Dari rekapitulasi pelunasan BPIH gelombang "pamungkas" itu, ada beberapa provinsi yang jumlah pelunasan jamaahnya melebihi kuota pokok provinsi setempat. Sebaliknya, ada juga provinsi yang jumlah pelunasannya kurang dari kuota pokok.
Provinsi yang jumlah pelunasannya melebihi kuota pokok antara lain di Aceh. Kuota pokok provinsi yang pernah luluh lantak diterjang tsunami itu adalah 3.924 kursi. Tetapi dari rekapitulasi Siskohat, jumlah calon jamaah haji yang melunasi mencapai 3.931 orang. Begitu pula untuk DKI Jakarta. Dari kuota pokok sebesar 7.084 kursi, calon jamaah haji yang melakukan pelunasan mencapai 7.113 orang (bertambah 29 kursi).
Sementara untuk provinsi yang jumlah pelunasannya lebih kecil dari kuota pokok diantara adalah Jawa Timur. Di provinsi ini, jumlah calon jamaah haji reguler yang melunasi BPIH sejumlah 33.871 orang. Sedangkan kuota pokoknya adalah 34.165 kursi, artinya ada 294 calon jamaah yang tidak bisa melunasi BPIH.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali menjelaskan soal fenomena ada provinsi yang jumlah pelunasannya melebihi atau dibawah kuota pokoknya tadi. Fenomena tadi muncul karena ketika pelunasan tahap II ditutup pada 7 Setember, seluruh kuota sisa ditarik menjadi wewenang Kemenag pusat.
Selanjutnya, seluruh kuota sisa itu dibagikan lagi ke provinsi secara proporsional. "Pengembalian kembali sisa kursi ini diprioritaskan untuk calon jamaah di atas usia 87 tahun," katanya setelah audiensi dengan juara Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional. Dari skema pengembalian sisa kursi itu, ada sejumlah provinsi yang mencatatkan laporan bahwa jumlah jamaah yang melunasi BPIH melebihi kuota tetap.
Menteri yang juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu menuturkan, pihaknya belum mengambil kebijakan khusus soal adanya sisa kursi haji setelah masa pelunasan BPIH gelombang IV ditutup. Dia mengatakan, Kemenag akan segera mengumumkan secara resmi sisa kuota haji ini akan digunakan atau dialokasikan untuk siapa saja.
Sikap Kemenag yang masih belum tegas itu, memunculkan danpak negatif. Diantaranya adalah, bakal ada kompetisi atau rebutan dari pihak-pihak yang selama ini sudah berancang-ancang untuk mendapatkan "free pass" berhaji. Pihak-pihak ini adalah, masyarakat yang sudah memiliki nomor porsi dan sudah dipastikan berangkat beberapa tahun lagi. Tetapi mereka memilih untuk meminta sisa kursi, supaya bisa berangkat tahun ini juga.
Diantara pihak yang sudah antri untuk mendapatkan sisa kursi ini adalah dari media massa, KBIH, kolega pejabat Kemenag, hingga kementerian dan lembaga negara lainnya. Kemenag mengatakan akan bersikap bijaksana dan adil dalam mengalokasikan sisa kursi ini.
"Masyarakat tenang saja. Karena sampai sekarang kami belum mendapatkan kepastian kapan masa pelayanan pengurusan visa haji akan ditutup," tutur menteri yang akrab disapa SDA itu. Dengan demikian, masih ada peluang jika sisa porsi yang berjumlah 817 kursi itu untuk dibagikan ulang ke sejumlah pihak tadi.
Di tengah ramainya usulan permohonan sisa kursi haji, SDA mengatakan pihaknya mempertimbangkan pekerjaan staf yang mengurusi soal persiapan haji. "Tentu tidak tepat, jika sampai saat ini masih ada banyak staf yang mengurusi pekerjaan di bidang persiapan pemberangkatan haji terus-terusan," kata dia. Padahal, saat ini seharusnya staf urusan haji sudah kosenterasi bekerja pada tahap pemberangkatan jamaah haji.
Ancaman Virus Corona
Sementara itu terkait ancaman virus corona, SDA meminta waspada dan selalu menjaga kebugaran. Bagi keluarga jamaah yang ada di tanah air, diminta untuk tetap tenang. "Informasinya alhamdulillah jamaah kita masih aman-aman saja," jelasnya. Dia menerangkan jika sampai kemarin belum ada kabar jamaah haji Indonesia yang terserang virus tersebut.
Jajaran Kemenkes RI menghimbau pada para jamaah haji untuk melakukan pencegahan seperlunya. Salah satunya meningkatkan higienitas pribadi dengan rutin mencuci tangan dan menggunakan masker pada kawasan yang padat. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) menuturkan, Kemenkes RI terus melakukan komunikasi dengan
petugas kesehatan haji di Arab Saudi.
"Tim kesehatan kita di Arab Saudi juga terus berkoordinasi dengan aparat kesehatan setempat. Mereka juga terus mempersiapkan diri dengan upaya penyuluhan ke masyarakat untuk higienitas perorangan, cuci tangan, menjaga kesehatan, dan tindakan-tindakan pencegahan serta penanganan yang diperlukan. Kami juga memberitahu seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) tentang pengawasan kejadian ini,"jelas Tjandra, kemarin (25/9).
Terkait ancaman virus corona, Tjandra memaparkan agar para jamaah haji tidak perlu khawatir. Sebab, semua pihak memantau perkembangan virus tersebut. Menurut Kemenkes Arab Saudi kasus tersebut sangat jarang terjadi. Tjandra memaparkan, begitu pihaknya menerima kabar soal virus tersebut, dia langsung mengontak Deputi Director General WHO Dr Keiji Fukuda di Jenewa, Swiss.
Berdasarkan informasi yang diterima dari pihak WHO, baru ada dua kasus yang menyangkut virus corona. Kasus pertama adalah seorang warga Arab Saudi berusia 60 tahun yang meninggal dengan pneumonia. Pada pasien tersebut ditemukan virus corona jenis baru. Sementara kasus kedua menimpa warga negara Qatar yang berusia 49 tahun. Pada pasien kedua juga ditemukan virus corona dengan riwayat perjalanan ke Arab Saudi. "Virus corona pada keduanya cukup identik," kata dia.
Tjandra melanjutkan, berdasarkan pengamatan sementara terhadap dua kasus tersebut, sejauh ini tidak terjani penularan pada semua petugas kesehatan yang menanangani dya kasus tersebut. "Artinya, sejauh ini, virus corona tidak terbukti menular antar manusia,"imbuh dia. (wan/ken)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Koalisi Masyarakat Sipil Tolak RUU Kamnas
Redaktur : Tim Redaksi