AJIBARANG - Siswa SDN Banjarsari, Ajibarang harus belajar dengan kondisi atap bolong mulai Jumat (27/1) kemarin. Atap SD tersebut ambrol kemarin dinihari sekitar pukul 01.00 WIB.
Kepala Sekolah SDN Banjarsari, Khoerudin mengatakan akibat angin kencang, atap seng kelas mengelupas semua. Yang paling parah terjadi di empat kelas yang masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. "Yaitu kelas IV dan III, dan jumlah siswa mencapai 70 anak,"kata Khoerudin.
Sebelum kejadian tersebut, atap seng kelas tersebut sudah diikat untuk menghindari terkelupasnya seng akibat angin kencang. Namun, ikatan tersebut ternyata tidak kuat menahan kencangnya angin sehingga pada Jumat dinihari, seng terbawa angin. "Siswa bertahan di ruang yang rusak karena sudah tidak ada lagi ruang kelas. Kami menggunakan separuh ruang kelas tersebut untuk KBM. Karena sebagian ruang kotor dan tidak layak dan efektif untuk kegiatan belajar,"tambah Khoerudin.
Rencana ke depan, sambung Khoerudin, siswa akan bergantian masuk dengan siswa kelas lain yang ruangannya masih layak. Diketahui, jumlah robongan belajar SDN Banjarsari mencapai 18 rombel dan jumlah siswa mencapai 572 anak. Dan jumlah kelas yang ada hanya 15 ruang, sehingga harus bergantian dengan siswa kelas lain. Sehingga selain pengajuan perbaikan gedung, pihak sekolah juga sudah mengajukan proposal pengajuan Ruang Kelas Baru (RKB).
Anggota Komisi D dari fraksi Gerindra, DPRD Kabupaten Banyumas, Yoga Sugama saat mengunjungi sekolahan tersebut mengatakan kondisi SDN Banjarsari sangat memprihatinkan. Atap seng yang mengelupas membahayakan siswa saat melakukan KBM. "Nantinya juga akan seperti ini kondisinya. Walaupun tidak ada bencana angin kencang. Karena memang kondisi gedung sekolahan sudah tua,"katanya saat memberikan semnagat kepada siswa SDN Banjarsari.
Yoga sempat mempertanyakan model skala prioritas yang digunakan. Karena diketahui, SDN Banjarsari mendapat Daftar Skala Prioritas pertama, namun kenyataannya, sampai sekarang belum pernah terealisasi. "Sekolah Dasar satu-satunya di Banjarsari belum mendapatkan realisasi bantuan. Padahal DSP pertama, model seperti apa yang digunakan sehingga sekolah seperti ini belum tersentuh,"terang Yoga.
Pihak sekolah sudah mengajukan proposal bantuan kepada dinas terkait melalui UPK Ajibarang sejak tahun 2006. Namun, sampai sekarang belum terealisasi. Padahal, SDN Banjarsari menjadi Daftar Skala Prioritas (DSP) urutan pertama dari UPK AJibarang untuk mendapat bantuan perbaikan gedung. Di kecamatan Ajibarang ada 18 SD yang mengalami kerusakan ringan maupun berat. Namun hanya sekitar 4 SD yang baru mendapat bantuan.
"Sampai sekarang belum terealisasi. Bangunan SDN Banjarsari merupakan bangunan tahun 1961, 1982 sampai 1986. Dan memang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Kami sudah mengajukan ke dinas terkait, tetapi masih nihil. Dan SDN Banjarsari menjadi DSP utama,"kata Kepala UPK Ajibarang, Heri Teguh Santoso. (gus/acd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... USU Siapkan 1.159 Kursi Jalur Undangan
Redaktur : Tim Redaksi