JAKARTA - Dari hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 1-10 April 2013 lalu, sebanyak 57,7 persen responden menyatakan demokrasi adalah sistem pemerintahan yang terbaik.
"Semua klaim negatif terhadap demokrasi itu ternyata tak sejalan dengan aspirasi masyarakat nasional secara umum," ujar Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan memaparkan hasil survei terkini SMRC dalam diskusi publik 15 Tahun Reformasi yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (21/5).
Menurutnya, survei yang dilakukan kali ini melibatkan 1.200 responden yang diambil secara acak dari seluruh daerah di tanah air. "Hasilnya, data survei juga menunjukkan 65,2 persen responden menyatakan perjalanan negara Indonesia berada di arah jalan yang benar," katanya.
Dan hanya 24,5 persen saja yang menyatakan salah arah. Sementara sisanya menyatakan tidak tahu.
"Mayoritas responden (50,4 persen) juga menyatakan sangat atau cukup puas terhadap jalannya demokrasi di Indonesia. Sementara terdapat 64,1 persen yang menilai pemerintahan SBY sebagai pemerintahan yang demokratis.
Serangkaian hasil sruvei SMRC ini kata Djayadi Hanan, semakin membuktikan bahwa orang yang memimpikan Indonesia kembali menjadi seperti Orde Baru bukan suara mayoritas. Rakyat Indonesia justru menginginkan Indonesia semakin demokratis dan keinginan itu tidak bisa lagi diputar ke masa lalu.
Hadirnya pandangan masyarakat ini tentu bukan tanpa alasan. Djayadi memrediksi di antaranya karena pascareformasi, kemajuan Indonesia terlihat cukup baik. Bahkan dianggap sebagai salah satu calon raksasa dunia.
"Organisasi terkemuka di AS, Freedom House, dalam laporan tahunannya dalam beberapa tahun terakhir yaitu 2005-2013, menempatkan Indonesia sebagai free country (negara bebas) di Asia. Sejajar dengan Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan," katanya.
Kondisi ini sangat baik, karena data tersebut juga menunjukkan semua negara anggota ASEAN lain berada di bawah Indonesia.
Demikian juga menyangkut ekonomi, banyak lembaga internasional menurut Djayadi memrediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara penting. Konsultan terkemuka Morgan Stanley meramalkan pada 2020 akan ada lima negara ekonomi baru yang berposisi dominan, di antaranya Brasil, Rusia, Cina, dan Indonesia.
Di tempat yang sama, pengamat ekonomi Umar Juoro, menilai setelah 15 tahun reformasi berjalan, dapat dikatakan ekonomi Indonesia lebih baik. Pada tahun 1999 ketika reformasi dimulai, pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 1 persen. Namun, pada 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen.
"Tantangan kita ke depan adalah bagaimana reformasi dapat berjalan terus dan sejalan dengan perkembangan ekonomi," ujarnya. (gir/jpnn)
"Semua klaim negatif terhadap demokrasi itu ternyata tak sejalan dengan aspirasi masyarakat nasional secara umum," ujar Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan memaparkan hasil survei terkini SMRC dalam diskusi publik 15 Tahun Reformasi yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (21/5).
Menurutnya, survei yang dilakukan kali ini melibatkan 1.200 responden yang diambil secara acak dari seluruh daerah di tanah air. "Hasilnya, data survei juga menunjukkan 65,2 persen responden menyatakan perjalanan negara Indonesia berada di arah jalan yang benar," katanya.
Dan hanya 24,5 persen saja yang menyatakan salah arah. Sementara sisanya menyatakan tidak tahu.
"Mayoritas responden (50,4 persen) juga menyatakan sangat atau cukup puas terhadap jalannya demokrasi di Indonesia. Sementara terdapat 64,1 persen yang menilai pemerintahan SBY sebagai pemerintahan yang demokratis.
Serangkaian hasil sruvei SMRC ini kata Djayadi Hanan, semakin membuktikan bahwa orang yang memimpikan Indonesia kembali menjadi seperti Orde Baru bukan suara mayoritas. Rakyat Indonesia justru menginginkan Indonesia semakin demokratis dan keinginan itu tidak bisa lagi diputar ke masa lalu.
Hadirnya pandangan masyarakat ini tentu bukan tanpa alasan. Djayadi memrediksi di antaranya karena pascareformasi, kemajuan Indonesia terlihat cukup baik. Bahkan dianggap sebagai salah satu calon raksasa dunia.
"Organisasi terkemuka di AS, Freedom House, dalam laporan tahunannya dalam beberapa tahun terakhir yaitu 2005-2013, menempatkan Indonesia sebagai free country (negara bebas) di Asia. Sejajar dengan Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan," katanya.
Kondisi ini sangat baik, karena data tersebut juga menunjukkan semua negara anggota ASEAN lain berada di bawah Indonesia.
Demikian juga menyangkut ekonomi, banyak lembaga internasional menurut Djayadi memrediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara penting. Konsultan terkemuka Morgan Stanley meramalkan pada 2020 akan ada lima negara ekonomi baru yang berposisi dominan, di antaranya Brasil, Rusia, Cina, dan Indonesia.
Di tempat yang sama, pengamat ekonomi Umar Juoro, menilai setelah 15 tahun reformasi berjalan, dapat dikatakan ekonomi Indonesia lebih baik. Pada tahun 1999 ketika reformasi dimulai, pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 1 persen. Namun, pada 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen.
"Tantangan kita ke depan adalah bagaimana reformasi dapat berjalan terus dan sejalan dengan perkembangan ekonomi," ujarnya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Hormati Keputusan DKPP
Redaktur : Tim Redaksi