jpnn.com, BOGOR - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menjelaskan ketika dirinya memimpin dia ingin mengedepankan pertanian yang dijalankan secara cooperative and contract farming (pertanian kooperatif dan kontrak).
Setelah melihat kebijakan yang dijalankan pemerintahan saat ini, dia ingin mengurangi alokasi anggaran food estate atau lumbung pangan.
BACA JUGA: Anies Baswedan: Hanya Nomor 1 yang Punya Visi Misi Agromaritim
“Justru kita harus memberdayakan para petani dan kebijakan bersifat bottom up bukan top down,” ujar Anies dalam acara Food and Agriculture Summit III di IPB Bogor, Senin (18/12).
Dalam paparannya, pendekatan kebijakan food estate pemerintahan Jokowi yaitu negara menguasai produksi (sentralisasi dan top-down), kepastian hasil tani hanya bagi petani di food estate (corporate based agriculture production), ekstensifikasi pertanian secara serampangan merusak ekologi, penyerapan hasil tani food estate didasarkan keputusan pemerintah pusat, dan ketimpangan relasi antara petani dan korporasi.
BACA JUGA: Anies Paparkan 5 Pilar Utama Revolusi Agromaritim: Ada SDM sampai Reindustrialisasi
Anies sendiri menawarkan lima pendekatan food estate. Hal itu di antaranya negara memberdayakan petani (desentralisasi dan bottom up), kepastian hasil tani dirasakan oleh petani di seluruh Indonesia (peasant and family based agriculture), intensifikasi lahan pertanian rakyat dan ekstensifikasi berdasarkan kelestarian ekologi, kepastian penyerapan hasil tani lokal oleh BUMN/BUMD/Mitra melalui skema kontrak, dan kerja sama yang setara antara petani melalui koperasi/Gapoktan dan BUMN/BUMD/Mitra.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Meko Polhukam) Mahfud MD mengatakan proyek food estate telah gagal.
BACA JUGA: JK Resmi Dukung Anies-Muhaimin, NasDem: Tambahan Kekuatan Bagi Pasangan AMIN
Dia menjelaskan kegagalan itu disebabkan ketersediaan lahan pangan yang tidak ditopang ketersediaan petani.
“Mengapa? karena kita menyiapkan lahan yang luas, tapi tidak mempertimbangkan bahwa lahan yang luas dengan modal yang besar itu membutuhkan petani. Sementara itu, lahan yang ditawarkan itu sepi, siapa yang berminat bertani di sana?” kata Mahfud dalam sebuah acara diskusi online di Youtube. (jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : JPNN.com