SUMBER - Untuk menekan angka kecurangan pada pelaksanaan ujian nasional (UN), Kemendikbud berencana akan menggunakan 20 paket soal UN untuk SMP dan SMA. Jika terlaksana, sistem lima paket soal yang selama ini diberlakukan akan menjadi 20 paket soal yang berbeda dalam satu ruangan. Penyelenggaraan UN pun bisa tanpa pengawas.
Pengamat pendidikan Afif Rifai MA mendukung penuh langkah yang diambil Kemendikbud. Menurutnya, rencana pemerintah untuk membuat tipologi soal UN menjadi 20 tipe soal yang beragam bisa meminimalisasi aksi-aksi manipulasi nilai. “Dengan catatan, strategi akuntabilitas ini tetap harus memenuhi standar kualitas pendidikan dan evaluasi yang merata. Karenanya pemerintah, dalam hal penyusunan soal, agar tetap mementingkan kualitas dan mengindahkan azas keadilan,” terangnya.
Diyakini Afif, langkah ini bertujuan menjaga dan meningkatkan kredibilitas hasil UN. Dengan bertambah banyaknya jenis soal dalam UN, sambung dia, potensi tindak kecurangan akan semakin sempit. Pasalnya, masing-masing siswa akan mengerjakan soal berbeda. "Ini kan masih digembar-gemborkan, semoga saja Kemendikbud tetap konsisten dengan ucapannya," ujarnya.
Sementara Kepala Disdik Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Drs Erus Rusmana MSi mengaku, menyerahkan persoalan ini kepada Kemendikbud. "Ini masih rencana, saya pun masih belum mengetahui apakah jadi atau tidak. Karena hingga saat ini juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) pun belum ada, belum kami terima," tuturnya.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Cirebon Drs H Masykur MPd mengatakan mulai tahun ini dipastikan UN akan menggunakan 20 paket soal berbeda di setiap ruangan. Masykur sudah menginstrusikan kepada sekolah-sekolah di bawah naungan Kememang untuk memperhatikan aturan tersebut. Jauh-jauh hari, kata dia, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terkait paket 20 soal. “Sosialisasi ini berupa kesiapn dalam UN seperti pengayaan, try out dan bedah soal,” terangnya.
Terpisah, salah satu siswi kelas XII SMA di Kabupaten Cirebon, Siti Maesaroh (18) mengungkapkan, rencana penggunaan 20 paket soal di setiap ruangan cukup memberatkan. Dengan 20 paket soal yang berbeda dikhawatirkan akan membawa dampak kegelisahan bagi para peserta UN. Namun demikian, dirinya optimistis, bahwa pelaksaan UN akan dilakukan dengan jujur dan adil.
"Ya denger sih, cukup khawatir dan jadi kegelisahan juga. Tapi bagi saya, apapun keputusannya, kami tetap menjalaninya," tandasnya. (via)
Pengamat pendidikan Afif Rifai MA mendukung penuh langkah yang diambil Kemendikbud. Menurutnya, rencana pemerintah untuk membuat tipologi soal UN menjadi 20 tipe soal yang beragam bisa meminimalisasi aksi-aksi manipulasi nilai. “Dengan catatan, strategi akuntabilitas ini tetap harus memenuhi standar kualitas pendidikan dan evaluasi yang merata. Karenanya pemerintah, dalam hal penyusunan soal, agar tetap mementingkan kualitas dan mengindahkan azas keadilan,” terangnya.
Diyakini Afif, langkah ini bertujuan menjaga dan meningkatkan kredibilitas hasil UN. Dengan bertambah banyaknya jenis soal dalam UN, sambung dia, potensi tindak kecurangan akan semakin sempit. Pasalnya, masing-masing siswa akan mengerjakan soal berbeda. "Ini kan masih digembar-gemborkan, semoga saja Kemendikbud tetap konsisten dengan ucapannya," ujarnya.
Sementara Kepala Disdik Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Drs Erus Rusmana MSi mengaku, menyerahkan persoalan ini kepada Kemendikbud. "Ini masih rencana, saya pun masih belum mengetahui apakah jadi atau tidak. Karena hingga saat ini juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) pun belum ada, belum kami terima," tuturnya.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Cirebon Drs H Masykur MPd mengatakan mulai tahun ini dipastikan UN akan menggunakan 20 paket soal berbeda di setiap ruangan. Masykur sudah menginstrusikan kepada sekolah-sekolah di bawah naungan Kememang untuk memperhatikan aturan tersebut. Jauh-jauh hari, kata dia, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terkait paket 20 soal. “Sosialisasi ini berupa kesiapn dalam UN seperti pengayaan, try out dan bedah soal,” terangnya.
Terpisah, salah satu siswi kelas XII SMA di Kabupaten Cirebon, Siti Maesaroh (18) mengungkapkan, rencana penggunaan 20 paket soal di setiap ruangan cukup memberatkan. Dengan 20 paket soal yang berbeda dikhawatirkan akan membawa dampak kegelisahan bagi para peserta UN. Namun demikian, dirinya optimistis, bahwa pelaksaan UN akan dilakukan dengan jujur dan adil.
"Ya denger sih, cukup khawatir dan jadi kegelisahan juga. Tapi bagi saya, apapun keputusannya, kami tetap menjalaninya," tandasnya. (via)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran Diblokir, PTN Talangi Beasiswa Miskin
Redaktur : Tim Redaksi