jpnn.com - Kepulauan Mapia berada di Kabupaten Supiori, Papua. Lokasinya berbatasan dengan dua negara, Palau dan Filipina.
---
KEPULAUAN Mapia memang cukup jauh dari Sorendiweri, ibu kota Kabupaten Supiori. Kira-kira 150 mil atau sekitar 240 kilometer.
Wilayah tersebut tidak bisa dijangkau dengan menggunakan speed boat atau kapal kecil. Namun, harus digunakan kapal perintis. Sebab, lokasinya di laut lepas, yakni Samudra Pasifik.
Selain itu, rombongan atau siapa saja yang akan berkunjung ke wilayah tersebut harus berhitung soal ombak. Jika dari Pelabuhan Biak, untuk menjangkau beberapa pulau di wilayah itu dibutuhkan waktu sekitar 20 jam dengan menggunakan kapal perintis.
Masyarakat di wilayah kepulauan yang sangat terpencil itu jarang pergi ke Biak atau ke Kabupaten Supiori. Ya, selain karena wilayah tersebut jarang dikunjungi kapal perintis, faktor cuaca sering menjadi kendala.
Kepulauan Mapia terdiri atas lima 5 pulau. Yaitu, Pulau Brasi, Brasi Kecil, Fanildo, Fanildo Kecil, dan Pulau Mapia (Pegun). Pulau-pulau tersebut berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik dan berdekatan dengan Negara Republik Palau yang berjarak sekitar 390 mil.
Selain Republik Palau, Kepulauan Mapia berbatasan dengan negara Filipina. Karena itu, wilayah tersebut perlu mendapat perhatian serius, terutama dalam hal pengamanan, dari pemerintah Indonesia.
Kepulauan Mapia ditumbuhi banyak pohon kelapa. Mata pencaharian penduduk pulau tersebut adalah kopra (kelapa yang dikeringkan). Karena itu, hasil utama kepulauan tersebut adalah kopra. Hasil kopra yang dikelola masyarakat dibeli langsung oleh penduduk dari wilayah Sulawesi.
Di gugusan Kepulauan Mapia juga terdapat berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Misalnya, bebek laut, penyu, berbagai jens ikan, dan burung-burung. Makanan utama penduduk Mapia adalah ikan dan sejenis umbi-umbian.
Penduduk di Kepulauan Mapia tergolong tidak terlalu banyak. Di antara lima pulau itu, hanya Pulau Brasi yang berpenghuni dengan 60-an kepala keluarga (KK). Pada Pemilu Legislatif 2014, pemilih yang tercatat di KPU Supiori hanya 106 orang.
Kehidupan masyarakat di wilayah Kepulauan Mapia tergolong masih sangat sulit. Ya, mereka hanya mengandalkan makanan dari umbi-umbian dan ikan.
Bagaimana tidak. Untuk bisa ke kota, masyarakat hanya sekali dalam sebulan atau dua bulan. Sebab, kondisi cuaca dan terbatasnya sarana trasportasi laut mengakibatkan warga terisolasi.
Guru dan petugas medis yang menjalankan tugas di Mapia juga jarang. Kalaupun ada, hanya satu-dua orang. Di sana memang sudah ada satu unit SD dan pustu (puskesmas pembantu). Hanya, kesejahteraan guru dan petugas kesehatan perlu mendapat perhatian serius.
''Sudah ada sejumlah fasilitas yang dibangun pemerintah di sana, ada pustu, satu SD, dermaga, dan tempat pendaratan helikopter. Sejumlah program yang lain juga dilakukan di sana. Termasuk, program pemberdayaan masyarakat,'' ujar Sekda Kabupaten Supiori Lukas Rumere kepada Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group).
Kepulauan Mapia dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian serius dari pemerintah. Terutama, soal pengamanan. Setidaknya itu dapat dilihat dari penempatan satuan petugas pengamanan (satgaspam) gabungan Marinir dan TNI-AD. Bahkan, pos Marinir juga sudah dibangun di pulau tersebut.
Sejak 2015, anggota TNI yang bergabung dengan satgaspam pulau terluar hanya 20 orang. Mereka terdiri atas 10 anggota TNI-AD dan 10 orang dari kesatuan lain. Sebelumnya, petugas yang ditempatkan di Kepulauan Mapia adalah 68 anggota TNI. Mereka terdiri atas 48 personel dari Marinir dan 20 anggota yang lain asal Korem 173/PVB. Bahkan. yang menjadi komandan Satgaspam Pulau Terluar Kepulauan Mapia adalah Danrem 173/PVB.
''Penempatan satgaspam di Kepulauan Mapia itu tentunya merupakan salah satu upaya untuk menjaga pulau-pulau terluar tetap dalam bingkaian NKRI,'' ujar Danrem 173/PVB Brigjen TNI Tri Soewandono yang juga menjabat komandan satgaspam Kepulauan Mapia. (ito/nat/mas/JPG/c4/diq)
BACA JUGA: Eksperimen Sinema Jawa ala Sutradara Termuda Festival Film Berlin Wregas Bhanuteja
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Sutradara yang Bisa Berjalan di Red Carpet Karena Film Berbiaya Rp 30 Ribu
Redaktur : Tim Redaksi