Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Dinilai Bakal Mengebiri Aspirasi Masyarakat

Selasa, 30 Mei 2023 – 23:11 WIB
Ilustrasi pemilihan umum (Pemilu). Ilustrasi Kertas Surat Suara. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus menilai sistem tertutup semakin menjauhkan DPR RI dari rakyat.

Anggota legislatif yang terpilih, sambung Lucius bakal lebih memiliki beban kepada partai ketimbang memperjuangkan janji aspirasi rakyat.

BACA JUGA: Elektabilitas Erick Thohir Mengungguli Ketum Parpol di Bursa Cawapres

Sistem proporsional tertutup merupakan satu macam dari sistem perwakilan berimbang dimana pemilih hanya dapat memilih partai politik secara keseluruhan dan tidak dapat memilih kandidat. Dalam sistem ini, kandidat dipersiapkan langsung oleh partai politik.

“Sistem tertutup, partai menjadi sangat powerful dan anggota partai hanya sekrup-sekrup kecil yang nasibnya akan ditentukan sepenuhnya oleh partai,” ujar Lucius, Selasa (30/5).

BACA JUGA: RUPST Telkom: FMC Disetujui, Telkomsel Fokus Perkuat Bisnis Broadband

Dari perspektif parpol, sistem proporsional tertutup cenderung membuat partai lebih pragmatis memilih caleg.

Lucius mengatakan hal paling ditakutkan yaitu parpol yang berkuasa nantinya akan memilih anggota keluarga atau kerabatnya sendiri untuk menjadi calegnya.

BACA JUGA: Inilah Parpol yang Sudah Membuka Rekening Khusus Dana Kampanye, Siapa yang Belum?

Sedangkan untuk partai nomor urut besar, hanya akan gigit jari karena persentase lolos ke parlemen amat sangat kecil.

Hal seperti itu justru akan memperburuk wajah DPR RI karena proses rekrutmen anggota legislatif bergantung pada elektabilitas partai.

“Kecenderungan tata kelola parpol yang oligarki akan mendapatkan dukungan dari sistem yang tertutup karena parpol berkuasa menentukan caleg dari lingkaran keluarga atau kerabat yang akan menempati nomor urut 1 yang sekaligus berarti bahwa peluang memperoleh kursi,” imbuhnya.

Menurutnya, pola sistem proporsional tertutup disebut sangat tidak sejalan dengan semangat demokrasi Indonesia dan nafas reformasi.

Para legislator yang terpilih pun berpotensi hanya membawa beban politik dan kepentingan partai sehingga semakin membuat DPR RI kontra produktif.

“Bagaimana bisa membawa perubahan jika semua anggota DPR sejak awal sudah dalam cengkeraman parpol dan oligarki,” serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler