jpnn.com, BONN - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, membuka pidato resminya pada forum tingkat tinggi Konferensi Perubahan Iklim (COP UNFCCC) ke-23 di Bonn, Jerman, dengan mengucapkan dukacita mendalam, pada bencana gempa dahsyat yang melanda perbatasan Irak dan Iran.
COP atau Conference of Parties menjadi forum bagi 195 negara dan satu blok ekonomi (Uni Eropa), untuk saling bertemu dan mendiskusikan rencana kemanusiaan memerangi perubahan iklim.
BACA JUGA: Dunia pun Belajar Tata Kelola Gambut dari Indonesia
Sedikitnya 500 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 8.000 orang lainnya mengalami luka-luka dari kedua negara, setelah gempa berkekuatan 7,3 SR melanda daerah di perbatasan pada Minggu (12/11/2017) pukul 21.18 waktu setempat, menurut Badan Survei Geologi AS (USGS).
Akses bantuan menolong para korban semakin sulit menyebar, karena titik gempa berpusat di daerah pegunungan terpencil di Irak, atau sekitar 200 kilometer sebelah barat laut Baghdad dan 400 kilometer sebelah barat Tehran.
BACA JUGA: Indonesia Berbagi Pengalaman Menangani Karhutla
''Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada pemerintah serta rakyat Iran dan Irak, atas bencana gempa beberapa hari yang lalu. Doa kami yang khusyuk untuk korban dan keluarga orang-orang yang berduka,'' kata Menteri Siti.
Besarnya kekuatan gempa dikhawatirkan membuat korban jiwa semakin bertambah. Korban terbesar dilaporkan berada di kota Sarpol-e Zahab, berjarak sekitar 15 km dari perbatasan. Proses evakuasi mengalami hambatan, karena putusnya akses jalan akibat bencana longsor.
BACA JUGA: Menteri Siti Ingatkan Pentingnya Hutan Tropis Untuk Dunia
Gempa terjadi sekitar 30 km dari Halabja Irak, yang berada di dekat perbatasan dengan Iran. Getaran sampai terasa di Turki, Israel dan Kuwait.
Melanjutkan pidato resminya dalam forum COP 23, Menteri Siti Nurbaya kembali mengingatkan negara-negara di dunia, tentang pentingnya kesepakatan 'Persetujuan Paris' mengantisipasi ancaman perubahan iklim.
''Kita harus berjuang bersatu untuk mempertahankan momentum kesepakatan penting tersebut. Dampak buruk perubahan iklim tidak akan pernah bisa ditangani oleh satu negara saja,'' tegas Menteri Siti.
Komitmen global terhadap Perjanjian Paris harus diperkuat karena dampak perubahan iklim secara nyata dirasakan masyarakat dunia.
''Ini harus tetap ireversibel dan tidak bisa dinegosiasikan, karena perubahan iklim adalah tanggung jawab global,''katanya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Bukti Pemerintahan Jokowi-JK Serius Atasi Karhutla
Redaktur : Tim Redaksi