantaranya berstatus napi teroris," ucapnya.
Karena itu, Bambang mempertanyakan hasil sidak Denny. Sebab, jika sidak itu produktif maka kelebihan kapasitas Lapas Tanjung Gusta semestinya sudah dibenahi. Sehingga perlawanan warga binaan lapas itu tidak terjadi.
"Fakta kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta menjadi bukti bahwa rangkaian sidak Denny Indrayana selama ini hanya menjadi ajang pertunjukan yang tidak produktif," pungkasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Meradang Harga Daging Sapi Masih Tinggi
Redaktur : Tim Redaksi