jpnn.com, JAKARTA - Mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfuz Sidik makin khawatir akan peluang partainya dalam mengusung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Sebab, Prabowo Subianto yang sudah sejak lama digadang-gadang PKS untuk maju sebagai capres ternyata tak kunjung menentukan cawapres dan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Mahfuz mengatakan, ijmak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama telah merekomendasikan nama Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad untuk mendampingi Prabowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sementara kini sisa masa waktu pendaftaran capres-cawapres di KPU tinggal tiga hari lagi.
BACA JUGA: PKS Akan Tetap Dukung Prabowo, Meski Gerindra Berkhianat
“Tapi Prabowo belum menentukan cawapresnya. Hal ini tentu membuat gelisah banyak pihak, termasuk PKS,” ujar Mahfuz kepada JPNN, Selasa (7/8).
Menurut Mahfuz, kondisi itu kian menggelisahkan PKS dan GNPF Ulama. Sedangkan muzakarah seribu ulama di Tasikmalaya, Minggu lalu (5/8) justru menambah daftar nama capres dan cawapres di luar Prabowo, yakni Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Bachtiar Nasir.
BACA JUGA: Pilpres 2019: Bocoran Terbaru Cawapres Prabowo Subianto
Dalam pandangan Mahfuz, munculnya nama capres dan cawapres hasil muzakarah ulama justru membua peluang partai-partai koalisi pendukung Prabowo menyempal untuk membuat poros baru. “Sangat mungkin nama-nama itu membuka jalan bagi munculnya poros ketiga (di luar kubu Prabowo dan Joko Widodo, red),” ulas Mahfuz.
BACA JUGA: Sebegini Uang yang Digelontorkan Ahmad Dhani untuk Prabowo
Legislator PKS yang akrab disapa dengan panggilan Ustaz Mahfuz itu lantas mengulas satu per satu nama di antara Anies, Gatot dan Bachtiar Nasir. Anies, kata Mahfuz, terbentur ketentuan tentang batas waktu pengajuan izin bagi kepala daerah yang hendak menjadi capres ataupun cawapres sebagaimana diatur Pasal 171 UU Pemilu.
Sedangkan Bachtiar Nasir tak begitu diminati kalangan partai politik. Praktis, nama yang tersisa tingga Gatot Nurmantyo.
“Gatot sejak awal menyatakan siap menjadi capres. Tinggal meneruskan jalan takdirnya,” ucap Mahfuz.
Mantan ketua Komisi Pertahanan dan Intelijen DPR itu menambahkan, Pemilu 2019 bukan semata-mata menentukan presiden. Sebab, pemilu yang menyerentakkan pemilihan legislatif dan presiden itu juga menjadi penentuan nasib partai.
“Bagi partai yang sudah dapat pos capres dan cawapres, soal itu dianggap selesai. Bagaimana dengan partai yang tidak kebagian pos capres dan tidak juga cawapres? Dapat apa?” tutur Mahfuz.
Menurutnya, bagi-bagi kursi di kabinet hanya terjadi jika capres-cawapres yang diusung sudah menang. “Kalau kalah, apa yang mau dibagi? Pikiran sederhana saya, carilah faktor pendukung untuk capaian hasil pemilu legislatif,” tegasnya.
Oleh karena itu Mahfuz mendorong PKS agar menginisiasi poros koalisi baru. Hal itu juga demi memperbesar peluang PKS lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT).
Lantas, bagaimana cara membentuk poros ketiga? Mahfuz mengaku belum punya caranya.
Namun, dia punya syarat utamanya. “Kata kuncinya adalah berpeluang menang dan membantu target suara pileg. Selamat menanti poros ketiga,” pungkasnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Angka 8 dan Kans Prabowo Mendaftar di KPU Besok
Redaktur & Reporter : Antoni