jpnn.com - GUNUNGKIDUL - Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta digemparkan dengan peredaran foto selfie perempuan dalam keadaan bugil. Ada dua perempuan dalam foto berbeda yang berselfie ria dalam kondisi tanpa busana.
Foto pertama adalah seorang siswi sebuah SMP negeri di Wonosari berinisial EM. Ia memfoto dirinya dengan bantuan tongkat narsis alias tongsis di dalam sebuah kamar.
BACA JUGA: Video Panas Berbaju PNS Direkam Pekan Lalu
Sedangkan foto selfie lainnya adalah seorang perempuan yang telanjang setengah badan. Foto itu dijepret di dalam sebuah kamar mandi.
Untuk kasus EM, orang tuanya telah dipanggil pihak sekolah. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul juga sudah memanggil pengurus sekolah EM.
BACA JUGA: Video Panas Berbaju Batik Korpri Direkam di Atas Mobil
Sekretaris Disdikpora Gunungkidul, Bahron Rosyid mengatakan, sebuah SMP di wonosari sudah mengakui bahwa EM memang salah satu anak didik mereka. Sedangkan pelaku penyebarannya adalah teman EM. Modusnya, pelaku penyebaran meminjam ponsel EM dan memindahkan foto-foto di dalamnya untuk kemudian diunggah ke media sosial.
”Penyebar foto selfie bukan yang bersangkutan (EM). Handphone milik yang bersangkutan dipinjam teman kemudian membuat akun Facebook mengatasnamankan pelaku,” kata Bahron seperti dikutip Radar Jogja.
BACA JUGA: Video Dewasa PNS Sulbar Bikin Heboh
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa, Disdikpora Gunungkidul meminta kepada seluruh sekolah untuk meningkatkan pengawasan, termasuk menggelar razia handphone milik siswa. ”Tidak hanya melibatkan pihak sekolah, orang tua hingga masya-rakat kami minta kerja sama,” pintanya.
Terpisah, dokter kejiwaan RSUD Wonosari Ida Rochmawati mengatakan, fenomena foto bugil merupakan tanggung jawab semua pihak. Sebab, kasusnya tidak lepas dari pola asuh dan lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu dia meminta semua pihak untuk tidak menghakimi pelaku secara sosial.”Kurang bijaksana kalau kita langsung memutuskan bila pelaku bersalah tanpa mengetahui permasalahan sejak awal,” kata Ida.
Menurutnya, jika dilihat dari kacamata ilmu psikologi maka foto selfie merupakan bentuk aktualisasi dan kebutuhan akan perhatian. Tujuan pelaku selfie adalah mendapatkan penilaian positif.
Namun, kalau kemudian foto selfie sudah melebihi norma kepatutan, maka pelakunya perlu dites scara psikologi. ”Perlu dicari latar belakangnya. Apakah sekadar fenomena so-sial, adanya gangguan diri atau ada tujuan dan maksud tertentu,” ujarnya.(gun/ila/ong/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hiiââ¬Â¦ Tak Bersemangat Belajar, Puluhan Siswa Kesurupan
Redaktur : Tim Redaksi