Soal Azan Jihad, Begini Respons Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah

Selasa, 01 Desember 2020 – 17:52 WIB
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah. Foto: dok.JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menilai kelompok yang mengubah azan menjadi seruan jihad sudah menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Menurut Basarah, Nabi Muhammad tidak pernah mengubah kata-kata dalam azan sejak menerima wahyu perintah berazan sebelum salat wajib lima waktu.

"Sejak menerima wahyu tentang azan, Nabi Muhammad SAW tak pernah mengubah redaksi azan. Rasulullah SAW memang pernah menambah redaksi azan, tetapi itu saat terjadi cuaca ekstrem, misalnya hujan deras dan angin kencang, yang intinya memberitahu umat agar salat di rumah masing-masing. Tetapi, Nabi tidak pernah mengganti redaksi azan dengan kata jihad,’’ jelas Basarah kepada JPNN.com, Selasa (1/12).

BACA JUGA: Gus Nabil: Azan Mengajak Jihad itu Tidak Dibenarkan

Dosen Pasca-Sarjana Universitas Islam Malang (Unisma) itu menilai lafal azan yang diterima umat Islam sedunia adalah seperti yang dikumandangkan di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

"Jika ada orang mengubah lafal azan, misalnya menambah kalimat hayya alal jihad, itu bertentangan dengan azan di dua masjid suci di Arab Saudi itu. Mereka berarti sudah membuat ajaran baru yang tidak diajarkan dalam Islam," tegas Basarah.

BACA JUGA: Viral Seruan Azan Jihad, Polisi Bergerak ke Petamburan

Menurut Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu, kalimat demi kalimat yang terdapat dalam azan adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan dalam mimpi sahabat bernama Abdullah bin Zaid. Dalam beberapa buku sejarah Islam yang dibaca Basarah, diceritakan bahwa ketika berada di antara tidur dan terjaga, sahabat Nabi Muhammad SAW itu melihat seorang lelaki memakai dua pakaian serba hijau berkeliling sambil membawa genta.

Saat Abdullah meminta genta itu untuk dijadikan alat pemanggil salat, lelaki dalam mimpi itu kemudian menawarkan lafal-lafal azan sebagai penggantinya. Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menjelaskan, lelaki dalam mimpi itu berkata kepada Abdullah bin Zaid,

BACA JUGA: Soal Azan Jihad, Yaqut Cholil: Jangan Jadikan Umat Islam Korban Seruan Palsu

“Bila engkau hendak berdiri salat maka ucapkanlah, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu alla ilaha illallah. Asyhadu anna Muhammadarrasullulah. Hayya ‘alash sholah (2 kali). Hayya ‘alal falah (2 kali). Allahu Akbar, Allahu Akbar. La ilaha illallah.”

Basarah menjelaskan, keesokan harinya Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad dan mengabarkan mimpinya tadi. Nabi Muhammad mendengarkan cerita Abdullah dengan saksama, lalu bersabda, “Sesungguhnya mimpi itu benar. Insyaallah. Maka, berdirilah (pergilah) kau kepada Bilal karena suara Bilal itu lebih tinggi dan lebih panjang, lalu ajarkan Bilal apa yang telah disampaikan lelaki dalam mimpi itu kepadamu; dan hendaklah bilal memanggil orang bershalat dengan sedemikian itu.”

Setelah Bilal menyerukan azan seperti yang diajarkan Abdullah bin Umar, Umar bin Khaththab kemudian datang tergesa-gesa kepada Nabi Muhammad lalu berkata, “Ya Rasulullah, demi zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh samalam saya telah bermimpi sebagaimana yang diucapkan Bilal.” Mendengar ucapan Umar itu, Nabi SAW bersabda: “Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap.”

Berdasarkan kisah turunnya wahyu azan itu, Basarah menegaskan, sesuai keyakinan umat Islam di seluruh dunia, kalimat-kalimat dalam azan itu adalah seperti yang sering diperdengarkan di masjid-masjid di Indonesia dan seluruh dunia, termasuk Masjid Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

"Jadi, kalau ada yang mengubahnya dengan hayyal alal jihaad, itu pasti sudah mengubah ajaran Islam. Itu bidah," jelas Wakil Ketua Lazisnu PBNU itu.

Menurut Basarah, jika ada sekelompok orang yang mengubah lafal azan menjadi ‘hayya alal jihad, sebaiknya mereka hentikan. Basarah memandang hal itu hanya akan berakibat memecah belah umat Islam.

"Apakah mereka sudah menodai agama Islam, saya mengembalikannya kepada umat Islam Indonesia, bahkan umat Islam dunia. Mari kita tanya, apakah mereka rela syariat agama mereka diubah-ubah? Selama ini umat Islam sedunia bersatu dalam syariat dan keyakinan atau tauhid. Jika pun ada perbedaan mazhab fiqih, itu pasti didasari oleh dalil masing-masing. Nah, khusus soal azan, semua umat Islam sedunia selama ini sudah sepakat. Dengarkan saja azan di dua masjid suci di Arab Saudi," jelas Basarah. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler